Is That You?

25 2 0
                                    

  Maybe I was lying when I told you

"Everything is great

Everything is fucking great"   - Miss You by Louis Tomlinson 

-

"Hei, Olivier." Aku menoleh ke arah kanan gue saat mendengar panggilan Shailene, dan tersadar kalau sedari tadi gue melamun di kelas. Yeah, gue yakin Cara akan ngamuk sama gue pas dia bangun kalau tahu gue gak menyelesaikan kuliah gue.  

"Ya?" 

"Menurut lo, dan semua cerita malaikat lo, apa gak ada cara untuk bikin Cara sadar lagi?" bisik Shailene. Bahkan gue hampir gak bisa dengar kata 'malaikat' karena dia benar-benar mengecilkan suaranya saat mengucapkan kata tersebut.

Melirik ke arah dosen yang berada empat meja di depan kami dan merasa aman untuk diskusi dengan sahabat terdekat Cara ini, gue mulai memiringkan posisi tubuh gue ke arah Shailene yang duduk di samping gue. Gue menunduk sambil memikirkan sesuatu. Sesuatu yang memiliki benang merah dengan semua ini. Jeez, I really want Cara to wake up so bad. 

Gue membuka mata gue ketika akhirnya gue teringat sesuatu. "Delena." gue bahkan gak sadar gue baru saja mengucapkan nama tersebut. Shailene memandang ke arah gue dan seolah dia juga mengerti apa yang gue maksud. Gue masih merasa kagum dengan fakta bahwa Shailene tetap bertahan dengan Diego setelah mengetahui semua hal tentang malaikat ini - yang bahkan gue masih belum bisa mengingat apapun. Shit.

Shailene memandang gue serius dan kembali berbisik, "Oke. Kalau menurut lo semua ini berhubungan dengan Delena, menurut lo apa lo tahu cara untuk nemuin dia dan - I don't know - just force her to wake Cara up or something?" Gue membalas tatapan Cara dan balas berbisik, "Lo gak lupakan fakta kalau gue gak ingat apapun yang terjadi sebelum gue jadi manusia?"

"Terus gimana caranya kita nemuin Delena?"

"Kita pikirin setelah ini. Pa kelas ini selesai, kita langsung nemuin Rein dan cowok lo."

Shailene mengangguk semangat setelah mendengar penjelasan gue. Di balik sikap tegarnya, gue bisa lihat kalau keadaan dia gak jauh lebih baik dengan gue. Sebagai sahabat terdekat Cara, jelas Shailene juga benar-benar merasa kehilangan selama Cara masih koma.

Gue ngacak rambut gue beberapa kali karena gue benar-benar butuh ingatan gue kembali. Gue benar-benar ingin ingat apa yang gue lakuin sama Cara selama gue masih jadi malaikat dia. Malaikat pencabut nyawa dia lebih tepatnya. Seengganya dengan ingat itu semua, gue punya memori kebersamaan gue sama dia karena gue sadar, selama gue jadi manusia gue gak lebih dari jadi cowok brengsek buat dia. 

-

"Okay. Jadi, kita semua sama-sama ingin nemuin cara untuk nemuin Delena, right?"

Gue, Shailene, dan Diego menangguk mendengar ucapan Rein yang sedari tadi tidak bisa berhenti mondar-mandir setelah mendegar permintaan Shailene.

Selesai kelas terakhir tadi, gue dan Shailene langsung menuju rumah gue untuk diskusi dengan Rein dan Diego. Jam sudah menunjukkan pukul 20.56 dan kami masih belum menemukan apapun. Rein dan Diego jelas sudah di black-list oleh Delena sejak mereka membantu gue. Mereka tidak bisa bertemu Delena begitu saja. Tapi jelas mereka masih memiliki sayap mereka.

Sayap.

Rein dan Diego.

Angela.

"Angela." ujar gue lalu bangkit menghampiri Rein yang kini terdiam di depan sofa yang masih diduduki Diego dan Shailene. "Kita bisa minta bantuan Angela untuk bisa ketemu Delena." Gue membalikkan badan gue dan menatap semua orang di ruangan tersebut satu persatu. Lalu gue menunjuk Rein dan Diego bergantian.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 11, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Demon's Side 3 - Loving Him Is RedWhere stories live. Discover now