FLAURA

159 39 10
                                    

Flaura menghela nafas sembari menyaksikan Grayhan yang tertidur pulas, kemudian gadis itu berbalik badan dan meninggalkan Grayhan sendirian dalam kamar rawat inap.

Ketika Fla menutup pintu pelan, Grayhan mengintip keberadaan Fla. Rupanya ia hanya berpura – pura tertidur pulas! Ia hanya tak ingin gadis itu berbicara lebih panjang lagi. Karena itu hanya akan menghabiskan waktu istirahatnya saja.

"Huuuh " Grayhan mengembuskan nafas lega setelah ia memastikan bahwa Fla sudah benar benar menghilang.

"Hahahaha" suara tawa itu sontak membuat Grayhan nyaris jantungan. Fla kembali membuka pintu sambil berkacak pinggang. Gadis itu tersenyum evil dan merasa menang karena berhasil menangkap basah Grayhan yang telah membohonginya.

"Lo pikir gue bakal percaya?" Fla memasang wajah sombongnya, ia terus berkacak pinggang sambil meliuk – liukkan kepalanya. Meledek Grayhan.

"Dih, Hussss sana sana! Pergi!" Usir Grayhan sambil mengibaskan jemarinya. Memberi isyarat agar Fla meninggalkannya.

"Heh! Lo itu harusnya berterimakasih kek sama gue, karena gue yang udah nyelametin lo dari Andrev! Ngerti?"

"Hmmmm.... Jadi beneran lo yang nelfon ambulance? Dan nyelametin gue dari Andrev?" Mata Grayhan sempat terbelalak sebelum menyipit penuh selidik.

"Mustahil" Tandas Grayhan, kemudian ia bersandar sambil melirik Fla.

"Terserah sih, mau percaya mau enggak" Fla menarik gagang pintu, hendak pergi.

Tetapi kemudian Grayhan berteriak, seperti melarang Fla untuk pergi. Namun gadis itu tidak menghiraukannya dan terus melenggang pergi begitu saja.

Grayhan mengacak – acak rambutnya geram.

"Aaaargh!"

***

Seorang pasien perempuan berusia 40 tahunan tengah terkulai lemas di ruang inap, mengerjap – ngerjapkan matanya berulangkali. Dan hanya itu yang dapat ia lakukan. Menatap lurus ke arah langit langit ruangan. Berimajinasi atau bernostalgia, entahlah..

Seorang dokter muda berparas cantik menghampirinya, menyapanya dengan lembut . berbisik pelan sehingga membuat ibu paruh baya itu tersentak dan menoleh ke arahnya.

Beliau tersenyum rapuh. Sudut matanya sudah berkerut, bukan kerutan karena tua tetapi lebih mirip seperti kerutan sebab lelah.

Dokter itu mengelus bahu sang ibu paruh baya, tersenyum lagi. Berbisik lagi. Kemudian ibu paruh baya itu mengangguk dan tersenyum kembali.

Hingga kemudian, Dokter muda itu meninggalkan ruangan setelah memastikan ibu paruh baya itu tersenyum.

***

Ozy dan Rayan berjalan dikoridor hendak menuju kamar inap Grayhan. Dan kebetulan mereka berpapasan dengan Fla. Sontak mereka tersenyum menyapa Fla segan.

"Assalamu'alaikum.." sapa Fla santun.

"Wa..... wa apa zy?" Rayan menepuk bahu Ozy.

"Wa'alaikumussalam mbak" Ozy tersenyum kepada Fla sebelum memukul kepala Rayan pelan.

"Bego! Malu – maluin! Kalo lupa diem aja!" Bisik Ozy kepada Rayan, bukan bisikan sih karena Fla mendengarkannya secara jelas hingga ia tertawa kecil.

"Mau jengukin Gray? Dia lagi tidur tadi... " ujar Fla.

"Iya mbak... Oh gitu ya" Jawab Rayan cengengesan.

"Yaudah, pergi dulu ya... Assalamu'alaikum" Fla melangkah pergi sembari mengucap salam.

"Wa.... Wa..... " Ozy tergagap

"Wa'alaikumussalam warrahmatullah" Sahut Rayan kemudian.

"Kok jadi lo yang bego sih" Rayan menoyor kepala Ozy.

"Hahaha, bingung juga gue .. elu sih!" Ozy balik menoyor kepala Rayan.

Mereka pun kembali berjalan seraya Fla hilang dari kasat mata.

***

Ozy dan Rayan membuka pintu ruang inap Grayhan. Sahabatnya itu tengah berbaring dan menatap langit langit dengan tatapan nanar. Satu lengannya ia angkat, telapak tangannya mengepal dan ia letakkan diatas dahinya.

"Woy!"

Suara Ozy membuat Grayhan spontan terbangun, terkejut dengan kehadiran sahabatnya.

Lalu tiba – tiba ia memegangi perutnya. Kesakitan. Ia lupa bahwa luka tusukannya masih basah.

"Hehe.. Sorry bray" Ozy cengengesan. Sedangkan Rayan memilih untuk duduk tanpa berkomentar.

"Kapan boleh pulang nih?" Keluh Grayhan sambil terus mengelus bagian perutnya.

"Nunggu Avatar maen ke rumah Spongebob ya" Sahut Ozy. Ia duduk disamping Grayhan dengan satu kaki terangkat dan satulagi menjuntai.

"Yeee... nggak mungkin lah itu. Gue pengen cepet – cepet pulang" Sergahnya sambil berupaya untuk merebah lagi.

Spontan Rayan berdecak sambil menggelengkan kepalanya.

"Ckckckck.... Bersyukur lo harusnya Gray" komentarnya sambil tersenyum aneh.

Grayhan mengangkat sebelah alisnya, merasa heran.

"Maksud lo?" ia tak mengerti.

"Dokternya cakep" Sahutnya disambut tawa terbahak oleh Ozy.

"Siapa dokternya?" Grayhan mengerutkan dahi sambil menatap Ozy dan Rayan.

Ozy dan Rayan saling tatap tak mengerti.

"Mba mba pake kerudung ijo tadi.." Ujar Ozy.

"Haa? Dia dokter?" Tanya Grayhan dengan intonasi tinggi.

"Kok lo shock sih?" Ozy dan Rayan lebih tidak mengerti lagi

_______________________________________________________

Oke, maaf

INTENTIONWhere stories live. Discover now