Pertemuan Kembali (1-1)

107 5 0
                                    

Tidak ada cinta yang menyimpan keragu-raguan. Pada sebuah siang yang biasa di awal Februari, Aliando Syarief berada di balik kemudi mobil sedan milik ayahnya. Di dalam mobil itu, hanya ada dirinya sendiri. Ia berkendara melintasi Jalan Gajah Mada. Di luar, mobil dan motor bergerak ke tujuannya masing-masing. Sarif pun sedang bergerak ke tujuan miliknya; sebuah mal di pusat Kota Pontianak. Sebenarnya, dari rumah orangtuanya di Jalan Rajawali, ia tidak perlu melewati Jalan Gajah Mada untuk mencapai mal tersebut. Namun untuk sebuah alasan, ia memutuskan pergi ke tujuannya melalui jalan itu. Jalan yang di sisi-sisinya di huni oleh toko-toko buah segar dan warung-warung kopi. Jalan yang senantiasa ramai di malam hari. Jalanyang, bagi Aliando menyimpan sekelumit memori di masa lalu.

Ia ingin memanggil memori itu.

Ia ingin bernostalgia sebentar.

Namun dering telepon tak membiarkan Aliando bernostalgia meski sejenak. Ia melihat nama yang tertera di layar ponsel yang terletak di kursi sebelahnya. Nama seorang gadis. Gadis yang selalu ingin bicara banyak dengannya. Dan, saat ini, ia sedang tak ingin. Maka,ia hanya bergumam, lantas membiarkan ponsel itu berdering begitu saja.

Sembari menyetir, sebelah tangannya mengurut dahi, matanya menatap kendaraan-kendaraan di depan seolah sedang melihat seorang musuh.

Suara penyiar radio menyela,

"Apa yang terjadi, seandainya cinta yang kita peroleh lebih besar dari yang pantas kita dapatkan?"

Aliando mendengus. Ia memencet tombol, mengganti mode radio ke CD player. Kemudian,ia mengambil kepingan CD di dekatnya, memasukkannya ke lubang pemutar. Ia tidak bisa berpindah jalur. Ah,brengsek, kukira di sini tak ada yang namanya macet, ternyata di mana-mana sama saja. Ponselnya berbunyi lagi. Kali ini, tertera di layar ponsel "Papa".

Menggunakan earphone, dijawabnya panggilan telepon itu.

"Iya, aku sebentar lagi sampai. Ini sudah di seberang tinggal berputar." Di depannya, kini terdapat jarak yang lebih lebar, Aliando menginjak pedal gas, lalu membanting setir menuju jalur jalan raya yang berlawanan arah. Padatnya bikin gila!

Melirik ke spion kiri, Aliando menepikan mobil, lalu berhenti. Belum apa-apa, kepalnya sudah terasa tegang. Untunglah ada sang penyelamat, "Fantaisie-Impromtu" dari Chopin mengalun dengan lembut sekaligus lincah dari tape mobil, CD yang baru saja ia pasang. Aliando memejamkan mata. Dentingan piano menelusup ke liang telinganya. Ia mendengarkan, tidak, ia menyimak not demi not yang melayang-layang di udara. Ia meresapi melodi  "Fantaisie-Impromtu" hingga ke dalam kepala,dada dan seluruh anggota tubuhnya. Aliando menelengkan kepala, mengikuti lantunan lagu. Tanoa ia sadari, tangannya memencet-mencet tuts yang tak nyata.

Dahulu...........

Sekian dulu cerita ini jangan lupa vote,comment dan share

dan makasih juga yang udah read,votes,comment cerita ini

karena itu udah bikin intan jadi semangat untuk melanjutkan cerita ini

mohon maaf kalau ada kesalahan kata atau ketik 

Intan ucapkan terimakasih.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 15, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Aku MilikmuWhere stories live. Discover now