Hidup #CeritaDiri

17 0 0
                                    

Sakit uda seminggu. Iya tepat seminggu.
Senin malam saya kira pusing biasa,
Selasa pagi berkeras mau pergi service televisi, kasihan ibu saya sudah lama tidak mengikuti sinetron "pelakor". Televisi bagus, saya yang tidak.
Selasa sore, akhirnya menyerah,
wajah memerah, jalan sempoyongan,
sampai air mata berhasil tumpah sambil ngomong "sakit kali kepala srik mak".

Kekasih bilang buat lawan sakitnya, dengan cara tetap makan walau gak enak,
tetap minum walau hambar,
dan istirahat yg banyak.

Setiap pagi panasnya turun, sedikit lemas tapi tidak apa-apa.
Anehnya setiap malam panasnya naik, saya semakin lemas, muka memerah, saya nangis lagi.

Setiap ingin pergi berobat, panasnya selalu turun, paling mentok diangka 37.8.

Dalam hati, mikir,
ini penyakit mau ngajak saya main-main atau gimana?
Ibu, bapak, kekasih, teman-teman pun, ikut bingung karena saya.

Sampai kekasih ngomong,
"kamu kenapa? rindu bapak?" (bapak saya selalu sibuk bekerja kebetulan, dan saya siapudan: bungsu)
Lah, tidak lama di lokasi yang berbeda, ibu saya yang ngomong,
"mungkin srik rindu".

Lagi, saya mikir, "rindu siapa?"
Kekasih, ketemu kok.
Ibu bapak, ada dirumah.
Teman-teman, kurang lebih selalu jga komunikasi.

Sampai malam senin kemarin,
panas saya naik lagi, muka memerah,
kekasih bilang,
"apa sih yang dirasa? maksudnya apa yang kamu rasakan? jangan kehilangan fokus loh"
beliau tahu sebenarnya saya tahu,
saya rindu kemana, omongan beliau mengingatkan saya.

Saya rindu dengan yang apa yang namanya hidup.
Hidup, sebagaimana Yang Maha Kuasa inginkan pada saya,
pada kamu, pada dia, pada siapapun.
Sedari itu, saya ingin kembali hidup.

NB: Saya gunakan foto kekasih, karena dia adalah salah satu alasan saya "masih hidup" . Dan lagi pula, saya suka fotonya☺️.

Opini SepiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang