(4)

10.8K 753 5
                                    

Chapter 4

            Aku berdiri di samping tempat tidurku memandang Alex dan menunggu jawabannya. Kulipat kedua tanganku di dadaku. Lalu ia dengan wajah bangun tidurnya yang sedikit bingung duduk di tengah tempat tidur, sebagian tubuhnya masih terbelit selimutku.

             "Well... Tidak ada tempat tidur di kamarku dan aku tidak bisa meninggalkanmu jadi... lagipula kau mengijinkanku ketika aku bertanya padamu." Jawabnya sambil mengusap wajahnya lagi, Ia terlihat benar-benar mengantuk.

            "Aku mengijinkanmu?" Mukaku memerah. Aku mengijinkannya? Aku tidak bisa mengingat kejadian semalam, yang jelas setelah mengobrol di atap aku tertidur lelap.

            Dan kami berciuman.

            Mukaku semakin memerah mengingat kejadian semalam. Aku berciuman dengan Alex, kakakku... Ew, ini terdengar sakit.

            "Cara, dengar, kita tidak melakukan apa-apa okay? Hanya tidur." Kata Alex setelah melihat perubahan ekspresi di wajahku.

            "Okay." Jawabku sambil menghindari pandangannya, kakiku melangkah menuju kamar mandi secepat mungkin lalu menutup pintunya rapat-rapat. Aku tidak bisa mengunci kamar mandiku setelah Alex merusak kuncinya kemarin.

            Kedua tanganku mencengkeram wastafel, kupandang pantulanku di kaca. Rambuku yang sedikit berantakan membingkai wajahku yang saat ini sedikit memerah. Aku mencoba mengatur nafasku dan menenangkan pikiranku, lalu menciprati mukaku dengar air dingin.

            Ketika kembali ke kamar Alex sudah menghilang, kubuka lemariku lalu mengambil kaos untuk mengganti piyamaku. Tepat saat aku melepas piyama, pintu kamarku terbuka. Kepala Alex sudah menyembul dari balik pintu, refleks kuambil kaosku lalu menutup tubuhku yang hanya memakai bra.

            "Alex!" teriakku, "Tutup pintunya!"

            "Ugh sorry, Cara." Jawabnya sambil menutup kedua matanya lalu menutup pintu kamarku. Aku merasakan wajahku yang memanas, kupakai kaosku dengan secepat kilat lalu keluar dari kamar. Alex berdiri sebelah tangga, Ia nyengir setelah melihatku.

            "Sorry."

            Kami berjalan menuju dapur, bau bacon memenuhi udara membuat perutku melilit karena lapar.

            "Pintu diciptakan untuk diketuk!" Desisku padanya. Kami mengambil tempat duduk di depan Dad, Mum sedang memasak sesuatu.

            "Ada apa, Cara?" Mum bertanya tanpa mengalihkan perhatiannya dari masakannya.

            "Alex membuka pintu kamarku saat aku sedang berganti baju!"

            Mum mengalihkan pandangannya dari telur goreng, wajahnya memandang Alex dengan cemberut. "Alex..."

            "Aku hanya mau memberitahunya untuk sarapan, Mum." Erang Alex membela dirinya sendiri.

            "Kau tahu kan, benda bernama pintu yang harus diketuk sebelum kau masuk ke kamar orang lain?" tanyaku dengan sebal. Dad tertawa mendengarku, ia terlihat menikmati menontonku dan Alex bertengkar.

            "Aw. Cara, aku tidak melihat apa-apa. Lagipula kita pernah mandi bersama saat kecil."

            "Aku sudah berumur delapan belas Alex! Bukan enam tahun lagi." Gerutuku. Mum menaruh piring-piring di atas meja sambil setengah membantingnya.

CarolineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang