4. Mine

104K 5.8K 65
                                    

Mars pov

"Sayang, kamu ingin sarapan apa pagi ini?" Aku menengokkan wajahku kepada seorang wanita tercantik yang pernah ku temui seumur hidupku.

"Apa saja ma. Bukankah Mama bilang kemarin hingga pagi ini adalah hari mama?" Ujarku mengingatkannya.

"Ah iya, mama sampai lupa. Yasudah kamu langsung ke ruang makan saja ya Mars." Aku hanya mengangguk mengiyakan.

Hari ini adalah hari ospek pertama, dan hari pertama aku masuk ke kampus lagi setelah sekian lama. Aku akan menjadi mahasiswa semester akhir, dan merupakan seorang pres-BEM atas keinginan Mama. Jadi setidaknya aku tidak boleh terlambat, agar dapat dicontoh oleh yang lain.

"Pagi ma."

"Pagi sayang, duduk disini." Aku pun mengikuti keinginan Mama untuk duduk dihadapannya.

"Nanti setelah sarapan pagi, Mama harus pulang ke istana. Kamu gak apa-apa kan mama tinggal sendirian di pack?" Tanyanya khawatir.

Aku menghela nafas pelan, dan balas menatap Mama.

"Bukankah aku sudah biasa sendiri Ma? Aku Alpha disini sejak Mama dan Papa menjadi Ratu dan Raja dikerajaan. Dan itu sudah berlangsung sejak 7tahun lalu." Jelasku.

"Mama kan hanya khawatir." Dengus Mama nampaknya tak ingin disela.

"Lagipula benar apa yang dikatakan aunty-aunty mu jika kamu itu adalah pria tampan yang tidak peka." Aku menaikkan alisku tak paham.

"Mama itu sebenarnya memberi kode padamu kapan kamu akan membawa mate-mu untuk menemui mama." Gerutunya.

"Ma jika aku sudah menemukan mate-ku, aku akan segera membawanya untuk menemui Mama dan Papa." Ujarku.

"Makanya kamu harus mencari lebih giat, jangan jadi pemalas seperti Papamu. Disaat usianya sudah cukup tua baru dia menemukan mate-nya. Selagi kamu masih muda lebih baik kamu mencari mate-mu lebih giat lagi." Ujar Mama sambil menggenggam tanganku seakan memberi motivasi.

"Iya ma." Aku melirik jam tanganku dan sekarang waktu semakin menyempit, aku tidak boleh terlambat.

"Ma, Mars harus berangkat sekarang. Ini sudah terlambat."

"Baiklah, hati-hati pangeran tampan."

Aku mengangguk dan mencium pipi mama sebelum keluar rumah pack dan mengendarai motor.

Tak butuh waktu yang sangat lama untuk sampai di kampus. Sejak aku mendekati kampus harum buah arbei membuatku terlena. Apakah ini mate-ku??

'Mate!! Mate!!'

'Mate kita ada disini Mars!'

Drew terus-terusan berteriak dan melolong. Dengan cepat aku turun dari motor setelah di parkirkan dan mencari sumber dari keharuman yang memabukkan ini.

Dan sesampainya di lapangan kampus yang luas ini, mataku tertuju pada gadis yang rambutnya hitam indah bergelombang yang tidak diikat dan ia membelakangiku. Membuat nafasku memburu dan jantungku berdegup kencang.

"Mars! Baru sampe?" Aku terkaget sedikit dan menoleh pada temanku yang merupakan anggota BEM ini. Bahkan karena melihat rambut indahnya saja aku menjadi lengah pada diriku sendiri.

"Iya. Acara sebentar lagi mulai kan?" Tanyaku yang diangguki olehnya.

"Gue udah kasih tau lo ya semalam kalo nanti lo bakal pidato singkat."

"Iya."

"Yaudah gue mau keliling dulu. Mau cuci mata liat adek-adek gemes." Ia pun berlalu meninggalkan aku.

Kini mataku hanya tertuju padanya. Sepertinya dia adalah gadis yang mudah bersosialisasi, sangat nampak dari banyaknya teman yang mendekatinya dan tawa mereka menjelaskan bahwa ia adalah gadis humoris.

Tapi aku sangat penasaran dengan wajahnya. Secantik apakah dia hingga menatap rambut indahnya saja aku menjadi tidak berdaya.

"Pak ketua! Kesini!" Aku melihat sudah banyak anggota BEM yang berkumpul di dekat mimbar. Segera aku melangkah mendekati mereka.

Acara sudah dibuka sejak dua puluh menit lalu, mataku terus terusan mencari keberadaan mate-ku diantara ratusan manusia yang ada disini. Sangat sulit untukku mencarinya, tapi aku sangat yakin ia masih berada disini karena aroma buah arbei masih tercium di indraku.

"Dan selanjutnya adalah pidato singkat dari presiden BEM kita, Alvaro Marshell Xander. Kepada pak presiden dipersilahkan."

Merasa dipanggil, aku segera menaiki mimbar dan menatap para calon mahasiswa di kampus ini. Sudah biasa bagiku jika mereka berteriak karena ketampanan yang ku miliki, tapi saat ini aku hanya peduli pada mate-ku yang entah dia berada dimana diantara ribuan manusia ini.

"Selamat pagi semuanya."

"Pagi kak."

Dan terus berlanjut, kata-kata yang sebenarnya baru ku fikirkan barusan. Mataku terus menjelajah mencari mate-ku. Dan dapat! dia berada di bagian belakang sepertinya bersama teman-temannya tadi.

Aku terus menatapnya, menikmati wajah ayu itu. Benar. Dia manis sangat manis dan begitu cantik. Dengan kulit eksotis yang ingin ku jilati setiap jengkalnya. Mata yang bulat, bulu mata lentik, hidung mancung yang kecil, bentuk wajah yang oval dengan dagu lancip, pipi chubby, bibir kecil yang membuatku tergila-gila.

Saat ini ia tidak memperhatikan aku, ia diajak berbicara oleh teman perempuan di sebelahnya dengan berbisik. Ia terus tersenyum merespon perkataan temannya sesekali ia tertawa kecil. Lesung pipi mungil itu semakin terlihat manis di wajahnya. Astaga betapa beruntung nya aku.

Tiba-tiba setelah temannya berbisik ia melirik ke arahku yang memang sedari tadi menatapnya. Karena ia merasa diperhatikan, ia jadi berdiri tegap dan menyimak seperti yang lainnya. Sungguh lucu sekali.

Mata kami saling beradu. Tatapannya terus memacu detak jantungku. Aromanya masih setia mengelilingi ku. Tak terasa, karena aku sangat menikmati adu pandang kami, pidato ku pun akhirnya selesai.

Dengan berat hati aku memutus kontak mata kami dan turun dari mimbar.

"Hebat bro. Kata-kata lo pemimpin banget." Puji Devo menepuk bahuku.

"Thanks." Hanya itu yang bisa ku katakan, karena aku tidak tahu kata-kata mana yang dia maksud.

Serangkaian kegiatan ospek di hari pertama pun dilalui, aku disini bersandar di pohon rindang yang berada di pinggir lapangan mengawasi mate-ku.

"Gak mau ikutan pak presiden?" Tawar Widi selalu wakil-ku. Aku menggeleng pelan.

"Disini aja." Ia pun mengangguk mengerti.

"Oke. Gue kesana dulu. Ada cewek manis disono. Mau modus gue, siapa tau jadi pacar." Ujar Widi yang membuatku tersentak dan menatapnya tajam.

Nafasku sudah terburu karena terbakar api cemburu dan emosi yang siap meledak. Saat ia baru saja melangkah aku langsung menahan bahunya.

"Yang mana?" Tanyaku. Ia pun menoleh dan menaikkan alisnya bingung. Ia pun melepas tanganku dan berjalan mendekat lalu merangkul pundakku.

"Lo liat cewek yang dikepang itu? Yang rambutnya rada pirang dikit itu loh. Di bagian kelompok Rendra." Ia pun menunjuk kesalah satu gadis yang ciri-cirinya sudah ia jelaskan.

Aku pun menghela nafas legah. Syukurlah bukan mate-ku.

"Ada yang jadi target lo ya Mars disini??" Godanya. Aku menggeleng pelan.

"Bukan urusan lo." Aku pun mendorong bahunya pelan, agar ia pergi menjauhiku.

Vote and Comment guys!!!
PrinceMate❤

Prince Mate (MOVE TO DREAME)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang