3. Kenangan yang Terlewatkan

23.5K 1.1K 100
                                    

Semesta sedang mempermainkan Veranda dengan begitu kejamnya.

Kehidupan pernikahannya dengan Baskara mungkin tidak selalu berjalan mulus. Terkadang ada hal-hal yang membuat mereka berselisih paham, tetapi tidak ada yang tak bisa diselesaikan dengan obrolan panjang dari hati ke hati ditemani oleh secangkir teh. Mereka bahagia satu sama lain, setidaknya waktu itu Veranda yakin jika pernikahan mereka yang telah berjalan hampir sembilan tahun itu baik-baik saja.

Seandainya kebahagiaan sepasang suami istri ditentukan oleh keputusan mereka sendiri, tentu mereka mungkin masih bersama-sama hingga sekarang. Tetapi, tentu saja, Baskara masih memiliki keluarga yang sampai mereka setua ini, selalu punya cara untuk mengintervensi kehidupan mereka sebagai pasangan.

Tahun pertama pernikahan, pertanyaan kapan punya anak mulai didengungkan oleh berbagai orang, mulai dari bude, pakde, bahkan orang tua Baskara meski dilontarkan sambil setengah bercanda. Waktu itu mereka masih tinggal di Indonesia dan pertanyaan itu mereka terima tiga kali setahun; saat hari raya Idulfitri, saat acara kumpul keluarga yang diadakan setahun sekali, dan saat mereka kembali berkumpul untuk merayakan tahun baru bersama di vila keluarga Baskara di daerah Kaliurang. Awalnya Baskara dan Veranda hanya menanggapi pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan santai karena usia pernikahan yang masih seumur jagung. Mereka juga sedang mengembalikan uang tabungan yang terpakai untuk biaya resepsi besar-besaran, jadi kehadiran anak pada masa-masa seperti ini tentu belum memungkinkan.

Menginjak tahun keempat usia pernikahan, Baskara mendapatkan tawaran pekerjaan dan pilihan melanjutkan pendidikan di UK, sehingga kesempatan ini tidak mereka sia-siakan begitu saja. Pada waktu itu, alasan yang memotivasi kepergian mereka ke tempat baru adalah pertanyaan yang tak henti dilontarkan pada mereka tentang keturunan. Saudara dekat, tetangga, hingga teman kantor silih berganti menunjukkan ketertarikan mereka tentang kehadiran anak pada keduanya. Hal tersebut sering membuat Veranda murung dan tampak melamun sepulang kerja.

Mereka menetap di pinggiran kota Manchester selama dua tahun, sebelum pindah ke lingkungan universitas Cambridge hingga sekarang. Veranda memutuskan untuk melanjutkan studinya setelah Baskara selesai dengan urusan akademis, sehingga mereka masih bisa memiliki waktu berkualitas bersama, dibandingkan jika keduanya sama-sama menempuh pendidikan secara bersamaan.

Memasuki tahun ke-8, bahtera rumah tangga mereka mulai goyah. Semuanya bermula ketika mereka menelepon keluarga Bastian di Yogyakarta untuk mengucapkan selamat hari raya Idulfitri. Mereka mungkin tidak bisa merayakan dengan maksimal di Inggris karena masih harus beraktivitas seperti biasa. Veranda sibuk mempersiapkan segala kebutuhan untuk kembali ke bangku kuliah, Baskara dengan masa percobaan di tempat kerja baru.

"Kalian kenapa sih, kok nggak punya-punya anak? Ingat umurmu sebentar lagi 40. Harusnya anakmu udah mau masuk SMP, kayak cucunya Bulik Wati. Memangnya istrimu sibuk apa sih? Ibu rumah tangga aja kegiatannya kan nggak banyak, sih?"

Veranda dan Baskara tertegun mendengar ucapan tersebut. Sebelum menikah, Veranda bekerja sebagai sejarawan di salah satu museum di Surakarta, karena latar belakang pendidikannya di jurusan sejarah. Saat menemani Baskara di Inggris pun, Veranda tidak diam di rumah begitu saja. Ia mengikuti beberapa kelas dan kursus bahasa yang ditawarkan gratis serta aktif dalam kegiatan sosial untuk amal. Mendengar tuduhan semacam itu dari mertuanya, cukup membuat sedih Veranda. Ia lebih banyak terdiam sepanjang video call mereka.

Setelah hari itu, Ibu Baskara hampir setiap bulan menelepon untuk bertanya apakah mereka sudah punya kabar baik yang beliau tunggu-tunggu. Bahkan dari salah satu panggilan telepon tersebut, Veranda mencuri dengar bahwa Ibu Baskara menuduh ia mandul, meski kabar itu langsung disanggah oleh suaminya dengan mengatakan mereka berdua sehat. Walau begitu, Baskara tak pernah benar-benar berusaha membelanya. Ia selalu berusaha menjadi penengah, namun tak pernah ada kalimat pembelaan yang Veranda dengar darinya ketika ucapan sang mertua semakin lama semakin menyakitkan.

Remarry You √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang