Bidadari

28 1 0
                                    

BRUKK!!!,

Sebuah tabrakan terjadi, saat aku tengah berlari memburu waktu masuk kelas yang hanya tinggal satu menit lagi, pekik wanita yang kutabrak terdengar sangat jelas. Jelas itu makian, untuk maling "bangsat". Kata kotor itu keluar dari wanita dengan paras ayu layaknya bidadari. Bahkan aku takkan lupa dengan wajahnya, meskipun hanya sekilas kacamata bulat yang membingkai matanya, lesung pipi yang memikat, dan aroma tubuh yang terus saja lekat dalam penciumanku.

"sep..?!!asep sudirman sunaryaaaa!!!"

BLAKKK!!!

buku ppkn yang sudah digulung seperti pemukul bola baseball, menghantam wajahku Keras. Membuyarkan lamunanku. Dihapanku sekarang adalah malaikat pencubit antara tete dan perut. Guru PPKN satu ini memang terkenal galak pada anak-anak yang tidak mengikuti mata pelajajrannya dengan benar.

"kenapa kamu melamun, sambil senyum senyum?"

"......"aku hanya bisa diam.

"jawab asepp" malaikat ini semakin marah

Bidadari berkacamata, yang jatuh tertabrak tadi melewati pintu kelasku, aku melihat matanya mendelik. Setelah hilang dari jangkauan mataku. Gelak tawa meledak di pinggir kelas. Sedang aku masih terjebak dengan malaikat pencubit yang masih setia mengintrogasikuku.

Suasana kelasku yang jika kugambarkan itu mirip seperti kuburan, tanpa suara. Hanya ada suara pukulan buku ppkn pak herdis di depan bangku kelasku. Andai dia didatangin ijroil yang asli mampus sudah.

"baiklah asep, silahkan berdiri!!, yang lain silahkan balik kanan" aku dengan sigap berdiri.

tibalah di akhir penghakiman ku yang amat menyakitkan, cubitian diantara tetek dan pertuku ini, akan menjadi akhir yang mengharukan. Karena setiap anak pasti akan menahan tangis sekuat tenaga sampai muka mereka merah gak karuan."

"AAaaaaaaadedededehhhhhhhh,"

Semua penghakiman itu berakhir saat bel tanda istirahat berbunyi, rasanya hari ini adalah hari terindah, dan tersial. Aku hanya bisa menggerutu.

***

Besoknya aku berkaca di kamar mandi melihat luka lebam bekas cubitan sudah mentato diantara tete dan perut. Aku hanya mendengus kesal. Lekas aku memakai seragam , lalu bergegas untuk berangkat sekolah. Di perjalanan aku sedikit berharap bisa bertemu bidadari kemarin.

Setibanya di sekolah, entah kenapa tuhan begitu baik. Aku kembali dipertemukan dengan bidadari itu di tengah jalan saat dia akan masuk ke gerbang sekolah dan motorku menabrakanya.

BRAKKK!!!

"anjiiiiiiiiiinggggggg."

Perasaan senang bisa bertemu dengannya kembali seketika berubah menjadi perasaan bersalah yang amat mendalam. Kejadiannya begitu cepat motorku menambrak kaki kanannya sampai menelan luka dalam.

Mulai dari hari itu jumat 02 mei, hidupku berubah menjadi babi sister, eh ralat menjadi babiguard yang senantiasa harus mengantarnya kemanapun, memenuhi setiap keinginannnya, dan tinggal dengannya. Anjink. Rumah dengan pagar tinggi, lalu taman kecil dengan kolam ikan lele tepat ditengahnya, menjadi pemandangan yang langka bagiku yang tinggal dirumah sebesar 12X10 persegi.

"rumahnya besar" celetuk aku, sambil memapah bidadari cedera.

"ooo, iya, ngiri ya ?"ketus dia dengan nada sombongnya.

Ingin aku melepaskan peganganku, lalu dia jatuh dan aku tertawa. Gerutuku ku dalam hati.

Tibalah aku di sebuah ruangan seukuran rumahku, yang ternyata adalah kamarnya. Interior bernuansa putih, tidak ada boneka yang ada hanya action figure yang tertata rapih dalam lemari kaca, selain itu beberapa poster band GUGAT yang tertempel di dinding kamarnya, satu lagi yang menarik perhatianku adalah ceceran baju, celana sampai aku mendongak saat melih sebuah bra, tegeletak tidak sadarkan diri diatas Kasur.

"opss, apaaan tuhhhh ?" umpatku

"ouh, itu bra. Kamu tau kan ?" dingin dan datar sekali.

Mataku kembali meneliti memeastikan tidak ada penemuan yang lebih menghebohkan disbanding bra tadi. Lalu sebuah benda mirip cd wanita (itu memang cd wanita) melayang di hadapanku benda itu mendarat pada sebuah gundukan cucian di sudut lebari baju.

"bangsat, kalau kena muka gimana tuh kacut ?"

"bukannya seneng ya ? belum pernah pegang kacut wanita kan ?" sambil melemparkan semua baju, cd, tanktop, bra nya ke sudut tadi.

"beres kan ?"senyuman mister bean

"sialan, aku gak sejorok itu kaleee"

Dia duduk di kasurnya, aku hanya memperhatikan tingkahnya yang sangat membuatku terheran-heran. Cewek secantik ini, dengan kelakuan sejorok ini masih pantaskah aku sebut bidadari ?

"aku mau es krim dong ?"

"ini malem cuk, ngapain makan es krim jam segini ?" lamunanku buyar sektika.

"jangan banyak bacot ihh, masih inget ini perbuatan siapa ?" dia menggerutu sambil memonyongkan bibirnya keliling dunia.

Sialan memang, pada akhirnya aku pergi membeli eskrim yang tempatnya cukup jauh dari rumah bidadariku ini. aku mikir di perjalanan jarak memebeli eskrim dikali ketahanan eskrim sebelum mencair sama dengan aku harus balik lagi kalau eskrim nya cair.

Goblok banget sih. Gerutuku dalam hati.

Sesampainya di alfamart, pikiranku mulai mencari cara bagaiman eskrim itu tidak cair, dan munculah sebuah ide untuk memasukan eskrim itu kedalam kresek alfamart, lalu diberi es batu didalamnya dan walaaaa!! Sampai di rumahnya eskrim tetap aman tidak mencair sama sekali.

"Es krim magnum dengan balutan choco granule renyah dimulut!! Silahkan, "ketus ku sambil menyerahkan eskrim yang dibungkus dengan kresek alafamart itu.

"makasih ya" dia berbalik sambil berlalu kekamarnya.

Satu senyuman manis dan tulus tersungging di bibirnya sesaat sebelum dia berbalik. Aku puas dan aku rela menjadi alat pemuas baginya asal senyuman itu selalu menjadi upahku. Dasar bucin. Gumamku lagi dalam hati.

Terima kasih telah membaca insomdia, saya berharap banyak kritik dan saran yang membangun.

Selanjutnya Insomdia : "namanya"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 03, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

InsomdiaWhere stories live. Discover now