Part 8

577 81 22
                                    

Empat bulan telah berlalu, kini usia kandungan jiyeon telah memasuki usia 5 bulan, itu berarti tinggal menunggu 4 bulan lagi kelahiran anaknya. empat bulan lalu jiyeon sudah resmi menikah dengan sehun, dan kini statusnya pun sudah berubah menjadi Nyonya Oh. saat ini jiyeon dan krystal sedang berjalan-jalan di sebuah minimarket untuk belanja keperluan sehari-hari. 

"Jiyeon, aku ingin ke toilet sebentar dan kau jangan kemana-mana". ucap krystal dan berlalu meninggalkan jiyeon yang menggelengkan tingkah sahabatnya.

"Dasar, dia pikir aku masih anak kecil". Gerutunya. 

Jiyeon terus memilih berbagai macam sayuran yang akan di belinya, tanpa menyadari seseorang pria paruh baya menghampirinya.

"Jiyeon-ah". Panggil sebuah suara.

Jiyeon yang mendengar suara yang sangat di kenalnya pun menolehkan kepalanya untuk melihat siapa yang telah memanggil namanya.

"A-appa". Lirih Jiyeon

Ya, pria paruh baya itu adalah Tuan Bae, Tuan Bae berjalan mendekati jiyeon dan memeluk tubuh jiyeon.

"Putriku, apa kau sudah melupakanku?". 

Jiyeon hanya dapat terdiam di pelukan tuan bae, dapat dilihatnya wajah appanya yang kini telah menirus saat tuan bae melepaskan pelukannya.

"Apa kau senang?". Tanya kembali tuan bae

lagi-lagi jiyeon hanya dapat terdiam dan tidak berani menatap ke arah sosok pria yang telah merawatnya sejak kecil.

"Tentu saja, kau kan sudah hidup bahagia, bahagia di atas penderitaan keluarga yang telah merawatmu dari kecil". Kekeh Tuan Bae

Jiyeon segera menatap ke arah appanya. "Appa". Lirihnya

"Wae?". Tuan bae mengelus rambut jiyeon dengan sayang. "bukankah secara tidak langsung kau adalah penyebab atas kematian irene, eonnimu?".

"Ani.. itu bukan karena ji". Jiyeon sakit saat mendengar perkataan tuan bae

"Jika kau tidak bisa memberikan jantung milikmu seharusnya kau bisa memberikan sehun kepada irene".

Tuan bae masih mengelus rambut milik jiyeon. "Ternyata kau sangat serakah jiyeon, dan appa tidak menyukai itu". 

"Hentikan". mohon jiyeon.

Tidak, ini bukan salahnya tapi kenapa seseorang yang sangat jiyeon sayangi malah menyalahkannya, apa kehidupannya tidak berarti untuk appanya.

Elusan di rambut jiyeon kini beralih dan tuan bae mengelus perut jiyeon. "Bahkan kau hamil dari pria yang bukan kau nikahi, apa hidupmu sekarang sudah seperti dengan pelacur? kau menikah dengan sehun tapi kau hamil dengan pria lain, sudah berapa pria yang kau tiduri jiyeon?".

"Tidak appa.. ini anakku dengan sehun". 

Tuan bae memeluk tubuh jiyeon dan membisikkan sesuatu ke jiyeon. "Omong kosong, dia anak chanyeol, seberapa keraspun kau menolak darah milik chanyeol mengalir di anakmu, dia anak chanyeol, bukan anak sehun, sehun hanya merasa kasihan denganmu bukan mencintaimu karena kau sudah kotor ji, bahkan kau tidak layak untuk hidup". Tuan bae melepaskan pelukannya dan berlalu meninggalkan jiyeon.

Jiyeon menutup kedua telinganya berharap perkataan appanya telah menghilang, tapi seakan dihantui, perkataan appanya tidak menghilang , sehingga membuat jiyeon takut dan berteriak histeris.

"Andweee.... andweee.. aku mohon hentikan". jiyeon terus berteriak membuat para pengunjung menghampirinya.

"Nona apa yang terjadi?" Tanya salah satu pengunjung

Love Me!Where stories live. Discover now