Part 03 - Fire Slash!

65 5 0
                                    

Pagi sudah berubah menjadi siang kala Lunaria memeragakan teknik berpedangnya yang mengagumkan.

Tidak hanya itu, Lunaria kini bermaksud mengajariku cara membasmi monster. Jujur saja aku tak tahu bagaimana menjawab pertanyaan itu.

Maksudku, saat di rumah dulu, aku bahkan tak berani membunuh kecoak. Lebih-lebih monster.

Lunaria, bagaimanapun, tak menunggu jawabanku. Dipukulnya seekor monster jelly yang sedang asyik tidur di dekatnya. Dia ini memang sadis.

Sang monster jelly yang kesakitan lantas balas dendam. Segera ia balas menyerang. Meski demikian, Lunaria dengan cekatan menghindar dari serangan sang jelly.

"Nah, begini, lihat."

Kuperhatikan Lunaria baik-baik, bagaimana caranya ia mengindar dari jelly dan memeragakan cara meng-counter secara cepat serangan sang jelly. Beberapa jelly lain yang melihat rekannya diserang lantas ikut mendekat dan menyerang Lunaria.

Sekedar informasi, jelly merupakan monster yang senang hidup berkelompok. Bila salah satu dari mereka diserang, jelly lainnya akan bantu menyerang balik. Kini, kalau kuperhatikan baik-baik, ada sekitar sepuluh, dua belas jelly yang menyerang Lunaria. Meski begitu, sejauh ini Lunaria masih bisa mengelak dari serangan kedua belas jelly tersebut.

"Nah, menghindar, lalu ayun. Menghindar, ayun. Begitu. Itu yang namanya teknik menyerang balik."

Aku tertegun, tak bisa berkata-kata. Ia benar-benar sakti, deh. Aku benar-benar harus memanggilnya ibu guru.

"Gimana? Mau coba?"

Aku mengangguk, bertepuk tangan. Lunaria masih tetap menghindar dengan lincah.

Lucu, ia tak sekalipun menyerang para jelly dengan pedang yang digenggamnya.

.........

"Uh, Lunarin,"

"Hmn?"

"Bisa kau basmi dulu para jelly itu? Aku butuh pedangku kembali untuk praktek."

"Basmi? Bagaimana kalau kau saja yang membasmi mereka? Bisa jadi experience point juga buatmu, loh."

"Tak apa, kok. Aku hanya ingin pedangku kembali, jadi tolong kembalikan."

"Uuh, bisa kau basmi dulu para jelly ini? Aku tak bisa bergerak bebas dengan semua jelly menyerangku begini. Lihat, jelly-jelly lainnya juga terus berdatangan, loh."

Oke, ini mulai aneh. Kenapa Lunaria menolak menghajar para jelly, ya?

"Kau boleh kok menghajar semuanya. Bos jelly juga akan muncul sebentar lagi, dan itu bisa jadi tambahan experience point buatmu yang masih minus."

.........

"Tenang, akan kubuat mereka menyerangku sembari kau menghabisi mereka. Dan kau tak perlu khawatir, aku bisa menghindar dari mereka, kok."

Sambil mengambil pedang Lunaria, aku segera menghajar salah satu jelly. Sang jelly pun musnah dengan satu tebasan, dan entah mengapa, aku tahu jika seranganku bernilai 55 poin.

Hmn, mungkin seperti game RPG pada umumnya, kita bisa tahu seberapa kuat serangan kita, ya?

Ah, tidak penting. Kini aku harus tahu apakah kecurigaanku benar atau tidak.

"Serang, coba," kataku pada Lunaria yang masih asyik menghindar, berguling, dan mengelak dari serangan monster.

"He?"

"Coba serang jellynya, mbak. Kalau tidak, akan kukumpulkan semua jelly dari padang rumput ini untuk menyerangmu."

"Sadis! Laknat! Dasar Ardi bejat! Kau benar-benar mengerikan!"

Lunaria terus saja menghindar dari para jelly tanpa mau menyerang mereka. Sementara itu, kubiarkan para jelly berkumpul dalam jumlah banyak. Beberapa penduduk perlahan berdatangan dan ikut menikmati tarian Lunaria sambil tertegun. Meski demikian, beberapa dari mereka tampak tertawa.

Gadis ini benar-benar menyembunyikan sesuatu!

"Serang, gusti...tinggal mengayun pedangnya saja, mbak!"

"Ogah! Aku tak mau menodai pedang super bubur ini dengan darah jelly! Cepat habisi para jelly ini! Aku mulai capek, nih!"

Masa bodoh. Kuacuhkan permintaan Lunaria sambil terus bersorak untuk menyerang. Beberapa penduduk ikut bersorak.

"Serang! Serang! Serang!"

"Woi, kuya, kalau kau tidak menyerang, akan kuambil pedangmu ini dan kujual di tukang besi bekas!"

"Jangan, tolong jangan! Apapun asal jangan itu! Itu pedang pemberian raja!"

Mungkin karena sibuk menangani ocehan kami, Lunarin lupa jika salah satu jelly – dari sekitar 30 jelly – yang menyerangnya kini berada amat dekat dengannya. Ia takkan bisa menghindar dari serangan si jelly.

"Ugh, Fire Slash!"

Ah, dia menyerang. Menggunakan skill Fire Slash miliknya, Lunaria menyerang.

Fire Slash merupakan skill serangan area, jadi seharusnya semua jelly yang ada kini musnah terbakar.

Tetapi dugaanku ternyata benar. Para jelly itu masih hidup. Dan juga, aku bisa tahu jika serangan Lunaria nilainya hanya 1 poin.

Mmn. 1 poin!

"Uuh, dasar jelly-jelly laknat, makan nih! Thrust! Fire Slash! Moonblade! Ultimate Nova! Mega Level Attack! Hyaah!"

Setiap kali Lunaria menyerang, setiap poin serangannya hanya bernilai 1. Tak ayal, kini seluruh penduduk kota tertawa terbahak-bahak.

Aku hanya bisa melihat pemandangan itu dengan lemas, sementara Lunaria terus menyerang sambil menangis.

"Eit! Hyah! Hah!"

Angka 1 berkali-kali muncul di kepalaku.

***

Sementara Lunaria bertarung melawan para jelly yang terus menerus berdatangan, seorang adventurer berbaik hati menghiburku. Ia lantas mengajakku memancing di tepian sungai dan bahkan meminjamkan kail pancing dan ember.

Begitu Lunaria selesai bertempur, matahari sudah terbenam di sisi barat.

"Oh, sudah beres, bu?"

Tampak dimataku sosok Lunaria yang terengah-engah. Baju yang dikenakannya terlihat lusuh, dan wajahnya penuh oleh keringat.

Melihatnya, segera aku merapikan kail pancing.

"Beres?"

"LAKNAT! BANTUIN NAPA? BUKANNYA BANTUIN MALAH MANCING! GOBL*G!!"

Lunaria lantas menghajarku berkali-kali dengan pukulan yang bertubi-tubi. Entah mengapa, setiap pukulannya malah terasa geli.

"Pegel, tahu? Seharian penuh lawan jelly."

"Oya? Dapat berapa banyak?"

"Kampreeeet!"

Lunaria mengamuk makin menjadi, dan itu membuatku kesal.

"Lagian, serangan macam apa pula lah tadi itu? Setiap serangan nilainya cuma satu?

"Eh, bukan mauku juga seperti itu! Gara-gara bug setan ini, nilai seranganku jadi berubah!"

"Yakin bukan karena gagal status atau semacamnya?"

"Kuyaa!"

Lunaria lantas menendang emberku – yang sudah penuh ikan – kembali kedalam sungai. Alhasil, semua tangkapanku lenyap tak berbekas.

"Woi, jangkrik! Itu buat makan malam, tahu?"

"Makan malam gundulmu! Akan kupastikan kamu makan bubuk gergaji mulai hari ini, dasar siluman buaya putih!"

Kamipun lantas kembali terlibat adu gulat, dan para penduduk kembali menonton dengan penuh antusias.

Artemis OnlineWhere stories live. Discover now