Ingatan yang Terselubung...

37 3 0
                                    

"...polisi telah menemukan tiga orang mayat yang diduga sebagai pimpinan mafia, polisi sudah lama melacak keberadaan mereka. Dari informasi selama ini, tiga pimpinan mafia tersebut sudah melakukan tindak kriminal yang meresahkan di lingkungan masyarakat. Sejauh ini tidak ada info lebih lanjut tentang keberadaan dua mafia yang lain, karena itu masyarakat diharapkan untuk..." Klik.

"Di dalam sebuah laboratorium di pusat kota, ditemukan mayat tiga orang wanita yang diseluruh bagian tubuhnya dipenuhi luka bakar. Polisi menduga tindakan keji itu diperbuat oleh ilmuwan pemilik laboratorium tersebut, pasalnya ketiga wanita tersebut telah dilaporkan hilang sejak beberapa hari yang lalu, namun polisi masih tidak dapat menyimpulkan siapa pelaku sesungguhnya serta penyebab dari kejadian tersebut..." Klik.

Kat menekan-nekan tombol di remote TV miliknya, tetapi tidak ada tayangan yang menarik perhatiannya, hanya ada tayangan berita yang menyiarkan tentang tindakan kriminal di dekat lingkungan tempat tinggalnya. Dia hanya memandang lurus ke arah TV sambil terus menekan tombol remote-nya.

Channel yang terus berganti membuat kamarnya yang gelap tampak berkelip. Tatapannya begitu kosong dan wajahnya sangat pucat dengan garis hitam di bagian bawah matanya, membuatnya tampak seperti mayat hidup.

Tangannya berhenti menekan tombol di remote, TV kecil itu mulai menayangkan sebuah kanvas, seorang seniman memamerkan lukisannya di museum kota. Lukisan sebuah vila beserta pemandangan hutan pinus dan pegunungan sebagai latarnya, namun hal itu tetap tidak menarik perhatiannya, hanya sesekali dia melirik ke arah TV. Setelah itu dia hanya diam memandang ke sudut ruangan, dia tenggelam dalam lamunannya.

Kriiinggg...dering telepon membuyarkan lamunannya, dia menengok kesana kemari, yang tampak dalam penglihatannya hanya sebuah ruangan berbentuk persegi dengan dinding berwarna cream dan sebuah sofa merah tua yang sedang didudukinya. Ada sebuah meja bundar kecil disamping sofa tersebut, di atas meja tersebut terdapat sebuah mangkuk berisi sereal yang sudah setengah kosong. Hanya terdapat satu jendela di ruangan itu serta sebuah TV berukuran kecil sebagai satu-satunya hiburan yang sebenarnya sama sekali tidak menghibur.

Perlu waktu beberapa lama baginya hingga dapat meraih gagang telepon.

"Kat...Kat...Kat...aku punya info penting yang pastinya bakal buat kamu bahagia." Nada disisi lain telepon terdengar ceria.

"Angel? Jadi kakimu sudah sembuh?" Seru Kat.

"Aku masih terapi berjalan, rasanya sangat susah untuk membuat kaki ku dapat berjalan lagi setelah istirahat selama tiga bulan penuh. Ini semua gara-gara kejadian waktu itu. Ngomong-ngomong Kat, bagaimana keadaanmu?"

"Dokter bilang sih amnesia ku tidak terlalu parah, mungkin ingatanku masih bisa kembali. Tapi gara-gara kejadian itu, tingkat stres ku meningkat. Karena itulah aku harus istirahat total di rumah."

"Hibernasi hah? Menurutku mengurung diri itu tidak baik, kenapa kau tidak pergi liburan saja?"

"Ha..ha ide yang...konyol." Jawab Kat datar. "Menurutmu kemana aku harus pergi? Di kota tempat kita tinggal ini tidak ada tempat wisata ataupun tempat yang menarik untuk dikunjungi, lagipula kalaupun harus liburan di luar kota, banyak uang yang diperlukan sementara orangtuaku sudah mengeluarkan banyak uang untuk membiayai perawatanku di rumah sakit tiga bulan terakhir ini, dimana aku bisa dapat uang?" Seru Kat panjang lebar.

"Cari saja pekerjaan, kau tau cafe Lukasz? Kau kan jago masak, lagipula mereka mencari koki tambahan."

"Maksudmu Lukasz si aneh itu---"

"Aneh?" Potong Angel.

"Aku pernah melihatnya berbisik dengan katak saat praktik biologi, dia bahkan menangisi bangkainya dan aku pernah melihatnya melamun di pojok kelas saat ruang kelas sedang kosong tiga bulan yang lalu." Nada suara Kat meninggi.

"Oh,.oh tidak, kau tidak akan menolak pekerjaan ini hanya karena cafe itu milik keluarga Lukasz, kan?"

"Entahlah Angel, aku merasa akan ada hal yang tidak beres kalau aku berada disekitar Lukasz."

"Ayolah Kat, semua orang merasa begitu saat berada didekat Lukasz. Lagipula aku merasa bersalah karena membuatmu mengalami kejadian itu."

"Kalau begitu kau harus membayarnya, tidak apa-apa, aku tidak berencana untuk menjadikanmu pelayanku, kok. Tapi aku akan sangat senang apabila kau membayar dengan uang."

"Oh Katty, aku juga tidak punya uang. Sebagai gantinya, aku akan sering datang ke cafe itu. Oh aku harus pergi, sampai jumpa Kat dan jangan lupa untuk menerima pekerjaan di cafe itu, ya!!" Nada putus-putus terdengar disisi lain telepon, Kat menghela napas.

"Tunggu, dia tidak mengatakan info penting apa itu! Lagipula untuk apa dia datang ke cafe kalau tidak punya uang." Kat menutup gagang telepon. "Dan Lukasz, dia itu...aargh!!" Kat mengerang pelan, kepalanya terasa pusing. Dia memegang kepalanya dengan kedua tangan kemudian berjalan lunglai ke arah dapur.

"Sampai kapan aku harus bergantung pada obat ini?"

Hidden MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang