🍁D U A P U L U H T I G A🍁

790K 50.5K 8.5K
                                    

Typo bertebaran.

***

"Thur, kamu gimana sih?! Masa dapatnya cuma ranking lima?!" 

Arthur kembali menebalkan telinganya ketika mendengar ocehan Kinzy tentang urutan ranking-nya dari hasil ujian tengah semester. Arthur terus memfokuskan pandangannya pada jalan raya tempatnya berkendara saat ini.

"Mana dari bawah lagi!" Tambah Kinzy.

"Itu udah naik kali, Zy." Arthur membela diri untuk kesekian kalinya.

"NAIK EMPEDUMU!" Tukas Kinzy geram.

"Yaudah, iya." Jawab Arthur.

"Jangan iya-iya aja! Ini tuh harus jadi pelajaran buat kamu, biar jangan sepele sama pendidikan! Walaupun kamu benernya cuma dua pas UN nanti, SMA kamu tetep lulus! Nanti pas kuliah bisa-bisa jadi mahasiswa abadi kamu!" Siraman rohani kembali meramaikan mobil Arthur.

"Iya, Mak.Iyaaaaa." Seru Arthur panjang. "Jadi sekarang mau makan dulu atau langsung ke kantor aku?"

"Menurut kamu?" Kinzy balik nanya masih dengan nada dongkol.

"Makan." Jawab Arthur cepat dan singkat.

"Urusan makan aja kamu cepet, kamu it--"

"Haushshuh hush hush, aku cinta kamu, hush!" Arthur langsung menyerukan suara dua lebih keras untuk merendam suara Kinzy yang memenuhi isi mobil.

Mendengar itu Kinzy langsung mingkem. Kini perasaan dan pikirannya campur aduk. Antara mau senang atau kecewa atau gugup atau kecewa atau... entahlah. Ia merasa kalau Arthur sedang mempermainkan kata cinta untuknya. Banyak orang yang berpesan agar tidak terlalu menuntut kata cinta yang keluar dari mulut, tapi lihat saja perilakunya, apakah ia menunjukkan rasa cinta atau tidak. Tapi, bukankah lebih baik untuk menunjukkan keduanya? Baik secara tersirat ataupun lisan? Sudahlah, Kinzy tidak begitu mengerti arti cinta antara seorang pria dan wanita. 

Hari ini adalah hari Rabu, hari pembagian nilai rapot dibagikan. Tapi Kinzy tidak menghadirinya. Perutnya yang semakin membesar membuatnya takut untuk menginjakkan kaki ke sekolah. Ia sudah tidak ke sekolah lagi sejak hari Senin minggu ini. Jadilah rapot Kinzy hanya dititipkan kepada salah satu sahabatnya, lalu di berikan kepada Arthur. 

Kinzy cukup puas melihat nilainya dan piala serta piagam yang dibawa Arthur tadi. Dua piala serta dua piagam yang mengukirkan 'Juara Dua Umum' dan 'Juara Satu'. Biasanya Kinzy akan mendapatkan juara satu umum, mungkin karena masalah akhir-akhir ini yang membagi pikirannya membuatnya kurang fokus untuk belajar.

Sedangkan ketika melihat peringkat dan isi rapot Arthur, darah Kinzy langsung naik. Capek-capek dia ngajarin Arthur sampai mengurangi waktu belajarnya sendiri. Ternyata yang di dapat Arthur malah peringkat 28 dari 33 siswa.

Sapaan mereka yang kini sudah ber-aku-kamu, itu bermula sejak insiden 'mahal kita' oleh Arthur. Kinzy sudah mengeluarkan kata-kata kekesalannya mendengar penuturan yang dipakai Arthur. Yang katanya jijik lah, bukan mereka banget lah, nggak  cocok lah. Tapi Arthur masih melanjutkannya tanpa mendengarkan respon Kinzy. Lama-kelamaan Kinzy pun mengikutinya dengan syarat kalau Arthur tidak boleh lagi memanggilnya dengan panggilan 'Unyil'.

Sepuluh menit sudah berlalu sejak perdebatan mereka selesai. Mobil Arthur terus berjalan sambil mencari tempat makan yang sesuai selera sekaligus searah dengan kantornya. 

Selesai dari siraman rohani episode satu tadi di apartemen, Arthur mengatakan kalau ia ada urusan penting ke kantor. Ia bertanya kepada Kinzy apakah si calon ibu itu mau ikut atau tidak, Kinzy pun menganggukkan kepalanya setelah mempertimbangkan selama beberapa menit. Toh ia juga bosan hanya mendekam di dalam apartemen selama tiga hari. 

Bad Boy Is A Good Papa [END]Where stories live. Discover now