Part 3

1.7K 162 43
                                    

Happy reading :D

Di tunggu kritik dan saran kalian, apakah cerita ini masih harus di lanjut atau tidak.

***

"Tutup lagi Mil, ini masih pagi!" Protesku ketika Mila mulai membuka tirai kamar.

"Aku sudah mendapatkan semua datanya." Mendengar kata-kata Mila rasa kantukku langsung menguap begitu saja. Dengan penuh semangat aku langsung bangkit dari tempat tidurku dan berlari menghampirinya. Tanpa babibu aku memberikan pelukan sayang pada manajer tercintaku ini lalu merebut kertas-kertas yang ada di tangannya.

Padahal, kami –aku, Mila dan Jared- baru memutuskan untuk tidur jam tiga pagi tapi lihat, dan sekarang disaat jam dinding kamarku baru menunjukan pukul delapan pagi, manajerku ini sudah terlihat segar dan rapi walapun hanya menggunakan celana jeans dan kaus polos berlengan panjang. Wangi sabun dan shampo tercium dari tubuhnya, berbeda sekali denganku yang masih mengenakan piama dengan wajah khas orang bangun tidur. Mila dan Jared memang akhirnya ikut menginap di rumahku, Mila sendiri tidur di kamar tamu yang terletak di samping kamarku, sementara Jared, entahlah, mungkin dia tidur di sofa depan. Aku dapat membayangkan setelah ini sahabatku itu pasti akan mengeluh karena seluruh badannya sakit.

"Kau sungguh-sunggu akan mendekati pria bernama Jovan itu?" tanya Mila ketika aku masih sibuk mencermati laporan tentang Jovan yang tadi diberikan olehnya. Well, dini hari padi aku memang meminta Mila untuk mencari tahu segala hal tentang Jovan, baik itu keluarga, pekerjaan hubungan asmara, hobi dan lainnya.

"Tentu saja. Bagaimanpun dia itu jodoh yang telahku tunggu begitu lama, jadi tidak mungkin aku melepaskannya begitu sajakan?" Aku tersenyum tanpa dosa ke arah Mila.

"Tapi menurut data yang kudapatkan, pria itu playboy dalam seminggu dia bisa dua sampai tiga kali berganti-ganti pasangan. Kukira selama ini Jared-lah pria ter-playboy sedunia, tapi ternyata, ada yang lebih parah dari sahabatmu itu."

"Hahaha... jangan terlalu membecinya Milla, kau tahukan, terkadang perasaan benci itu bisa berubah menjadi cinta. Lagi pula, kau pasti pernah mendengarkan, playboy tobat bisa menjadi pria paling setia di dunia."

"Terserah kau sajalah, asal pekerjaanmu baik-baik saja, aku tidak peduli dengan apa pun yang kau dan Jared rencanakan."

"Kau tenang saja, selama ini tidak pernah ada masalah dengan pekerjaanku kan dan ku pastikan ke depannya akan tetap seperti itu. Omong-omong dimana Jared? Apa dia masih tidur?"

"Tadi sih dia masih terbaring di sofa seperti mayat hidup," jawab Mila.

"Kalau begitu, ayo bangunkan dia!" Degan semangat empat lima, aku menarik tang Mila keluar dari kamarku.

Tak butuh waktu banyak untuk menemukan Jared yang tegah tertidur pulas di sofa ruang tengahku. Tubuhnya yang tinggi menjulan benar-benar tidak cocok dengan sofa yang di tempatinya. Baru saja aku akan melangkah maju untuk mengguncang-guncang tubuhnya, gerakkanku sudah terhalang oleh Mila yang kini berdiri di dekat kepala Jared. Tanpa perasaan bersalah dia menarik bantal yang tengah digunakan Jared sebagai alas kapala. Hanya selang beberapa detik, terdengan suara dentuman kecil antara kepalanya dan tangan sofa, sahabat tercintaku ini langsung membuka matanya dengan sempurna.

Berkat pengalaman bertahun-tahun berteman dengan Jared, aku tahu, bahwa percuma saja membangunkannya dengan cara baik-baik, hanya akan membuang-buang waktu. Tapi tak pernah sekalipun terlitas dalam kepalaku untuk membangunkannya dengan cara yang digunkan Mila tadi.

"Sial! Apa tidak ada cara membangunkan lain yang sedikit lebih beradab?" Maki Jared ketida sudah sepenuhnya sadar.

"Kalau kau lebih suka dibangunkan dengan segelas penuh air, baiklah lain kali jika ada kesempatan aku akan mencobanya," jawab Mila acuh tak acuh sambil kemudian duduk di salah satu sofa dengan letak terjauh dari tempat Jared berada. "Lagi pula, kita sama-sama tahu, tidak ada satu pun cara yang sedikit beradab bisa berhasil membangunkanmu," tambah Mila tanpa penyesalan sama sekali, yang kemudian kembali dibalas umpatan kasar oleh pria itu. "Tidak baik mengumpat dihadapan wanita. Apa kau tidak pernah belajar sopan santu?"

"Sepertinya wanita sepertimu harus mendapat pengecualian, lagi pula tahu apa wanita yang membangunkan orang lain seperti tadi tentang sopan santun," balas Jared tak mau kalah. "Sebenarnya ada apa, sampai-sampai kalian membangunkanku seperti ini? Apa kalian lupa semalam kita tidur jam berapa? Lagi pula, hari inikan hari minggu dan tubuhku masih membutuhkan beberapa jam lagi untuk beristirahat," tuntut Jared padaku.

Belum sempat aku menjawab, Mila sudah kembali buka suara. "Ini sudah hampir jam 9 pagi, jadi kurasa kau sudah lebih dari cukup untuk beristirahat."

"Sudahlah sudah, aku berniat membangunkan Jared bukan agar kalian berdua bisa bertengkar seperti ini. Lagi pula ini masih pagi, lebih baik kalian simpan energi kalian." Aku mencoba melerai mereka berdua sebelum perang dunia ke tiga terjadi di rumahku.

Melihat mereka yang sepertinya mulai bisa mengendalikan lidah, aku mulai menyampaikan keinginanku. Dengan penuh semangat, aku memerikan data-data tentang Jovan yang sedari tadi ku pegang. "Apa ini?" tanya Jared bingung. Aku tahu dia tak butuh jawaban ketika mulai membaca kertas yang kuberikan. "Lalu."

"Aku ingin meminta bantuan kalian berdua untuk menjalankan rencanaku." Kataku sambil tersenyum manis kepada mereka berdua. "Baiklah, setelah membaca sekilas bagaimana kisah cinta Jovan selama ini, kita tahu kehidupan asmaranya tidak jauh berbeda denganmu," kataku pada Jared. "Oh ayolah, pasti membosankan sekali baginya, selalu dengan mudah mendapatkan wanita manapun yang diinginkannya. Jadi aku tidak akan mengejarnya," kataku pada akhirnya.

"Berarti kau nyerah? Akhirnya kau mendapatkan kewarasanmu kembali," ujar Mila.

"Ck, tentu saja tidak, aku memangtidak akan mengejarnya, tapi aku akan membuatnya mengejarku."    

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 10, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Finding YouWhere stories live. Discover now