3 - Tidak Normal

6.5K 221 2
                                    

Di suatu tempat, ada lelaki asing berdiri memandangi SMA itu. Badannya tinggi tegap, kulitnya putih kemerahan, rambutnya yang kecoklatan, pastilah dia seseorang yang tampan. Dia menggunakan setelan formal, lengkap dengan sepatu pantofel hitam dan mobil mahal di belakangnya. Tangannya saling mengait di belakang, seperti sedang menunggu kehadiran seseorang. Dia memerhatikan gedung itu lama sehingga banyak orang bingung ketika berjalan melewatinya. Bingung karena apa yang dilakukan laki-laki tampan berdiri sendirian di depan SMA itu. Tak sadar bibirnya melengkungkan senyum yang lebar. Sampai akhirnya dia bergumam sendiri.

“Aku akan segera mendapatkanmu..”

***

“Hai, Andria.”

Andria mendengus kesal. Tak sadar bola matanya ikut berputar karena melihat sosok yang sangat dihindarinya. Yoga.

Yoga tersenyum di hadapan Andria. Tak sadar dia sudah membuat banyak perempuan di kantin meleleh karena senyumnya. Situasi di kantin ini ramai tapi tetap saja cowok-cowok most wanted yang lewat pasti tersorot jelas. Seperti Andria ini, dia duduk di meja kantin paling ujung dan sendirian. Saat Yoga melihatnya, dia langsung mengambil tempat di meja Andria dan duduk di depannya, berhadapan. Andria merutuki dirinya kenapa tidak ikut memesan makanan bersama Tia dan Dena daripada harus meladeni bule nyasar kayak Yoga ini.

Yoga menunggu reaksi Andria tapi yang disenyumi diam saja. Rambut Yoga yang berwarna cokelat kehitaman tertiup angin seperti menggoda Andria. Bibirnya masih menyunggingkan senyum yang jelas, belum lagi mata cokelat mudanya terus memandang Andria. Andria membuang pandangannya, memangku kepala di atas tangan kanannya dan berdo’a agar  bule ini cepat mengungsi ke negara asalnya.

You look pale.” Komentar Yoga pelan. Mata Andria melirik tepat ke arah Yoga. Andria mengembuskan napasnya lagi sampai akhirnya dia menjawab.

Not in a good mood.”

Yoga terkekeh pelan melihat balasan Andria itu. “Yah, aku tau.” Kemudian tersenyum lagi. Shit! Enggak capek apa dia senyum mulu kayak mas-mas teller elektronik di mall? Gue aja gerah liat senyumnya, pikir Andria sambil melihat ke arah lain selain Yoga.

“Kalau tau, kenapa di sini? Gue enggak mau diganggu.” Suara Andria terdengar ketus. Tapi Yoga tidak bergeming mendengarnya. Dia sudah biasa dijauhi Andria.

Maybe I’m your moodbooster, Andria. You wanna try?” Yoga tersenyum usil.

Andria refleks menoleh ke arah Yoga dan terlihat tak suka.

A big NO!” Lalu membuang pandangannya lagi. Yoga tertawa melihat reaksi Andria yang dianggapnya lucu itu.

“Sahabat gue bilang dia enggak mau ketemu lo, Ga.” Tia dan Dena ternyata sudah selesai dengan urusan-urusan mereka dan kembali ke tempatnya. Nada dingin dari Tia menghentikan tawa Yoga itu sehingga Yoga memutuskan untuk pergi dari mereka. Setelah tersenyum manis ke arah Andria, dia pergi menuju kelasnya. Dena yang sedang asyik meminum es teh, masih memandang ke arah perginya Yoga lalu duduk di sebelah Tia.

“Kenapa sih dia? Aneh.” Tia berdecak sendiri sambil membuka plastik kerupuk untuk nasi gorengnya. Mata Andria menyusuri setiap jejak yang dibuat Tia tapi dia tidak melihat piring lain selain piringnya Tia.

“Lo enggak pesenin buat gue?” tanya Andria bingung.

Tia langsung mendongak ke arah Andria dan tersenyum salah tingkah. “Oh iya. Lupa gue,” Tia cengar-cengir, tangannya menggaruk-garuk pipinya yang tidak gatal. Kepalanya menoleh ke arah tukang nasi goreng yang ada di belakangnya.

“Tuh! Beli sana! Mumpung lagi sepi!” Tangannya menunjuk ke arah sana kemudian menyerahkan uang titipan dari Andria.

“Beli, sana! Keburu rame! Lo lapar kan?” suruh Tia seperti mengusir Andria. Andria cemberut. Dia mengambil uang yang sudah lecek itu dengan kasar dan berjalan meninggalkan mejanya. Dia masih merengut kesal dan berjalan cepat ke gerobak tukang nasi goreng itu.

Pangeran BarbieWhere stories live. Discover now