17. change

86.4K 20K 847
                                    

"Ya ampun."
  
   
   
   
   
Hanya itu yang diucapkan Yura setelah aku berhasil meyakinkannya kalau ㅡini memang aku.
  
  
Beberapa detik kemudian Yura tertawa tebahak-bahak. Suaranya bergema di flat minimalisnya yang sepi.
  
  
 
"Tuh kan, udah aku bilang kamu kayak anak punk," bisik Jaemin.
  
    
Aku menatapnya kesal, tapi dalam hati bertanya-tanya apakah penampilanku sebegitu anehnya.
  
   
  
"Kita ambil aja sisi baiknya, nggak ada yang bakal ngenalin kamu," kata Yura sambil menyeka air mata.
  
  
"Menghibur banget," aku memutar bola mata. "Jadi gimana? Bisa kan kamu bantu aku?"
  
  
"Bisa banget," jawab Yura enteng. "Cuma butuh penyelidikan sebentar aja, aku janji hari ini juga kita bisa ketemu sama Hansol."
  
  
Aku setengah percaya.
Pasalnya, memang semudah itu ya?
  
  
   
"Yakin?" tanyaku memastikan.
  
 
"Kamu meragukan kemampuan aku?" Yura tersenyum mengejek. "Aku yakin banhet. Apalagi sekarang Hansol bukan trainee lagi kan?"
  
     
     
Aku menangkap kesedihan di sorot mata Jaemin saat mendengar pertanyaan Yura.
  
  
  
"Rrr... nggak tau sih," jawabku jujur.
  
  
"Tapi kenapa sih tiba-tiba ngebet pengen ketemu dia?"
  
  
Aku ragu harus memberi tahu Yura atau tidak.
"Kalo aku nggak mau kasih tau, nggak masalah?"
  
  
Yura diam, lalu mengangkat bahu.
"Yeah, terserah sih."
  
  
Aku tersenyum.
"Thank you, Yura. You're my life savior."
   
  
"Ew," Yura berpura-pura geli. "Sambil nunggu cari dimana Hansol, aku rasa kamu butuh bantuan lain."
  
  
"Emang aku kenapa?"
  
  
Yura tertawa.
"Kayaknya kamu berniat menyamar ya? Tapi sumpah ini parah banget noraknya."
  
  
"Masa sih?" tanyaku, lebih kepada diri sendiri.
  
Jaemin tertawa tertahan di sebelahku.
  
  
 
"Iya ㅡbanget. Ikut aku, biar kamu bisa berubah jadi orang lain tapi nggak sejelek ini," Yura memakaikan topi fedora di kepalaku lalu mendorongku keluar flat.
  
  
  
Kami berjalan ke lantai dasar gedung flat mewah ini. Ternyata Yura menggiringku masuk ke sebuah salon yang tampak eksklusif dan agak tersembunyi.
  
Dia menyapa beberapa orang di salon itu sebelum mendudukkan aku di salah satu kursi di depan kaca.
  
   
     
"Nurut aja pokoknya, oke? Aku pergi dulu, nanti kesini lagi," dia menepuk pundakku lalu pergi begitu saja.
  
  
"Hey, Yura!" aku setengah meneriakinya, tapi anak itu hanya melambai sebelum menutup pintu dari luar.
  
  
  
"Hai!" sapa seorang perempuan muda dengan ceria yang sepertinya staff di salon ini. "Relax aja, kita mulai ya!"
  
  
Aku tidak punya pilihan selain menurut.
  
  
Dengan cekatan dia memainkan rambutku.
   
Kuharap hasilnya tidak terlalu aneh.
   
   
    
 
   
    
"Hmmm...." lengguh Jaemin sekitar setengah jam kemudian. "Ternyata ini yang cowok-cowok rasain kalo nunggu pacarnya di salon."
  
   
Aku pura-pura tidak dengar.
  
Mau sampai kapan sih dia mau meledekku dengan kelakuan semacam itu?
  
  
  
Aku mengabaikan Jaemin yang berkeliaran di dalam salon.
  
  
Untung saja tidak ada satupun arwah berkeliaran di tempat ini, jadi aku bisa santai tanpa khawatir diganggu.
   
   
Rupanya aku benar-benar terlalu santai, sampai ketiduran.
   
    
    
   
***
   
    
   
  
"Alice, oy."
   
    
    
Aku merasakan seseorang mengguncang bahuku. Dari suaranya, kurasa itu Yura.
  
  
  
"Hmm?" gumamku sambil membuka mata.
  
  
"Bego banget, tidur pake soft lenses," Yura menertawaiku.
  
  
"Ketiduran," koreksiku sambil menyingkirkan lensa abu-abu yang sudah berpindah ke sudut mataku.
  
  
Aku mengucek mata lalu melihat diriku di cermin besar salon.
  
  
I-itu... aku?
  
  
Aku menyentuh rambut sebahu yang sekarang berwarna abu-abu gelap kebiruan dengan ombre abu abu dan biru yang lebih terang di ujung-ujungnya.
   
  
"Wow," ucapku.
   
   
"Bagus kan? Ini tempat terbaik buat permak diri," Yura terkekeh.
  
  
  
Aku melirik jam, ternyata aku sudah tertidur sekitar dua jam.
Ya ampun.
   
   
"Jaemin mana?" tanyaku reflek pada Yura saat melihat Jaemin tidak ada di sofa ruang tunggu.
  
   
"Hah?" tanya Yura bingung. "Bangun, woy!"
  
  
   
Dasar bodoh, umpatku dalam hati.
  
Yura kan tidak tahu soal arwah Jaemin.
  
  
  
"Disini," suara Jaemin terdengar dari balik sekat ruangan.
"Baru juga sebentar udah kangㅡ wow."
  
   
Aku menatap Jaemin yang sedang memperhatikan rambut baruku.
  
  
"Alice? Kenapa sih?" Yura mengibaskan tangannya di depan wajahku.
   
  
"Ehㅡ nggak apa-apa," aku nyengir garing padanya. "Gimana, udah ada clue?"
  
  
Yura tersenyum lebar.
"Udah dong. Tau nggak? Dunia itu sempit ya. Dari beberapa foto di instagramnya, aku 90% yakin Hansol tinggal di flat ini."
  
  
Aku terkesiap.
"Serius?"
  
  
Yura mengangguk, lalu menunjukkan foto-foto yang ia maksud di layar ponselnya.
  
  
Sebelum aku sempat bertanya lebih banyak,  perempuan yang tadi mengurus rambutku memanggil nama Yura.
  
  
"Gimana? Suka?" tanyanya pada kami.
  
  
Yura mengacungkan jempol, sementara aku hanya tersenyum berterimakasih.
  
  
"Oke banget Lijin eonni, nggak pernah mengecewakan," puji Yura.
  
  
Dia tertawa sambil menepuk bahu Yura.
"Loh," pandangan Lijin mengarah pada layar ponsel Yura. "Hansol?"
  
  
Yura mengangkat ponselnya.
"Iya, kayaknya ini di flat sini kan ya?"
  
 
Sekali lagi Lijin terkekeh.
"Bukan kayaknya, dia kan emang tinggal di sini."
  
 
  
Aku, Yura, dan Jaemin saling berpandangan.

Apa dunia memang sesempit ini?
  
  
  
"Eonni tau darimana?" selidik Yura, tidak langsung percaya.
  
  
"Oh... Dia pernah ke salon ini beberapa kali," jawab Lijin. "Ah~ aku baru inget, sore ini dia udah ada janji treatment disini."
  
   
  
Jantungku berdegup lebih cepat dari sebelumnya.
  
Entah ini keberuntungan atau keajaiban, aku bahkan bisa bertemu Ji Hansol tanpa repot-repot mencarinya?
   
   
  
"Jam berapa?" tanya Yura pada Lijin.

  
Lijin melirik jam dinding lalu berkata, "Harusnya sih sekitar lima menit lagi ㅡwow, panjang umur. Hansol-ssi!"
  
  
Aku, Yura, dan Jaemin kompak menoleh ke arah Lijin melambaikan tangannya.
  
  
Dan kami melihatnya.
  
Ji Hansol, di depan pintu salon.
  
  
Namun ia tampak ngeri, menatap ke arahku berdiri.
Tatapan matanya tampak aneh.
  
  
  
"Na... N-na Jaemin?" ucapnya ragu.
  
   
Dia tidak menatapku.
  
   
Dia menatap... Jaemin?
   
   
   
   
   
"Hyung?" gumam Jaemin lirih sambil menatap Hansol.
   
   
   
   
   
   
    
    
   
   
   
ㅡtbc

Part ini terinspirasi pengalaman pribadi q bisa ketemu oppa modal nekat dan update ig dia di kolam renang doang muehehehe

Nowhere ; na jaemin ✔ [revisi]Where stories live. Discover now