dicarinya berada di dalam goa di lamping bukit sebelah
bawah. Untuk mencapai goa yang dikenal dengan nama
Goa Girijati itu bukan hal yang mudah. Sekali kaki terpe–
leset tak ampun lagi Djaka Tua akan jatuh dari lamping
D
bukit batu, ditunggu hamparan batu-batu cadas lancip di
bawah sana.
Bau kemenyan semakin santar. Sejarak duapuluh
langkah di depannya Djaka Tua melihat satu cegukan di
bukit batu. Di dalam cegukan samar-samar ada cahaya tak
begitu terang, membersit keluar dari satu lobang besar
yang merupakan mulut sebuah goa. Walaupun jaraknya
cuma duapuluh langkah namun karena harus berhati-hati
maka cukup lama Djaka Tua baru berhasil mencapai
cegukan batu dan berdiri di hadapan mulut goa.
Di dalam goa Djaka Tua melihat sebuah pedupaan,
mengepulkan asap tipis menebar bau kemenyan. Benda
merah menyala dalam pedupaan adalah sejenis batu bara
langka yang dapat bertahan hidup sampai tujuhratus hari.
Dua langkah di belakang pedupaan, duduk bersila seorang
lelaki berpakaian dan ikat kepala hitam dengan wajah
tertutup rambut panjang awut-awutan, kumis serta jenggot
dan cambang bawuk meranggas lebat. Dua kelopak mata
yang tertutup tampak merah seolah mata itu ada nyala api
di sebelah dalam. Dua tangan bersilang di atas dada. Dari
ubun-ubun, telinga kanan dan dua lobang hidung
mengepul keluar asap tipis kehitaman.
Untuk beberapa lamanya Djaka Tua tertegun di mulut
goa. Enam bulan lalu dia mengantarkan orang itu ke goa.
Kini keadaannya jauh berobah, kotor dan angker menggi–
dikkan. Sementara berdiri Djaka Tua menjadi bingung.
Bagaimana cara memberi tahu kehadirannya pada orang
yang tengah bersemedi. Tadinya dia hendak berdehem
atau batuk-batuk. Namun Djaka Tua sadar, mengganggu
dan memutus semedi orang adalah merupakan satu
pantangan besar. Agaknya tak ada jalan lain. Dia harus
menunggu sampai orang itu menyelesaikan semedinya.
Tapi berapa lama dia harus menunggu?
Ternyata tiga hari tiga malam berada di tempat itu,
orang di dalam goa jangankan menghentikan semedi,
bergerak sedikitpun tidak. Djaka Tua mulai gelisah. Perse–
diaan makanan yang dibawanya hampir habis. Pagi hari
keempat bukan saja makanan sudah habis, malah Djaka
Tua diserang demam. Tubuhnya menggigil panas dingin.
143_Perjanjian_dengan_Roh-kz
Mulai dari awal