Attack 1

392 41 12
                                    

A/N : saya hanya penulis amatiran. harap memaklumi jika menemukan banyak typos dan bahasa yang amburadul bcs ini tulisan alay pertama saya dulu.

***

Nam Woohyun menghentikan lajunya. Ia kemudian duduk di bangku kayu dekat semak-semak. Handuk yang menggantung dilehernya tadi sekarang tengah digunakan untuk menyeka keringat di wajahnya. JiHyun menoleh lantas tertawa saat mendapati beberapa wanita yang berjogging melewati mereka—berbisik mengagumi gerakan kecil kakaknya.

"Cepat menikah. Diluar sana banyak gadis yang menyukaimu, Oppa."

"Benarkah?" Woohyun menjawabnya ringan. Seharusnya nada bicaranya dibuat sedikit terkejut atau apalah—yang penting berkesan tidak percaya. Namun JiHyun juga tidak dapat banyak protes. Ia menerima apa adanya seorang Nam Woohyun. Pria 28 tahun yang tidak punya romantika kehidupan.

Tak satupun wanita yang bisa bertahan menghadapinya. Rekor terlamanya berpacaran adalah dua minggu. Itu saja sudah luar biasa, mengingat sikap Woohyun yang terlalu acuh tak acuh dan tidak banyak bicara. Kalau ada seseorang yang betah disisi kakaknya, JiHyun berjanji akan mengajak orang itu berlibur ke Bali.

Woohyun meneguk air mineralnya. Adam apple-nya bergerak naik turun, seksi. Mata kecilnya terus melihat lurus. Gerakan meneguk itu tiba-tiba terhenti.

JiHyun melihat Woohyun melepas botol mineralnya dari himpitan bibir. Alih-alih bertanya, gadis itu menyelidik ke arah tatapan Woohyun bersarang.

"Kita lanjutkan." Mendadak Woohyun bergegas bangun dan berlari lagi.

"Yah!" kaki kecil JiHyun berusaha mengejar laju tungkai Woohyun yang panjang."Barusan aku seperti melihat Go Ahra,"ucapnya.

"Yang benar? Sayang sekali aku tidak melihat siapa pun."

"Aku tidak mungkin salah lihat." JiHyun berusaha menoleh kembali ke belakang tapi Woohyun tiba-tiba menarik tangannya, membuatnya memekik kaget."Ada apa denganmu?"

"Ini sudah malam. Ayah bisa saja berdiri di depan pintu sambil membawa senapannya."

JiHyun bergidik ngeri. Ayah mana berani membunuh darah dagingnya sendiri. Segalak apa pun dia.

Walau samar-samar, Go Ahra yakin seratus persen mengenal dua figur yang berlari kecil tak jauh dari tempatnya berdiri. Matanya tidak mungkin salah. Yang barusan itu Nam Woohyun dengan seorang gadis. Gadis yang digandengnya sangat familiar, tapi Ahra tidak dapat mengingat siapa orangnya.

Ahra tidak terlalu fokus memperhatikan keadaan sekitar. Ia hanya mengingat hal-hal yang menurutnya penting. Akan sangat menguras tenaga kalau harus menghafal nama-nama gadis yang pernah dekat dengan Nam Woohyun.

"Siapa lagi gadis yang bersamamu itu, Nam Woohyun?" Ahra bergumam sambil mendesah berat.

***

"Apa?!!"

"Appa..."

"Yeoboo..."

Nam Woohyun satu-satunya orang yang tidak merengek di meja makan. Ia diam seribu bahasa, membiarkan Ibu dan adik perempuannya menyerang pemegangotoritas tertinggi di rumah mereka.

Menurut Woohyun daripada membuang-buang waktu untuk hal yang tidak mungkin—karena ia tahu persis keputusan Ayah bersifat mutlak—Woohyun lebih memilih menyantap sarapannya dengan khidmat. Susu hangatnya keburu dingin kalau tidak cepat-cepat diminumnya.

"Katakan sesuatu, Woohyun-ah!" desis Ibu kandung pemuda itu sembari menyikut lengannya. Cairan putih dalam gelas nyaris tumpah saat tersenggol.

THE COP(LAK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang