1

544 13 7
                                    


Tokyo, 20xx

Seperti biasanya kota ini masih hiruk pikuk. Jalanan sangat ramai dengan kendaraan yang berlalu lalang. Arus manusia pun tak bisa terbendung di sepanjang trotoar. Maklum saja, ini hari senin yang mana adalah hari kerja. Yang menyebalkan adalah hari ini adalah mata kuliahnya pak Yamato. Dia memang terlihat baik dengan senyum itu, tapi siapa yang bisa tahu jika nilaimu bukan C atau D nanti. Seingat Sasuke, beliau tidak pernah memberi nilai A pada siapapun sebelumnya. Jangan berharap, jika mendapat B saja kau harus lebih banyak bersyukur dan beramal baik. Pria manis ini berlarian menuju stasiun bawah tanah. Sialan, semalam karena terlalu banyak minum dia jadi hangover sekarang. Pinggang dan bokongnya masih belum pulih dan dia harus berlari karena kesiangan.

Jarak menuju kampus memakan waktu 20 menit di dalam kereta. Lagi - lagi bungsu Uchiha ini memaki kakaknya dalam hati karena memberikan apartemen yang jauh dari kampusnya. Saat tiba di kampus, koridor menuju kelas sudah sepi. Pintu telah tertutup dan suara pak Yamato yang sedang menjelaskan bab berikutnya terdengar. Sudahlah, mengetuk dan meminta maaf karena telah terlambat hanya akan membuatnya malu karena menjadi pusat perhatian. Lagipula bujang lapuk itu juga tidak akan mengizinkannya masuk.

Memutar tubuhnya, Sasuke memilih untuk pergi ke kantin yang ada di lantai dasar. Kepalanya dan pinggangnya masih sakit. Lubang bawahnya terus berkedut tak nyaman.

"Fuck you Kabuto!" Umpat Sasuke pagi itu. Dia menganggap pria berkacamata itu yang menyebabkan hari sialnya.

Duduk di bangku paling ujung yang menghadap langsung ke taman belakang kampus, Sasuke memijat pelipisnya yang terus menerus berkedut. Moodnya semakin memburuk melihat pasangan muda mudi yang sedag duduk bersama dan berbicara entah apalah itu. Sasuke, 25 tahun, single tahun ini karena bosan dengan hubungan berjenis 'pacaran'. Dia lebih suka menjalani one night stand selama setengah tahun terakhir daripada berkomitmen dengan satu orang saja. Pria semalam yang bernama Kabuto adalah orang kesekian. Sebenarnya mengingat namanya tidaklah penting, namun pria itu cukup baik karena membayarkan minumannya di pub semalam. Bahkan memesan minuman yang lebih enak daripada yang ia minum sebelumnya. Kakaknya yang sialan itu belum mengirimkan uang.

Matanya yang menyipit akibat rasa sakit di kepala tiba - tiba melebar melihat seorang pemuda di ujung sana. Dia mencolok dengan rambut pirang dan mata birunya. Bahkan pilihan warna jaketnya pun menambah rasa sakit lain di matanya karena terlalu terang untuk dipakai pagi ini.

"Campuran kah?" Gumamnya. Melihat dari segi wajah dan ciri - ciri fisik, Sasuke bisa tahu jika dia memang bukan orang Jepang. Ah, mengapa bule selalu lebih menarik daripada pria lokal? Membayangkan apa yang tersembunyi dibalik jeans itu semakin membuat Sasuke tak bisa mengalihkan pandangan darinya. Dari video - video biru yang ditontonnya, orang - orang kaukasian biasanya memiliki penis besar. Mungkin dia salah satunya. Menjilat bibir bawahnya yang tiba - tiba kering, Sasuke lupa kemana perginya rasa nyeri di kepalanya.

Baru saja dia akan bangkit dari kursinya, seorang pemuda berambut merah tiba - tiba menghampiri pria bule itu. Mereka tampak berbincang beberapa saat sebelum akhirnya memutuskan untuk pergi bersama. Sasuke tahu anak kepala merah itu. Mahasiswa jurusan seni yang suka melukis dengan pasir. Ada hubungan apa dia dengan bule tampan tadi?

.

.

.

"Sasuke! Karokean yuk!" Ajak gadis berambut merah muda usai jam kuliah. Sasuke menggelengkan kepalanya.

"Ajak yang lain saja sana, aku sibuk" Balas Sasuke ogah - ogahan. Dia masih penasaran dengan bule tampan di taman kemarin, sedang tidak ingin menyanyi saat ini. Melihat pemuda yang disukainya menolak, wajah Sakura berubah cemberut.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 28, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

For the Naughty BlondWhere stories live. Discover now