Fantasy Fiesta 2012 entry : Sembilan Nyawa

1.5K 87 18
                                    

Cerita berikut adalah cerpen yang saya ikutkan dalam lomba Fantasy Fiesta 2012 yang diadakan oleh kastilfantasi.com 

Kalian juga bisa membaca cerita ini di http://kastilfantasi.com/2012/07/sembilan-nyawa/

dan ulasan juri (alhamdulillah cerpen ini masuk top 60) di http://kastilfantasi.com/2012/09/ulasan-cerpen-fantasy-fiesta-2012-bagian-1/

SELAMAT MEMBACA :D

-------------------------------------

SEMBILAN NYAWA

Namaku Clive, dari ras Cayatte. Sama seperti semua keturunan ras Cayatte lainnya aku terlahir dengan ciri fisik unik telinga runcing berbulu dan ekor berwarna hitam legam. Kami dikarunia kemampuan yang disebut ‘Sembilan Nyawa’. Pernahkah kau mendengar mitos bahwa seekor kucing sangat sulit mati karena mereka memiliki sembilan nyawa? Itulah karunia kami, dan ini bukanlah mitos. Artinya, kami memiliki kesempatan ‘mati’ sebanyak delapan kali sebelum kami ‘mati’ sungguhan di nyawa kesembilan. Bila kami ‘mati’ maka kami akan hidup kembali selama itu bukanlah nyawa kesembilan. Sesederhana itu. Namun nyatanya tidak semua keturunan ras Cayatte memiliki kemampuan tersebut. Buktinya aku. Aku berbeda.

Saat kami berumur 10 tahun seharusnya di punggung tangan kanan kami muncul 9 titik berwarna merah, yang mewakili jumlah nyawa yang kami miliki. Titik ini akan menghilang satu setiap kami kehilangan satu nyawa. Empat tahun yang lalu, di umurku yang kesepuluh hanya muncul satu titik di tanganku. Untuk pertama kalinya penyimpangan seperti ini terjadi di ras kami. Desa kami yang tersembunyi di tengah gunung sempat gempar berbulan-bulan. Membahas apa penyebab keganjilanku ini serta perlakuan apa yang akan diputuskan Ketua kami pada nasibku. Beberapa orang penting di desa menyarankan pada Ketua untuk mengusirku, dengan alasan aku bisa mendatangkan nasib buruk. Orangtuaku tidak mampu berbuat banyak, mereka hanya dari kelas masyarakat biasa. Tidak memiliki hak untuk mengutarakan pendapat. Aku ingat ibuku menangis setiap malamnya dan memelukku sepanjang hari seolah tak ingin melepaskanku kemanapun. Keputusan Ketua kami muncul dalam gelombang pro kontra. Beliau memutuskan aku boleh tetap berada di desa, namun tak diberi pekerjaan penting. Aku ditugaskan sebagai penyapu jalanan. Keputusan tersebut melegakan ibuku, beliau bisa tidur tenang pada malam itu.

Menjadi petugas penyapu jalanan sebenarnya terdengar mudah. Bila saja anak-anak yang lebih kecil dariku tidak melempariku batu sewaktu aku melaksanakan tugas muliaku tersebut. Atau orang-orang dewasa tidak seenaknya melemparkan kotoran ke jalanan untuk mempersulitku. Dalam empat tahun ini aku terus menghitung hari demi harinya. Menunggu hari di mana aku tepat berumur 17 tahun, dianggap dewasa dan boleh memilih untuk meninggalkan desa. Mungkin ini akan membuat ibuku sedih dan ayahku marah. Tapi aku merasa desa ini bukanlah tempatku. Aku tidak diterima di sini.

Pagi ini, seperti biasa aku bangun lebih dulu dari orang lain. Dengan berjinjit aku keluar dari rumah, berusaha tidak membangunkan kedua orangtuaku. Jalanan masih gelap, lampu yang dinyalakan secara sihir mulai meredup.  Aku bergegas ke sumur besar di pusat kota. Mengambil penyiram berleher angsa, mengisinya dengan air penuh-penuh, lalu mulai menyirami jalanan dari ujung ke ujung. Ini terpaksa kulakukan, karena di musim panas seperti sekarang jalanan akan menjadi kering dan mudah berdebu. Orang-orang di desaku benci jalanan yang berdebu. Aku pernah dimarahi habis-habisan karena membiarkannya, dan akibatnya keluargaku tidak mendapat jatah api sihir selama seminggu.

Dengan puas kupandangi jalanan yang basah, ini cukup pikirku. Aku bergegas kembali ke rumahku. Semua lampu jalanan telah padam dan matahari mulai menampakkan wajahnya dari balik gunung. Tercium bau roti panggang dari dapur saat aku membuka pintu rumahku.

“Apa itu kau, Clive?” seru ibuku.

“Ya,” jawabku pendek. Melepas sepatuku dan mencuci tangan sebelum masuk ke dapur. Di meja makan sudah menunggu ayahku yang mengambilkanku piring dan menuangkan segelas susu kambing untukku. Dua potong roti segera mengisi piringku. Dengan lahap kugigit roti pertamaku.

Fantasy Fiesta 2012 entry : Sembilan NyawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang