Snowdahlia 2

85 4 0
                                    

Rine duduk berayun di ayunan dibelakang halaman, melihat hamparan bunga berwarna-warni. 'Tempat ini sudah didecor?' tanya Rine dalam hati.

"Hei! Kita ketemu lagi disini" jerit seseorang dari atas tembok pembatas, Rine mendongakkan kepalanya, melihat siapakah yang berada disana.

"Ah, hai Knight Chais" ucap Rine datar.

"Hei.. Kenapa mukamu murung begitu?"

"Ah, tidak apa-apa kok"

"Senyum dong Rine, padahal ad kejutan besar menanti" ucap Chais

"hm?" wajah Rine tetap saja tidak berekspresi.

"Ayolah Rine, tersenyumlah" ujar Chais. Akhirnya Rine terpaksa tersenyum, tapi itu bukan senyum yang dipaksakan, senyum tulus dari hati, manis sekali.

Chais tersenyum melihat Rine tersenyum, ia mendekatkan wajahnya ke wajah Rine, muka Rine menjadi panas, napas Chais terasa di pipi Rine yang memerah.

"Cup!" terdengar suara kecupan yang berasal dari Chais. Ia mencium pipi Rine, muka Rine semakin memanas akan itu, dada Rine berdebar tidak karuan.

Chais tersenyum kemudian membisikkan sesuatu kepada Rine lalu kembali memanjat tembok untuk keluar. Mata Rine membesar mendengar ucapan Chais. "Knight Chais...." hanya itu kata yang terucap dari mulut manis Rine.

"Rine... Rine...." panggil seseorang.

"Rine.... Rine..." suara itu lagi, sekarang tubuhnya terasa digoncang. "Rine?" mata Rine membuka perlahan, pandangannya kabur, "Rine, bangun" Rine memfokuskan matanya lebih, "Ng.. Rico?" ucap Rine akhirnya.

"Ayo, sekarang ada pelajaran olahraga" ucap Rico "Dan sepertinya sang Putri Es tertidur sangat lelap"

Muka Rine merengut, tidak menyukai kata-kata Rico barusan "Oh, ayolah, aku masih harus mengganti baju" ucap Rine kemudian menarik Rico keluar kelas.

~*~

"Hari ini kita kedatangan murid baru dari luar negeri" ucap Mr.Shinri, guru olahraga. Semua siswa mulai ribut dengan pasangan disebelahnya, sementara Rine terlihat cuek-cuek saja.

"Sini nak!" ucap Mr.Shinri.Seorang siswa, berambut coklat kepirangan, dengan tubuh yang sangat atletis dan tinggi. Matanya berwarna abu-abu yang menenangkan,semua siswi disana lumer akan kehadiran pangeran, "Namaku Chairis" ucapnya memperkenalkan diri "mohon kerjasamanya" lanjutnya dengan gaya yang super cuek. Semua siswi makin heboh saat melihat Chairis memperkenalkan diri.

"Chai... Chairis? Chairis? Uhm... Chairis?" Rine merasa ia pernah mendengar nama itu "Chairis? Chai? Chais?" ucapnya kemudian menyadari sesuatu "Chais!!" teriak Rine, semua mata memandang ke arahnya, begitu juga Chairis.

"Ya?" ucap Chairis

"Ah! Tidak, aku hanya melamun." ucap Rine.

'Aku lupa warna matanya bahkan wajahnya, apa dia beneran Knight Chais?'

~*~

Rine mempercepat langkahnya, ia merasakan seseorang mengikutinya, walaupun tidak pasti,tapi ia merasakan hal itu. Sesosok bayangan hitam yang samar-samar dilihat dari sudut pandangnya, berpindah kesana-kemari. Ia teringat akan quote yang ia dapat dari buku yang selama ini dia ikuti, Fantasia.

"If someone is following you in the darkness, don't be dare to look back" gumam Rine berulang-ulang, tetapi hati dan kata-katanya seakan berlawanan, ia sangat ingin menoleh ke belakang, 'Lorong ini gelap dan tidak ada ujungnya bagaimana bisa ada bangunan seperti ini?' ucapnya dalam hati.

Rine mulai berlari menyusuri lorong gelap tanpa cahaya. Tap Tap Tap suara ketukan sepatu menggema di lorong itu, kali ini Rine yakin kalau seseorang sedang mengikutinya karena terdengan suara hentakan kaki yang lain. Splash! terdengar bunyi air yang terciprat, Rine berhenti, ia melihat kebawah, terdapat genangan air.

Rine menoleh ke belakang, lupa dengan quote yang dilafalkannya tadi. "Hai, Ice Princess" seseorang dengan pakaian serba hitam berdiri tegap dihadapannya,yang terlihat hanyalah senyum yang licik, mata hijau kebiruan yang mengkilat,dengan pupil yang berwarna putih kebiruan "Do you want to know who you are?"

'Mata yang aneh, dan apa katanya tadi?' pikir Rine "Hah?" hanya itu kata yang terucap dari mulut kecilnya, tubuhnya gemetaran karena takut akan sosok didepannya.

"Selamat menempuh hidup baru, Ice Princess!" ucapnya, kemudian tangan besarnya memukul tengkuk Rine. Rine menatap mata hijau yang mengkilat itu, pandangannya memburam, mukanya memucat, dan yang ia sadari hanya terjatuh di genangan air kemudian kesadarannya menghilang.

~*~

"Hei, bangun" ucap seseorang menepuk muka Rine. Rine membuka matanya perlahan, cahaya yang sangat terang masuk ke pupil matanya yang hitam, membuatnya menyipitkan matanya. Rine melihat sekeliling, tembok penuh cat putih, tidak ada satu pun benda, yang ada hanya meja tempat ia ditidurkan.

Brak! Terdengar suara pintu yang dibuka kasar, kemudian masuk beberapa orang berpakaian jubah serba hitam dengan garis-garis merah.

"Ice Princess...." ucap seseorang yang Rine pastikan dialah ketuanya karena sewaktu ia berjalan ke arah Rine, semuanya menyingkir dan berlutut. "Kenapa kamu kabur? Aku merindukanmu" ucapnya.

'Kurasa aku kenal siapa pemilik suara ini' ucap Rine dalam hati.

"Tentu saja kamu kenal" ucap ketua mereka. Ia membuka topi jubahnya, membiarkan rambutnya yang panjang tergerai keluar.

"Putri es..." ucap Rine "Lilia..." kemudian Rine tersenyum tanpa bisa ditebak arti senyumannya itu.

"Kenapa tersenyum?" tanya Lilia

Tidak ada jawaban, yang ada hanyalah senyuman yang semakin mengembang di wajah Rine.

-continued-

Snow Princess' White CastleWhere stories live. Discover now