Rendezvous (7)

27.3K 1.7K 30
                                    

PENULIS BERHAK UNTUK MENGHAPUS NASKAH INI SEWAKTU-WAKTU, DENGAN ATAU PUN TANPA PEMBERITAHUAN. JIKA ANDA SEPAKAT DAN DAPAT MENGHARGAI HAK TERSEBUT, SILAKAN LANJUT MEMBACA. JIKA TIDAK, SILAKAN MENINGGALKAN POSTINGAN INI DAN TIDAK PERLU PROTES. 

TERIMA KASIH.

============

TUJUH

============

Hari ini, Krisan datang terlambat. Nggak tanggung-tanggung, dia baru tiba di gerbang sekolah saat upacara selesai. Semalam, dia nggak bisa tidur, lalu main GTA sampai hampir subuh. Pagi-pagi, alarmnya bunyi dan di-snooze sampai tiga kali. Krisan baru bangun setelah Bi Eti masuk kamar dan membangunkannya. Pintu kamarnya memang nggak dikasih kunci. Bu Hapsari, mamanya Krisan, memberlakukan aturan itu untuk alasan semacam ini. Dalam seminggu, ada hari-hari tertentu di mana Bu Hapsari harus pergi meeting di tempat klien, pergi ke distributor beberapa jenis bahan makanan untuk keperluan kateringnya, atau pergi untuk urusan lainnya. Dan terkadang, hal itu harus ia lakukan sejak pagi buta, sehingga ia tak bisa mengontrol kedua anaknya secara langsung.

Sudah pasti, Krisan bakal berurusan dengan guru piket. Kabar buruknya, guru piket hari ini adalah Bu Intan, wali kelasnya yang terkenal berdarah dingin itu. Dan kabar buruknya lagi, Krisan nggak cuma dapet Surat Tanda Datang Terlambat yang sudah dua kali diterimanya sejak kelas XII ini, melainkan juga dapet tanda silang di seragamnya.

Ah, sial. Krisan beneran nggak nyadar kalau bagian bawah kemejanya nggak dimasukkin ke dalam celana. Padahal, pada hari-hari biasanya, dia selalu berpenampilan rapi sesuai aturan. Bu Intan memang paling gatal terhadap siswa-siswinya yang nggak rapi dalam berpakaian. Dia nggak bakal segan-segan memberi tanda silang dengan spidol merahnya di bagian bawah kemeja siswa-siswinya itu, atau menggunting rok anak perempuan yang terlalu pendek. Apa yang harus Krisan bilang nanti kalau mamanya nanya soal tanda silang merah itu? Bilang aja, lagi musim, gitu? Atau, bilang aja kalau pas Marcel mau nyilang jawaban di kertas, dia malah salah tempat di seragam Krisan? Hm... mamanya bakal percaya, nggak, kira-kira?

Dan nggak cuma itu, Krisan juga harus menjalani hukuman. Bu Intan membawa Krisan dan enam orang siswa lainnya ke perpustakaan. Mereka harus membersihkan lantai, bangku, rak buku, lemari, juga kaca jendela perpustakaan. Itu artinya, dia bakal terlambat mengikuti pelajaran pertama hari ini.

Ketika siswa lainnya kembali ke kelas masing-masing, Krisan malah kebablasan tidur di perpustakaan. Waktu dia kebagian tugas membersihkan lemari di bagian paling pojok ruangan (yang gosipnya merupakan salah satu zona angker di sekolah ini), tau-tau dia kelelahan dan mengantuk. Dia pun tertidur dalam posisi duduk di lantai dan bersandar di sebuah lemari besar.

Terdengar langkah beberapa orang siswa mendekat ke arah Krisan. Salah satu dari mereka serta-merta menamparnya tanpa keraguan. Membuat Krisan terjaga seketika dengan tampang kebingungan. Pipinya terasa panas. Tamparan itu memang kenceng banget, sampai bunyinya kayak petasan meledak. Krisan mengerjap, dan mendapati tiga orang siswa berdiri di hadapannya.

“Heh, Anak Mami tukang ngadu! Bangun, lo!” Siswa yang menampar Krisan tadi, kini menjambak rambutnya. Krisan berusaha melawan, namun kedua orang lainnya memegangi tangan Krisan. “Gue udah peringatin elo supaya tutup mulut. Lo pikir, gue main-main, heh?” Dan sekarang, cowok itu mengempaskan kepala Krisan ke dinding.

Dinding perpustakaan berubah menjadi dinding ruangan lain setelah kepala Krisan terbentur di sana. Perlu beberapa detik bagi Krisan untuk berpikir dan mengidentifikasi di mana dirinya berada saat ini. Oh, ruangan ini mirip sebuah gudang. Dan kemudian, Krisan pun menyadari kalau ketiga cowok yang berdiri pongah di hadapannya itu adalah senior-seniornya kala SMP. Itu berarti, ruangan ini adalah gudang belakang di SMP-nya dulu.

RendezvousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang