143_Perjanjian_dengan_Roh-kz

Mulai dari awal
                                    

dicarinya berada di dalam goa di lamping bukit sebelah

bawah. Untuk mencapai goa yang dikenal dengan nama

Goa Girijati itu bukan hal yang mudah. Sekali kaki terpe–

leset tak ampun lagi Djaka Tua akan jatuh dari lamping

D

bukit batu, ditunggu hamparan batu-batu cadas lancip di

bawah sana.

Bau kemenyan semakin santar. Sejarak duapuluh

langkah di depannya Djaka Tua melihat satu cegukan di

bukit batu. Di dalam cegukan samar-samar ada cahaya tak

begitu terang, membersit keluar dari satu lobang besar

yang merupakan mulut sebuah goa. Walaupun jaraknya

cuma duapuluh langkah namun karena harus berhati-hati

maka cukup lama Djaka Tua baru berhasil mencapai

cegukan batu dan berdiri di hadapan mulut goa.

Di dalam goa Djaka Tua melihat sebuah pedupaan,

mengepulkan asap tipis menebar bau kemenyan. Benda

merah menyala dalam pedupaan adalah sejenis batu bara

langka yang dapat bertahan hidup sampai tujuhratus hari.

Dua langkah di belakang pedupaan, duduk bersila seorang

lelaki berpakaian dan ikat kepala hitam dengan wajah

tertutup rambut panjang awut-awutan, kumis serta jenggot

dan cambang bawuk meranggas lebat. Dua kelopak mata

yang tertutup tampak merah seolah mata itu ada nyala api

di sebelah dalam. Dua tangan bersilang di atas dada. Dari

ubun-ubun, telinga kanan dan dua lobang hidung

mengepul keluar asap tipis kehitaman.

Untuk beberapa lamanya Djaka Tua tertegun di mulut

goa. Enam bulan lalu dia mengantarkan orang itu ke goa.

Kini keadaannya jauh berobah, kotor dan angker menggi–

dikkan. Sementara berdiri Djaka Tua menjadi bingung.

Bagaimana cara memberi tahu kehadirannya pada orang

yang tengah bersemedi. Tadinya dia hendak berdehem

atau batuk-batuk. Namun Djaka Tua sadar, mengganggu

dan memutus semedi orang adalah merupakan satu

pantangan besar. Agaknya tak ada jalan lain. Dia harus

menunggu sampai orang itu menyelesaikan semedinya.

Tapi berapa lama dia harus menunggu?

Ternyata tiga hari tiga malam berada di tempat itu,

orang di dalam goa jangankan menghentikan semedi,

bergerak sedikitpun tidak. Djaka Tua mulai gelisah. Perse–

diaan makanan yang dibawanya hampir habis. Pagi hari

keempat bukan saja makanan sudah habis, malah Djaka

Tua diserang demam. Tubuhnya menggigil panas dingin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 22, 2010 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

wiro sableng Episode Perjanjian Dengan Roh (5 episode)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang