SATU : THAT NIGHT WAS CHANGED

38 2 0
                                    


Pantengin terus ya, gengs ♥

Luv U :)

.

.

.

Suara terakhir yang didengar Vara adalah denging. Belum sempat menoleh, klakson truk besar berbodi kekar yang membawa pasir menghantam tubuhnya seperti boneka hingga terpental sejauh 10 meter dengan wajahnya yang pertama kali mendarat gusar di trotoar.

Edel pun masih terlelap, meski tak tenang.

Sampai-sampai suara dari mimpinya jadi terasa sangat nyata.

"Apalagi setiap hari harus makan hati pas lihat cewek-cewek cantik yang selalu diprioritasin. Sampai kaya mau nyerah aja aku, kalau ada di situ."

---

"Del.. rasanya jadi cantik gimana, sih?"

---

"Sejelek dan segendut apa sih, aku, sampe dibilang mirip kaya babi?"

---

BRUAGH!

Edel mendobrak kamar mandi sekolah demi mencari Vara.

Dan ia melihat sahabatnya duduk setengah sadar, bersandar ke kolong westafel cermin dalam keadaan basah kuyup dan wajahnya dicoret-coret seperti badut dan juga berbau kotoran. Kemejanya rusak, kancing-kancing itu copot dan Vara seperti hanya tinggal napasnya saja.

"R..Ra? Kamu—"

"Del.. Hhh.. aku mau mati aja.."

--

Edel?

Edel...

Mbak Edel?

Mbak? Bangung, Mbak?

Puk.

DHEG!

Edel tersadar dengan wajah cengo, air matanya menetes dengan perasaan kaget. Matanya menemui sang dokter dan seorang perawat. Ia sempat mengusap dada, kumpul-kumpul, bersyukur itu hanyalah cuplikan masa lalu Vara yang kembali tersetel dalam mimpinya dan bukan terjadi lagi di depan matanya.

"Lah." Cetus Edel pertama kali. "Varanya mana, Sus. Dok?"

Keduanya melirik ke atas ranjang tepat di samping Edel.

Edel menoleh dan berkata. "Waduh, .. saya salah kamar."

Sang perawat menautkan alisnya. "Maaf.. Salah kamar? Ini ruangan yang sama sejak dua minggu lamanya Nona Vara di sini, Mbak—"

"Ya-ya tapi dia siapa, Sus?!" Telunjuknya sedikit menunjuk gadis yang sama sekali tidak mirip Vara, dengan bobot tubuh yang juga berbeda. "Ini mah asli, saya tidur sambil jalan, nyasar dan masuk ke ruang orang lain buat tidur lagi—"

"Del.. ini aku, Vara."

Edel merinding, sedikit menarik kepalanya dari posisi awal.

Dokternya bergeming. "Benar, dia Nona Vara."

Edel tak bisa menyembunyikan wajah horornya.

"Seperti yang anda tahu. Insiden dua minggu lalu, membuat kami harus merekonstruksi wajah Nona Vara, demi memperbaiki apa yang telah rusak. Atas permintaannya, kami baru saja membuka perbannya. Selain berat badannya menurun drastis, hasil akhirnya tidak buruk, bukan? Sudah kami duga, sebelum ini pasti Nona Vara memang sudah punya modal cantik."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 10, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ALL WOLVES EXCEPT MEWhere stories live. Discover now