Air

6 3 0
                                    

"Malam ini sangat indah, bu. Cahaya bulan yang menerangi malam, bintang yang bertaburan, dan ketenangan. Lengkap sudah." Tuturku.

"Iya anakku. Semoga Tuhan menjaga kita malam ini hingga matahari menyongsong lagi." Ucap Ibu ku.

Setidaknya itulah yang kami tahu, hingga...


"Ibuuuu! Dimana dirimu, buuu? Tolong aku. Aku terjepit. Tolonggg!" Teriakku. Aku terus berusaha untuk lepas dari jepitan ini hingga aku semakin lemas dan pingsan. Ketika aku terbangun, aku sudah berada di rumah sakit dengan seorang paman disampingku.

"Paman? Dimana aku?"

"Wah syukurlah kamu sudah sadar. Kamu di rumah sakit umum kota. Paman menemukanmu terjepit dalam keadaan pingsan. Paman cukup senang karena kamu tidak terluka parah, karena banyak anak-anak yang paman temukan sudah terluka bahkan ada yang parah."

Sepertinya ada yang kurang. Kepalaku sakit sekali.

"Terima kasih sudah menolongku, paman."

"Ya, nak. Berterima kasihlah kepada Tuhan. Kita masih banyak yang selamat. Ngomong-ngomong kamu punya keluarga kan? Dimana mereka?"

"Ayahku sudah meninggal 6 tahun lalu, adikku berada diluar kota dengan tanteku, dan ibuku... Ibukuu?! Dimana ibuku?!" Aku histeris.

"Maafkan paman nak. Paman tidak dapat menemukannya."

Aku menangis. Berharap ibuku selamat. Aku ingin bertemu dengannya.

Ketika beberapa hari aku dirawat, aku diperbolehkan untuk keluar dari kamar. Aku memilih untuk berjalan-jalan dan ditemani oleh paman yang sudah menyelamatkanku. Aku memintanya untuk mengantarkanku ke tempat ia menemukanku, disana ada pengungsian. Siapa tahu ibuku ada disana.

Sepanjang perjalanan, aku mencoba mengobrol dengannya. Aku menanyakan soal keluarganya, dan ternyata ia kehilangan istri dan kedua anaknya. Istrinya hilang terseret air, dan anaknya luka parah hingga tak dapat diselamatkan. Aku diam, berhenti bertanya. Lalu ia berkata,

"Ini teguran. Kita diminta untuk bertobat. Tuhan marah."

"Ya, paman. Aku sadar."

Sampailah kami di pengungsian. Aku bertemu dengan tetanggaku. Ia berlari, memelukku, dan berkata bahwa ibu sudah meninggal. Jasadnya sudah dibawa oleh tim penyelamat.

Aku terdiam, paman memelukku. Aku menangis sejadi-jadinya.


Malam itu gempa mengguncang kotaku, aku dan ibu terbangun. Ketika hendak lari, air sudah terlanjur menghantam kota kami. Aku dan ibu terpisah. Aku terjepit diantara reruntuhan.

Setelah air sudah surut, keadaan kota kami sangat mengenaskan. Ribuan orang meninggal, hilang, dan terluka.


Sekarang aku berada di tempat pengungsian, menunggu tanteku dan adikku untuk menjemputku ke rumah tanteku diluar kota. Paman yang menyelamatkan ku pamit lalu pergi entah kemana. Yang terakhir ku ingat adalah ucapannya,

"Nak, Tuhan selalu ada rencana indah dibalik semua masalah yang Ia berikan padamu."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 30, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

When The Night ComesWhere stories live. Discover now