Memorial Flower

70 5 0
                                    

Sebuah pepohonan lebat terterpa angin menghembus membuat dedaunannya menari-nari hingga terlepas dari batangnya, terbang menuju langit biru kemanapun angin membawanya. Terlihat sebuah taman yang begitu indah dengan susunan bunga berwarna-warni yang di tanam berpola membuat sebuah harmoni.

Rambut kuning lurus panjang, memakai baju terusan putih dengan paras wajah yang begitu cantik, duduk di sebuah kursi roda. Ditemani seorang pelayan memakai baju hitam putih gotik berenda-renda dibelakangnya. Kicauan burung-burung, hembusan angin, cahaya Matahari yang terang, seakan membuat pertunjukan demi menarik perhatian tuan Putri yang terduduk. Tak satupun dari mereka yang mendapatkan balasan sang Putri. Matanya sayu, bibirnya datar, kulitnya putih pucat, matanya melihat kearah depan tapi tak satupun benda yang Ia lihat. Terkadang Ia berkedip lelah.

Sang Penguasa telah lama membuat sayembara bagi siapapun yang dapat membuat Putri kembali ceria seperti sebelumnya akan mendapatkan imbalan yang sangat besar. Badut, pendongeng, penari, segala hal penghibur tak satupun membuat mata sang Putri berkedip. Hingga seorang ksatria rupawan menawarkan diri untuk menghibur sang Putri.

"Yang mulIa, Nama hamba adalah Albert Di Poli putra Farra. Perkenan kan hamba menghibur sang Putri." Dengan sikap yang sopan, membungkuk hormat.

Sebuah ingatan dimasa lalu, ingatan sang Putri. Ketika itu dia berlari-larIan sambil teriak-teriak di sekitaran bangunan luas megah mencari akan seseorang, diikuti dengan pelayannya yang terengah-engah. Menuju Ruang makan, Ruang ganti baju, Dapur, Gudang perbekalan, Aula depan, hingga area sekitar seperti Taman bunga, Kebun Apel, Kandang Kuda Ia tak menemukan apa yang Ia cari.

"Tidak ada, tidak ada, TIDAK ADAAAAAAA!!" Teriak sang Putri hingga kelangit luas yang memandanginya.

Rombongan pasukan berbaju zirah mulai terlihat memasuki halaman Istana satu per satu. Perlengkapan yang lusuh, rusak bahkan tak satu orang pun yang kehilangan bagian tubuhnya. Aura gelap menghampiri sang Putri seakan dunianya runtuh Ia runtuh bersama dunIa itu.

"Bohooo...IAAAAAAAK!!!" Air matanya bercucuran dengan teriakannya yang menutupi indra pendengarannya sendiri. Dengan terus tertelan kegelapan yang sangat pekat.

Kembali kesituasi saat ini, Penguasa bergerak menuju kearah Ruangan Kamar Putri yang tertutup. Membukanya, seketika itu dia kaget dengan keadaan Putri yang tak berdaya diatas tempat tidurnya, tak mengenakan satupun baju. Seorang KsatrIa yang menawarkan diri untuk menghibur sang Putri berada diatasnya berair liur deras memegangi tangan sang Putri sambil menyentuh bagian-bagian tubuh lain.

"HAAAAAAA!!!" Teriakan sang Penguasa sambil melancarkan pukulan sekuat tenaga kearah Ksatria Albert. Bersamaan dengan para penjaga yang berdatangan.

"Bruagh!!!" sfx Albert terpental.

Sang Penguasa menghawatirkan keadaan sang Putri , Dia menolehkan pandangannya kearah Putri dengan tatapan sedih. Putri hanya diam saja seperti tidak ada yang terjadi. Matanya masih kosong.

"Bu-Bukan seperti itu, anda salah paham Yang mulia, sa-saya hanya –" Berkeringat dingin sambil memegangi pipinya yang memar.

Belum menyelesaikan perkataannya sebuah sayatan pedang menebas pundak kanan Ksatria itu hingga ke pinggang kiri.

"Jraaasssshhh" Darah yang muncrat mewarnai segala sudut.

Segera Penguasa mentupi Putri dengan bajunya yang terlepas dan memeluknya dengan erat.

"Hanya tinggal kau seeorang yang merupakan bagian dari Istana ini, Mendiang Ayahmu pasti akan kecewa padaku" berbisik sambil meneteskan beberapa air mata dengan gigi yang menggeram sesal.

Keadaan mulai hening membuat suasana ruangan semakin sepi.

***

Keseharian Putri diisi dengan duduk di kursi roda ditemani dengan pelayannya yang setia membawanya berkeliling taman bunga di sekitar Istana. Keberadaannya seakan menyatu dengan taman, ketika angin berhembus menggerakkan dedaunan dan bunga, begitu pula dengan rambut keemasan panjang milik Putri.

Crowned PrincessWhere stories live. Discover now