1-Awal mula

396 27 69
                                    

Hari yang cukup cerah. Seorang gadis manis tengah menatap keramaian di tengah lapangan. Hembusan angin yang menerpa wajahnya membuat beberapa helai rambut panjang dan lurusnya mengikuti arah angin.
Sesekali gadis itu tersenyum hambar, rasanya ia ingin bergabung dengan mereka. Merasakan bahagianya menjadi seorang gadis yang cantik, modis, dan disukai banyak laki-laki.

Gadis itu adalah Ana. Nama lengkapnya Marsha Anastasya. Ia lebih senang di panggil ana ketimbang Marsha. Gadis lugu yang begitu sabar menghadapi kehidupan yang begitu kejam terhadapnya. Ana tidak tahu apa salah dirinya di masa lalu hingga membuat semua orang membencinya.

Tapi, ya sudah lah, ana sudah menerima semua ini dengan ikhlas.
Mata ana kembali melihat ke arah laki laki yang tengah menembak seorang gadis yang ana yakini sangat di segani dan begitu famous.

Samar Samar ana mendengar ucapan laki laki yang berada di tengah lapangan itu.

"Fir, sebelum nya gue minta maaf. Gue tau gue gak deket sama lo, bahkan lo bukan tipe gue tapi hati gue yang udah nyaman sama lo. Gue bingung kenapa perasaan ini bisa hinggap di hati." Albar menyatakan cintanya kepada Safira.

Safira Emira gadis yang sangat cantik, lucu, putih dan tentunya berasal dari keluarga berada. Hati Safira sangat lembut, dalam hidup nya tidak pernah ia membanggakan dirinya. Selagi harta yang Safira miliki berasal dari kedua orang tuanya, Safira tidak pernah merendahkan orang yang jauh di atas kata berharta. Bahkan Safira berangkat ke sekolah selalu menaiki kendaraan umum. Meski kedua orang tua Safira terus memaksa nya untuk sekedar di antara oleh sopir.

Safira mengangguk dengan rona merah yang menghiasi wajahnya.

Albar bangkit setelah mendapat anggukan dari Safira.

"Thanks, udah bantu gue." Ucap Albar datar.

Safira di buat bingung dengan ucapan Albar.

"Maksud kamu, bar?" Safira mulai ketar ketir.

"Gue mau nembak cewe yang gue suka." Ucap Albar santai tanpa mengerti keadaan.

Albar Geovano, seorang laki laki yang merupakan anak dari yayasan ANGKASA HIGH SCHOOL, kerap kali di sapa dengan panggilan Albar. Laki laki dingin,cuek, plinplan dan memiliki keanehan tersendiri.

Mata indah Albar mengitari sekeliling, hingga mata indahnya tertuju pada satu objek yang di carinya. Seketika senyumnya mengembangkan dan kesempatan itu tidak di sia sia dengan terang-terangan memotret Albar.

Albar melangkahkan kaki nya menghampiri gadis yang tengah menatap dirinya dengan penuh tanda tanya. Mungkin ana penasaran dengan kelanjutan acara tembak nembak itu. Pikir Albar.

Hingga Albar sudah sampai di depan gadis yang ia incar selama ini.
Senyum Albar tak pernah pudar, membuat pasang mata menatap mereka penuh tanya.

Albar mengacak rambut ana gemas, sedangkan ana hanya terbengong dengan semua ini. Sungguh ana tidak mengerti.

Dengan lembut Albar menggenggam tangan ana dan membawanya ke depan bibir Albar dan ya albar mencium punggung tangan ana. Ana yang mendapatkan perlakuan seperti itu sontak melepaskan tangannya yang tengah di kecup mesra oleh Albar. Wajah ana sudah pucat pasi, bagaimana tidak? Ia saat ini tengah menjadi tontonan warga sekolah.

"Aa-apa yang kak Albar lakukan?" Tanya ana dengan gelisah.

"Gue suka sama lo." Albar kembali membawa tangan ana ke dadanya.

"Gue tau, lo itu cewe bego yang selalu menutup diri dari orang orang. Lo cewe lugu dan culun yang bisa membuat hati gue berdetak tak karuan gue ta---" Ucap Albar terhenti di udara.

