Chapter 1. Keluarga Barwansyah

28.5K 1.4K 66
                                    

Hati-hati typo menyesatkan,
Happy reading ...

Tolong tandai kalau ada typo, thanks ...

*Consequent2*

"Geza mau disini, apa ke kamar aja sama Papah?" tanya Vira kepada Geza sembari mengelus perutnya yang sudah membuncit. Ya, saat ini Vira memang tengah mengandung anak ketiganya dengan Zidan. Kini, kehamilannya sudah menginjak usia lima bulan. Kehamilan yang sempat membuat Vira stres pada trimester pertama karena sulit untuk Vira menerima kehamilan ke tiganya ini. Kenapa? Karena anak pertama dan ke duanya masih kecil. Tapi secara perlahan, Vira mulai bisa menerima semuanya karena dukungan yang diberikan oleh Zidan serta kedua orang tuanya.

Geza yang tengah asyik duduk di atas karpet berbulu dengan roti bakar dan tayangan kartun di televisi, mengalihkan pandangannya saat mendengar suara Vira. Balita yang sebentar lagi akan menginjak usia empat tahun itu, menatap Ibunya dengan bingung.

"Mama mau mana?" tanyanya dengan mulut penuh roti, serta noda selai coklat yang berada di sekitar mulut dan pipi bulatnya.

"Mamah mau ke tukang sayur di depan," jawab Vira sebelum melirik jam yang menempel di dinding ruang keluarga, menemukan waktu sudah menunjukan pukul tujuh lewat dua puluh lima menit. Ia lalu bergerak mengambil selembar tissue yang berada di meja kecil dekat sofa, sebelum menghampiri Geza dan mengelap pipi anaknya itu.

"Papa bobo, Ma?" tanya Geza.

"Iya. Papa masih bobo," jawab Vira karena memang setelah salat subuh tadi, Zidan langsung tidur kembali karena semalam begadang  mengerjakan skripsi.

"Rion bobo?" Geza menanyakan adiknya yang bernama lengkap Arion Zaviyar Barwansyah itu.

"Iya, Rion juga bobo. Jadi Geza mau disini aja?" tanya Vira lagi.

Ngomong-ngomong dengan Arion, anak Zidan dan Vira yang satu itu, akan segera menginjak usia dua tahun dalam beberapa bulan lagi. Aktif dan juga agak nakal, sering membuat Vira kerepotan karena tingkahnya.

"Ikut Mama, ya?" kata Geza kepada Vira sebelum tersenyum manis yang membuat Vira gemas.

"Ikut?" tanya Vira memastikan dengan dahi berkerut bingung. Tidak biasanya anaknya ini ingin ikut jika ia akan ke tukang sayur, biasanya, Geza akan lebih memilih untuk menunggu di ruang keluarga atau beranjak ke kamar ikut bergabung dengan Ayah dan adiknya. Atau paling tidak, Geza akan menyusul ke depan dan menungguinya di teras rumah.

"Hu'um," kata Geza sembari menganggukan kepalanya.

"Yaudah, yuk kalo mau ikut mah," kata Vira lalu bangkit. Menunggu Geza yang kini tengah meminum susu yang ada di dalam gelas, lalu mengambil sepotong roti sebelum ikut bangkit. Vira hanya bisa menggelengkan kepalanya, merasa lucu dengan tingkah Geza. Anaknya itu masih sama, tidak bisa ketinggalan jika sudah soal makanan.

"Ayoo, Mah," kata Geza sebelum berjalan mendahului Vira.

Vira tersenyum, berjalan mengikuti Geza untuk keluar rumah. Sesampainya di teras rumah, ia kembali bertanya kepada anaknya itu. "Mau nunggu disini?" tanyanya.

Geza menolehkan kepalanya ke arah Ibunya. "Ikut Mama," katanya.

Vira menganggukan kepalanya mendengar jawaban anaknya itu, menggandeng tangan Geza dan membawanya menuju tukang sayur yang sudah berada tidak jauh dari gerbang rumahnya. Sesampainya di tukang sayur, ia dan Geza langsung disambut oleh salah satu Ibu-ibu tetangga Vira bernama Wina yang mencubit pipi Geza dengan gemas.

"Tumben ini si kasep ikut, biasanya cuma liatin dari teras," kata Bu Wina sembari mencubit pipi Geza.

Vira melirik Geza sekilas yang hanya diam saat pipi bulatnya dicubit oleh Bu Wina, lalu ia mengalihkan pandangannya pada tetangganya itu sembari tersenyum. "Iya nih, gatau tiba-tiba Geza mau ikut," katanya.

Consequent 2 : Family life (Tamat)Where stories live. Discover now