24th Floor

474 79 7
                                    

HAL PERTAMA yang melekat di kepala Nova adalah Flint masih menyayangi ibunya. Setelah itu, lanjutan kisah kedua dokter itu tidak lagi penting. Tetap saja, orang itu telah meninggalkan keluarganya dan menghilang tanpa jejak. Nova tidak bisa berlapang dada.

Dee dan Kei memandang Nova yang pikirannya entah berada di mana. Seolah-olah baru menyadari sesuatu, gadis itu akhirnya mengangkat wajahnya, bertanya, "Siapa sebenarnya Dasbala dan Kiril?"

"Hal pertama yang kau tanyakan adalah itu?" pria botak di sampingnya terdengar tidak percaya, "Bukannya sudah jelas?"

Nova bolak-balik melihat ke arah tudingan Luke dan wajah kedua dokter yang duduk di depannya. Mengangguk perlahan, Dee membenarkan asumsinya. Gadis itu mengerjapkan mata beberapa kali, baru menyadari.

"Bukankah nama kalian Dee dan Kei?" tanya Nova.

"Dee untuk Dasbala dan Kei untuk Kiril," Dee menjelaskan singkat.

"Flint meminta apakah kita bisa membunuh diri kita sendiri," ujar Kei sembari meraba bibirnya. Ia mendengus, "Dia benar-benar orang gila."

"Bukan 'membunuh', bunuh diri," Dee membenarkan, "Kami harus 'mati' karena banyak hal yang keluar dari jalur."

"Dan salah satu cara agar rencananya terus berjalan," Kei menimpali, "Dasbala dan Kiril harus enyah dari dunia ini."

Indhira turut memerhatikan, mengerutkan alisnya. Sepertinya ini juga informasi baru untuk perempuan itu, "Kenapa kalian mengubah identitas diri?" tanyanya.

Dee menarik napas, "Akan menjadi dongeng lagi kalau menceritakan hal itu. Singkatnya, tidak semua rencana Flint berjalan dengan semestinya. Seseorang yang dipanggil Leprechaun memiliki banyak mata. Seorang informan yang akan langsung turun tangan, tetapi tidak mau mengotori tangannya secara langsung."

"Dia itu orang yang sangat licik," ujar Kei, "lihai dan berbahaya. Dia mengumpulkan banyak informasi dan menjualnya. Dan, tebak siapa pihak yang paling membutuhkan informasi legal maupun ilegal untuk menjalankan bisnis yang katanya menyelamatkan umat manusia?"

"Orenda?" Nova menerka.

Kei mengangguk, "Dengan informasi yang dia miliki, Leprechaun menjadi orang di balik layar yang berpengaruh besar pada Orenda dan juga Floor. Pelintir sedikit fakta, seluruh uang bisa langsung masuk ke kantongnya. Lagi pula siapa orang yang takkan terlena dengan jumlah ori yang ia miliki? Tidak ada."

"Bayangkan juga jika ada seseorang yang mau menghancurkan taman bermainnya," Dee menambahkan, "Dia tidak akan bisa tinggal diam."

Luke memainkan pemantik api di jemarinya. Ia memastikan, "Jadi, rencana Flint bocor dan kalian terpaksa mengganti identitas diri?"

"Kurang lebih," jawab Dee, "Ingat ledakan yang terjadi di Orenda lima tahun yang lalu? Itu hari di mana kami berdua harus mati."

Meski sudah lama berlalu, berita itu cukup menggemparkan Floor. Surat kabar dan berita pariwara tak hentinya meliput kehancuran gedung hitam massif nan kokoh itu. Sebuah perusahaan yang membantu umat manusia meledak dan hancur berantakan; terlalu dilebih-lebihkan, terlalu sensasional. Di saat yang sama pula adalah waktu di mana ayahnya semakin sering meninggalkan keluarganya sendirian. Nova bahkan tak lagi ingat terakhir kali ibunya menyunggingkan senyum bahagia. Hari semakin pendek, definisi keluarga normal semakin jauh dari angan-angan.

"Liputan di media tidak pernah menjelaskan secara detil, 'kan?" ujar Luke, kini memutar rokok di jemarinya, "Apa yang sebenarnya terjadi?"

"Burung-burung kecil Leprechaun nampaknya membocorkan hal-hal pada atasan kami —bukan Flint, tentu saja. Kecurigaannya semakin tinggi dan bagi Flint, lebih baik kami mati daripada membocorkan apa yang kami rencanakan," ujar Dee, "Jadi, ayahmu, Nova, dialah yang menyebabkan ledakan itu. Sedemikian rupa dianggap sebagai kecelakaan lab biasa."

Down There Is What You Called Floor [END]Where stories live. Discover now