Study Tour

1.8K 235 13
                                    

Jingga's POV

"Ta, mau bawa jaket yang mana?"

"Ini celana training-nya gue masukin 2 cukup ya?"

"Ini juga kaos lengan panjangnya udah gue pilihin yang gambar snoopy. Powerbank udah gue masukin, charger kamera udah gue di dalem tasnya, dan emmm apa lagi ya, oh iya ini vitamin juga gue satuin sama obat demam ya," teriakku terus ke Retta yang sejak tadi sedang mencuci muka.

Retta keluar dari kamar mandi dengan handuk yang sedang ia pakai membasuhi wajahnya yang basah.

"Iyaaa istrikuuuuu," godanya sambil menyolek pipiku.

"Apa sih lo. Coba lo cek lagi ini udah semua belum? Kebiasaan deh kalo mau study tour dari SMP sampe sekarang selalu gue yang nyiapin."

"I trust you baaaaabe," sahutnya dengan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur tanpa menoleh sama sekali ke tas ransel miliknya yang sedang aku tata.

Aku menghela nafas, "kalo ada yang ketinggalan jangan salahin gue."

"Haha engga lah, sini-sini temenin sini." Retta menepuk kasurnya memintaku untuk duduk di sampingnya.

"Gue masukin vitamin harus lo minum ya di sana Ta, awas aja."

"Iya Jinggaaaaa."

"Satu lagi, gue sama anak-anak OSIS kan jadi panitia bakal sibuk ke sana ke mari. Lo jangan bandel, kalo waktunya makan ya makan, jangan keluyuran kayak yang udah-udah."

"Iya Jinggaaaaa."

"Denger gak sih yang gue omongin?"

"Iya Jinggaaaaa, uuuhhh bawelnya."

"Inget juga, jangan kebanyakan minum es di sana nanti radang lo kambuh."

Kali ini Retta yang menghela nafas, lalu sebelah tangannya menarik tanganku untuk ikut merebahkan tubuh sepertinya.

Ia menatap wajahku, untuk sepersekian detik ada debaran yang tidak seperti biasanya terasa di jantungku.

Retta kemudian tersenyum, "makasih ya Dee, lo selalu ada buat gue."

Aku pun membalas senyumannya. "Iyaaa Ta."

Retta mengubah posisi tubuhnya menatap dinding-dinding kamarnya. "Rasanya gue pengen terus kayak gini sama lo Dee. Gue pengen tumbuh dewasa bareng sama lo. Gue juga... emmmm."

"Apa Ta?"

"Emmm.." ia kembai tersenyum.

"Apa Retta?"

"Gue, gue pengen terus ada di samping lo sampe nanti lo ketemu seseorang yang bener-bener bisa jagain lo, yang sayang sama lo, dan yang akan jadi imam lo kelak."

Seketika ucapan Retta seperti sambaran yang menyadarkanku kalau memang suatu hari nanti kami akan berpisah dengan memiliki keluarga masing-masing.

"Tapi sebelum waktu itu tiba, gue pengen selalu ada di samping lo Dee," Retta melanjutkan kembali kalimatnya sambil menoleh ke arahku.

Aku menatap balik wajahnya, "lo emang sahabat terbaik gue Ta."

Retta tertawa kecil. "Haha iya lah, mana ada orang yang kuat ngadepin kejutekan lo, keribetan lo, kebawelan lo."

Aku memanyunkan bibir. "Retta iiiihhhh, nyebeliiiiiin!"

Aku menghujani lengannya dengan banyak cubitan. Dasar Retta, bisanya ngerusak suasana aja.


Keesokan Harinya

"Sayang, udah semua dimasukin ke tas?" tanya Mama.

"Udah kok Ma," jawabku seraya mengikat tali sepatu.

Reminisce 1.5Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora