3. Tragedy

475 64 4
                                    

"Tiketnya udah?" Damian bertanya pada Alisa yang kala itu terlihat sibuk dengan ponselnya.

Apel sore berakhir lima belas menit yang lalu, kini kesepuluh anggota magang sedang berkumpul di Divisi Kepegawaian sembari mengisi absen dan laporan kegiatan harian. Alisa sudah menyelesaikan laporan dan absennya, dan tengah memesan tiket kereta melalui jasa ojek online. Hari itu adalah hari Jumat, alias hari terakhir kerja di minggu itu, dan sebagian besar anggota magang berencana untuk pulang ke rumah mereka yang berada di luar kota.

"Ini lagi pesen, nunggu konfirmasi driver nih." Alisa menjawab sembari menunjukkan layar ponselnya yang menunjukkan halaman pemesanan pada Damian.

"Kalian jadi pulang?" Bambam yang baru saja menyelesaikan laporan kegiatan hariannya ikut nimbrung.

"Jadi dong," Joy menyahut sembari mengisi lembar laporan kegiatan hariannya. "Lo nggak pulang, Bam?"

Bambam menjawab dengan anggukan, "jadi, tapi ntar malem aja mau motoran sama Bobby."

"Iya biar sepi jalannya jadi enak." Bobby menimpali.

"Eh udah nih, tiket buat ntar malem jam delapan, ya?" Alisa berseru setelah mendapat konfirmasi dari driver ojek online. "Nanti dianter ke kost."

"Oh yaudah kalo gitu ayo buruan balik." Damian mengusulkan. Pemuda itu kemudian berdiri dari duduknya sembari menyampirkan tasnya ke bahu.

"Tar dulu." Jeni menyahut sadis. "Nggak liat apa nih belum selesai?" lanjutnya dengan ketus, merujuk pada laporan kegiatan hariannya. Gadis itu melirik Damian dengan lirikan andalannya yang bisa diartikan, wait for me or else... Pasalnya, pasangan boncengan Jeni adalah Damian, mendengar ajakan Damian barusan pun membuat Jeni cukup berang karena, ya kalo lo pulang duluan gue sama siapa, malih?!

Nada tidak bersahabat dari Jeni barusan kontan membuat Damian terdiam. Sudah bukan rahasia lagi jika pemuda jangkung itu takut pada Jeni, apalagi ketika gadis itu sedang dalam mode senggol bacok. Well, sebenarnya bukan Damian saja yang takut pada Jeni, hampir semua orang takut pada Jeni untuk berbagai macam alasan. Sebagian besar di antaranya diakibatkan aura menyeramkan yang selalu terlihat pada Jeni. Namun aura tersebut tidak berlaku bagi bocah-bocah bengal dan kelewat cuek seperti Arjuna, Lucas dan Alisa—serta Bambam, karena dia hanya takut pada Allah Subhanallahu wa ta'ala.

Arjuna yang sedari tadi asik bercanda dengan Rosie kemudian menengahi, "yaudah sebagian pulang duluan aja. Cewek-cewek yang udah selesai tuh terutama kan tiketnya dianter ke kost kalian."

Alisa dan Rosie saling melempar kode lewat mata mereka, beberapa saat kemudian, Alisa berujar, "yaudah gue sama Rosie balik duluan aja, ya?"

"Iya sana balik duluan, gue sama Yuqi nunggu Jeni dulu. Yang penting kan ada yang di kost kalo abang driver ojeknya sampe." Joy menyahut dari samping Ayuqi.

"Ayo pulang juga, Cuk. Mules nih." Arjuna ikut-ikutan berujar pada Lucas, pasangan boncengannya yang sedari tadi anteng duduk di sebelah Ayuqi.

Yaiyalah anteng, duduk sebelah gebetan.

Lucas melirik Arjuna setengah kesal. Ya dia kan mau nungguin Ayuqi pulang juga. Nggak pengertian banget dah Arjuna.

"Buruan anjing, keburu nggak kuat nih." Arjuna sewot ketika melihat ekspresi ogah-ogahan di wajah Lucas.

"Iye-iye, elah." Lucas akhirnya menurut, bangkit dari duduknya. Tapi ia menyempatkan diri untuk berpamitan pada Ayuqi. "Aa pulang duluan ya, neng? Nanti Aa anterin ke stasiun, deh."

Ayuqi yang digombalin, Alisa yang ngegas. "YEU MASIH SEMPET NGEGAS AJA ELAH."

"Astaghfirullahaladzim Lis, perempuan tuh nggak boleh kasar kalo ngomong."

Bạn đã đọc hết các phần đã được đăng tải.

⏰ Cập nhật Lần cuối: Dec 20, 2018 ⏰

Thêm truyện này vào Thư viện của bạn để nhận thông báo chương mới!

MAGANG SQUADNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