June#13

48.1K 3.6K 104
                                    

Suara pendeteksi jantung terdengar, menjadi pengisi seluruh penjuru ruangan yang senyap. Terdapat seorang gadis yang berjalan menuju ranjang pasien, tempat dimana seorang laki-laki terbaring dengan alat yang menempel ditubuhnya.

Sangat menyakitkan setiap kali dia melihatnya.

Ia duduk pada kursi sampingnya, meraih jemari yang terasa dingin itu dan menggenggamnya erat, berharap dengan begitu dapat berbagi sedikit kehangatan disana. 

Matanya menatap wajah pucat yang setia dengan kelopak mata tertutup, kemudian menghembuskan nafasnya perlahan guna mengurangi sedikit rasa sesak di dadanya.

"Kamu masih belum bangun ya?" buliran bening itu tanpa disetujui lolos dari kelopak matanya, mengalir membasahi pipi.

"Kamu tau bukan? Aku disini masih bertahan cuma karena ada kamu, mastiin kamu bakal baik-baik aja setelah bangun nanti."

Gadis itu menghapus air matanya kasar. "Maaf aku gak bisa selalu ngejaga dan selalu disamping kamu, tapi aku janji kalau nanti kamu bangun, aku yang akan jadi orang pertama yang kamu lihat. Kamu mau bahagiain aku kan? jadi aku mohon bangunlah." ucapnya parau mencium tangan itu dengan lembut.

Drtt

Drttt

Gadis itu merogoh saku mengambil ponselnya yang bergetar, sebelum menjawab ia mendekati kepala lelaki itu dan mencium keningnya, kemudian melenggang pergi.

***

Kelopak mata Agam terbuka, mengerjap dengan pelan. Netranya mulai menyusuri setiap sudut ruangan berdinding putih itu dan tak mendapati satu orang pun disini.

Dimana dia sekarang? Agam bertanya dalam hati.

Pintu ruangan terbuka tiba-tiba, membuat perhatian Agam teralihkan kearahnya, disana berdiri seseorang yang sangat ia kenali betul, dia tampak terkejut dan bergegas langsung menghampiri nya.

"Agam lo udah sadar?"

Pertanyaan macam apa itu? sudah terlihat jelas bukan? hanya dengan melihat matanya terbuka lebar saja. Marga idiot, Batin Agam.

"Lo mau apa? Minum? Makan? Apa yang sakit? Mau gue panggilin dokter?" Tanya Marga beruntun. Agam sampai eneg mendengarnya.

Sabar Marga.

"Della?"

"Della diluar lagi nerima telpon." Marga mengambil gelas dinakas, "Minum dulu."

Laki-laki itu membantu Agam duduk, meletakkan bantal pada punggung laki-laki itu dan membantu Agam minum.

Tak lama pintu ruangan terbuka, Della masuk dengan tergesa, berjalan menghampiri Agam. Kemudian mendekap laki-laki itu dengan erat.

"Sorry." Ia mencium puncak kepala Agam cukup lama dan kembali memeluknya.

Agam tersenyum membalas pelukan Della. "Ella gak marah lagi kan?"

"Engga, maaf aku udah nyakitin kamu, aku emosi."

Agam menggeleng bibirnya cemberut lucu. "Enggak, harusnya Agam yang ngomong gitu," ia menunduk. "Maaf buat semuanya, maaf selalu ngerepotin dan selalu bikin kamu kesel, maaf."

"Kamu gak ngerepotin aku." della tersenyum tulus mengusap rambut Agam.

"Ekhemm."

Deheman Marga membuat atensi keduanya teralih, mereka melepaskan pelukannya dan menatap kearah cowok itu. Agam menatap marga datar.

Mengganggu saja, dasar jomblo. Pikir Agam.

"Masih ada gue, tolong jangan berlebihan." sindir marga, laki-laki itu telah duduk di sofa pada sudut ruangan, wajahnya tampak kecut.

Just ONe [END]Where stories live. Discover now