1. Kabut itu Lenyap dan Aku Menemukan Jalan Menuju Kerajaan Surga

6 1 0
                                    

Oleh Saudara Chen Ai, Tiongkok

Aku mengikuti orangtuaku dalam kepercayaan mereka kepada Tuhan sejak aku masih kecil, dan sekarang usiaku sudah mulai lanjut. Meskipun aku sudah percaya kepada Tuhan sepanjang hidupku, masalah tentang cara membebaskan diri dari dosa dan masuk ke dalam kerajaan surga telah menjadi teka-teki tak terpecahkan yang membuatku terus-menerus gelisah, membuatku merasa tersesat dan sedih. Aku sangat berharap untuk dapat memahami di masa hidupku cara membebaskan diri dari dosa dan masuk ke dalam kerajaan surga sehingga ketika waktuku tiba, aku akan mampu menghadapi kematian dengan pengetahuan bahwa hidupku sudah sempurna, dan akhirnya aku bisa bertemu Tuhan dengan kedamaian di hatiku.

Dalam upayaku memecahkan situasi yang membingungkan ini, aku rajin membaca Alkitab, dari Perjanjian Lama ke Perjanjian Baru dan dari Perjanjian Baru kembali ke Perjanjian Lama, membaca Alkitab berulang-ulang. Namun pada akhirnya, aku tidak mampu menemukan jawaban yang tepat. Kehabisan akal, yang bisa kulakukan adalah berusaha semampuku untuk berperilaku sebaik yang aku bisa sesuai dengan ajaran Tuhan, karena Tuhan berkata: "Kerajaan surga menderita kekerasan dan orang merebutnya dengan kekerasan" (Matius 11:12). Namun aku mendapati bahwa dalam kehidupan nyata, seberapapun kerasnya aku berusaha, aku tetap tidak mampu memenuhi tuntutan Tuhan terhadapku. Yesus berkata kepadanya: "Engkau harus mengasihi Tuhan dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu dan segenap pikiranmu. Inilah perintah pertama dan yang terutama. Dan perintah yang kedua, yang sama dengan itu, Engkau harus mengasihi sesamamu manusia seperti diri sendiri" (Matius 22:37–39). Tuhan menuntut agar kita mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan pikiran kita, dan agar saudara-saudari saling mengasihi. Namun apa pun yang kulakukan, aku tetap tidak mampu mencapai kasih seperti ini, karena kasihku bagi keluargaku lebih besar daripada kasihku kepada Tuhan, dan aku tetap tidak mampu sungguh-sungguh mengasihi saudara-saudariku di gereja seperti mengasihi diriku sendiri. Sebaliknya, aku sering bersikap picik dan perhitungan dengan orang lain ketika kepentinganku sendiri terlibat, sampai sedemikian rupa sehingga kebencian akan muncul dalam hatiku. Bagaimana mungkin orang seperti aku bisa diselamatkan dan masuk ke dalam kerajaan surga? Tuhan Yesus juga mengatakan banyak hal tentang masuk ke dalam kerajaan surga, seperti: "Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, Kecuali engkau dipertobatkan, dan menjadi sama seperti anak kecil, engkau tidak akan bisa masuk ke dalam Kerajaan Surga" (Matius 18:3). "Karena Aku berkata kepadamu, Bahwa kecuali jika kebenaranmu melebihi kebenaran ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sekali-kali engkau tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga" (Matius 5:20). Aku tidak mampu melakukan satu pun dari tuntutan Tuhan ini. Aku sering kali berbohong, dan akan menyalahkan Tuhan setiap kali aku menghadapi sesuatu yang tidak aku sukai. Pikiranku dipenuhi dengan kecurangan dan ketidakjujuran, dan aku terus-menerus berkubang dalam dosa, berbuat dosa dan bertobat, bertobat dan berbuat dosa, berulang kali. Tuhan itu kudus, dan dalam Alkitab dinyatakan: "Karena tanpa kekudusan, tidak ada manusia yang bisa melihat Tuhan" (Ibrani 12:14). Bagaimana mungkin orang sekotor aku akan pernah layak masuk ke dalam kerajaan surga? Ini sangat menjengkelkan bagiku. Namun setiap kali aku membaca tentang jalan pembenaran oleh iman seperti yang diajarkan Paulus dalam kitab Roma, Galatia, dan Efesus—bahwa memiliki iman dan dibaptis artinya orang pasti diselamatkan, bahwa jika kita percaya kepada Tuhan di dalam hati kita dan mengakui Dia dengan mulut kita, maka kita dibenarkan oleh iman, selamanya diselamatkan, dan ketika Tuhan datang kembali, Dia pasti akan mengangkat kita ke dalam kerajaan surga—aku akan dipenuhi dengan sukacita yang melimpah. Aku akan merasa bahwa aku tidak perlu khawatir tentang masuk ke dalam kerajaan surga. Namun kemudian aku akan teringat apa yang Tuhan katakan tentang orang-orang yang hanya dapat masuk ke dalam kerajaan surga melalui upaya mereka sendiri, dan aku akan merasa tidak nyaman. Dibenarkan oleh iman dan kemudian masuk ke dalam kerajaan surga—apakah benar-benar sesederhana itu? Khususnya ketika aku melihat orang percaya saleh yang sudah lanjut usia mendekati akhir hidup mereka dan tampak gelisah dan cemas, sedemikian rupa sampai-sampai mereka bahkan akan menangis tersedu-sedu dan tak seorang pun dari mereka yang tampak senang untuk mati, aku tidak dapat menahan diri untuk bertanya-tanya: jika mereka mengatakan bahwa mereka dapat masuk ke dalam kerajaan surga melalui pembenaran hanya oleh iman, lalu mengapa mereka tampak begitu ketakutan ketika menjelang kematian? Sepertinya mereka sendiri tidak tahu apakah mereka telah diselamatkan atau tidak, atau ke mana mereka akan pergi setelah kematian. Aku merenungkan firman Tuhan Yesus berulang-ulang, dan aku juga merenungkan perkataan Paulus, dan mendapati bahwa perkataan Yesus dan perkataan Paulus sangat berbeda tentang masalah siapa yang dapat masuk ke dalam kerajaan surga. Menurut Paulus, orang dibenarkan oleh iman hanya dengan percaya kepada Tuhan—kalau itu syaratnya, maka semua orang akan diselamatkan. Lalu mengapa Tuhan Yesus berkata: "Sekali lagi, kerajaan surga diumpamakan sebuah jala, yang dilemparkan ke dalam laut, dan mengumpulkan berbagai jenis ikan: di mana, setelah jala itu penuh, para nelayan menariknya ke pantai, lalu duduk, dan mengumpulkan yang baik ke dalam kapal, tetapi membuang yang yang tidak baik" (Matius 13:47–48)? Mengapa, ketika Tuhan datang kembali pada akhir zaman, Dia perlu memisahkan gandum dari lalang, domba dari kambing, dan hamba yang baik dari hamba yang jahat? Dari perkataan yang diucapkan oleh Tuhan Yesus ini, jelas bahwa tidak semua orang yang percaya kepada-Nya dapat masuk ke dalam kerajaan surga. Jadi aku bertanya-tanya: apakah aku telah diselamatkan? Dan akankah aku dapat masuk ke dalam kerajaan surga ketika aku mati? Pertanyaan-pertanyaan ini masih tertinggal di benakku seperti teka-teki, dan aku kebingungan untuk menjawabnya.

Kesaksian tentang Kembali kepada TuhanWhere stories live. Discover now