ZADANTA - 1

27 16 21
                                    


Helloo..

This is my first story. I hope everyone can enjoy it.







#######

"Claeresta Bella Iranasya!"

"Saya bu!" Claeresta mengangkat tangan kanannya, tersenyum menatap Bu Weni.

Sedari tadi Bu Weni memang sedang mengumumkan nilai ujian harian fisika yang diadakan di kelas XI IPA 1 seminggu lalu. Murid-murid yang sudah diumumkan nilainya mendesah kecewa dengan hasil mereka. Karena tidak ada dari mereka yang mendapat nilai di atas 70. Dan sekarang, saat Bu Weni memanggil nama Claeresta, semua penghuni kelas menoleh ke arahnya. Menatap Claeresta dan menunggu Bu Weni mengumumkan nilai Claeresta yang biasanya selalu diangka sempurna.

Claeresta adalah salah satu murid berprestasi yang ada di SMA 1 Jaya. Sudah banyak penghargaan yang ia raih dari mengikuti berbagai olimpiade sejak ia duduk di kelas satu SMA. Parasnya yang cantik juga membuat Claeresta terlihat sempurna di mata teman-temannya. Meskipun begitu tidak ada yang tahu, jika Claeresta mempunyai sesuatu yang mengejutkan jika mereka semua mengetahuinya.

"Nilai sempurna. 100! Pertahankan nilai itu Resta!" sebagian teman Claeresta langsung membuka mulutnya lebar tercengang. Nilai yang selalu tertinggi di antara yang lain.

Sebenarnya sudah bukan sesuatu yang mengejutkan, jika Claeresta mendapat nilai sempurna. Setiap kali kelas mereka melaksanakan ujian harian, nama Claeresta akan selalu mendapatkan nilai tinggi. Dan tentu saja membuat sebagian teman Claeresta masih berdecak kagum.

"Terima kasih, Bu!" ucap Claeresta.

Bu Weni kembali mengumumkan nilai fisika teman-teman Claeresta. Beberapa murid masih mendengarkan bu Weni dengan khidmat, tetapi sebagian besar yang lain sudah mulai bercerita masing-masing tentang nasib nilainya.

Begitu bel istirahat berbunyi, suasana kelas menjadi riuh.

Brak! Brak!

Pukulan tangan bu Weni ke arah papan tulis sontak membuat kelas kembali hening.

"Tenang dulu. Saya kasih kalian tugas. Kerjakan buku paket halaman 35-40. Kumpulkan minggu depan. Selamat siang." selesai memberi tugas, Bu Weni langsung pamit meninggalkan kelas. Murid-murid berseru protes dan mengumpat kesal.

Sebagian murid mulai berhamburan keluar kelas untuk mengisi perut mereka ke kantin. Hanya tersisa beberapa murid di dalam kelas. Termasuk Claeresta dan dua teman dekatnya. Kinan dan Feran menghampiri meja Claeresta dan memberi ucapan selamat.

"Res, selamat ya!" ucap Kinan bangga sambil menepuk bahu Claeresta.

"Gilaa!! Temen kita dapet nilai sempurna. Fisika pula!" suara cempreng Feran yang setara dengan suara toa terdengar nyaring memenuhi seluruh isi kelas.

"Buset Fer. Suara lo makin hari jadi mirip toa masjid ye, keras membahenol." celetuk Tio yang masih duduk di bangku paling belakang.

Feran langsung berbalik badan sambil mengibaskan rambut sebahunya–menatap Tio. "Iya dong. Gue emang bahenol."

Jawaban Feran membuat Tio tertawa. Johan–yang sedang duduk di meja Tio berakting seperti ingin muntah. Feran yang melihatnya berdecak sebal.

"Han, hati-hati lo ntar bisa suka sama gue." ucap Feran.

ZADANTAWhere stories live. Discover now