Ambigu

31 0 2
                                    

Jadi bagaimana?

Kamu maunya seperti apa?

Aku harus berhenti atau tetap berjuang sendiri?

Semua pertanyaan dalam benakku yang tak mampu kau jawab pasti.

Kamu, ambigu.

Selalu bersembunyi dibalik kata nyaman bersamaku tapi tak ingin memilikiku. Kita terlalu sulit untuk bersatu, karena mungkin hatimu masih belum yakin pada semua ketulusanku.

Kalau saja dari awal kau tak datang dan memberi segala harapan, aku tak akan uring-uringan dengan segala rindu yang kerap datang. Kamu tak tahu rasanya menjadi aku, yang kau jadikan pilihan diantara sekian banyak perempuan yang mendekatimu.

Mungkin mudah bagimu datang dan pergi ke dalam hidupku, tapi tolong berpikirlah sekali saja. Bagaimana aku selalu berjuang menahan rasa yang kerap kurang ajar ingin memilikimu seutuhnya.

Aku tak peduli pada kata nyaman yang selalu kau jadikan dalih agar aku tak pergi, padahal kau tahu aku sudah terlanjur memakai hati. Ini sulit, tetap menjadi waras saat hatiku begitu menggebu karena tak ingin kau lepas.

Lepaskan saja genggaman tanganmu, karena sekali lagi aku sudah tahu bahwa hatimu tak memilihku. Aku tak ingin lagi jadi pelampiasan sepimu, saat orang yang kamu harapkan justru mengabaikanmu.

Berjuang tak pernah sebercanda itu, aku sudah sungguh-sungguh tapi kau masih ingin bermain-main dengan perasaanku. Kamu sudah pernah aku ceritakan bagaimana dulu hatiku patah dan hancur, apa kau mau mengulang cerita yang sama dan menyakitiku juga?

Ini tidak semudah yang kau kira, kau memakai logika dan aku tak tahu sekarang logikaku pergi ke mana. Kalau kau menyuruhku mengendalikan rasa, apa aku bisa memintamu seperti itu juga? Tolong jangan datang dan pergi sesuka hati, hatiku tidak sesiap itu untuk kau permainkan lagi.

Baik, sekarang berhentilah bersikap ambigu padaku.

Tinggalkan aku atau ajak aku bersamamu.

Kita sudah dewasa, berhentilah bermain-main perihal rasa.

Titik TemuWhere stories live. Discover now