"STOP! kaka ini apa apaan sih? Jangan mencoba untuk menyakiti hati seorang perempuan. Karena kalo kak begitu itu sama saja kaka telah menyakiti ibu kaka sendiri!" Ucap ana yang tanpa di sadari telah berbicara lebih dari 5 kata.

Albar masih menatap ana datar. Albar tidak suka penolakan apalagi saat ini tengah di tonton banyak orang. Sungguh Albar sangat malu dan merasa harga dirinya jatuh sejatuh jatuhnya. Dengan kasar Albar mencekal bahu ana membuat ana meringis menahan sakit. Dengan tidak teganya albar mendorong tubuh ana hingga ana terjatuh dan sialnya paku yang entah sejak kapan menancap mulus di telapak tangannya.

Albar tersenyum miring melihat ana yang sangat mengenaskan seperti itu.

Safira yang melihat perlakuan kasar Albar langsung menarik bahu Albar hingga badannya berbalik menghadap Safira. Dengan penuh emosi Safira menampar pipi Albar di depan publik. Seketika emosi Albar bertambah. Albar hendak melayang kan tamparan kepada Safira. Safira sontak memejamkan matanya

Plakkk

Mata Albar melotot.

"Shit!" Umpat Albar.

Safira yang mendengar tamparan keras serta umpatan sontak membuka matanya. Dan berapa terkejutnya saat seorang gadis dengan tangan penuh darah sudah tak sadar kan diri di depan Safira dan Albar tentunya. Pantas saja tadi Safira tidak merasakan nikmatnya tamparan albar.

Safira dan albar diam tak berkutik. Tubuh Albar merosot dan terduduk di depan ana, yah gadis yang tenaga pingsan akibat tamparan albar adalah ana, gadis yang selama ini Albar incar.

Tanpa ba bi bu Albar menggendong ana ala bridal style dan menembus keramaian. Safira memperhatikan Albar hingga langkah Albar terhenti.

Bruk

"Ahhhh"

"Astaghfirullah"

"Bangsat"

Pekikan dari berbagai Siwa yang berada di sekitar. Bagaimana tak kaget, dengan santainya Albar menjatuhkan ana.

"Astaghfirullah, MasyaAllah anaa!" Teriak seorang gadis yang tidak di ketahui oleh siapa pun.

Gadis itu adalah salma. Atau lebih lengkap nya Salma Efrilliani si gadis tomboy yang tidak suka keramaian dan hidupnya serba bodo amat. Tetapi di balik ke bodo amatan Salma. Salma adalah gadis penyayang dan merupakan sahabat ana.

Salma membawa kepala ana ke pahanya dan Salma mendongak menatap Albar penuh amarah.

"Lo cowo gila! Gak waras lo!" Ucap Salma sengit.

Kejadian itu di saksikan warga sekolah tanpa berniat membantu ana. Salma menatap sekeliling mencari orang yang akan membantunya tetapi nihil. Tidak ada satu pun di antara mereka yang peduli terhadap ana. Dengan penuh tatapan benci, Salma berucap.

"Dalam keadaan kayak gini, lo semua pada bangsat! Di mana letak kemanusiawian kalian?! Hah dimana?" Teriak Salma yang sudah emosi sampai ubun ubun.

Cukup

Salma akan menghabiskan tenaga untuk sekedar berkata demikian kepada orang orang bangsat dan tak berprikemanusiaan.

Salma mencoba bangkit dan meletakkan tangan ana di pundak nya hingga seseorang membantu nya.

Salma menatap gadis di samping ana dengan tersenyum ketir.

"Gue bantu." Dua kata membuat Salma terenyuh lalu mengangguk dan membelah keramaian tak berfaedah itu.

Dan di sini semua nya berawal. Semua masalah mulai datang silih berganti.

Apakah ana mampu melewati kedepannya? Apakah Safira akan baik baik saja?

Apakah masalah itu akan berakhir dengan happy ending?

Penasaran?

Yuk ikutin kelanjutan nya.

Jangan lupa budayakan menghargai
Dengan vote and coment. Jangan lupa follow akun author yah @sen_shenfy

Gak maksa ko hihi santai aja.

....03-01-2020....
#SELATGIBRALTAR

SELAT GIBRALTARWhere stories live. Discover now