Barista Series; Another story - Ingka

18.4K 806 75
                                    

holaaaa olmaipreeennnn....cerita ini masih berhubungan sama barista series, tapi gak berhubungan sama bab kemaren. berhubung eke masih setres mikirin Diva, malem ini eke aplot cerita ini dulu. ini another story-nya keluarga Hendrik, si Pingkan a.k.a adek hendrik.

jangan lupa pada VOTE sama KOMEN ya! komen yang banyak biar eke bisa makin semangat lanjutin barista seriesnya. hope you like it OLMAIPREN!

ANOTHER Story-INGKA

Ini gawat!

Benar-benar gawat!

Hari pertama masuk kuliah di semester baru, aku kehujanan dan juga terlambat. Walaupun payung lumayan membantu, tapi tetap saja baju dan celanaku basah sebagian. Untung saja ini hari pertama kuliah, jadi tasku belum terisi buku dan juga laptop. Aku berlari sepanjang lorong kampus sekuat tenaga dan menyumpahi kelas pertamaku saat ini adalah kelas yang paling jauh dari area pintu masuk kampus.

Nafasku masih sesak saat aku sudah sampai di depan pintu kelas. Samar-samar terdengar suara dosen yang mengajar di dalam. Terlambat 15 menit dan itu masih dalam batas wajar. Dengan perlahan kuketuk pintu kelas dan membukanya perlahan.

“Bagi yang terlambat, silahkan menunggu di luar kelas karena Anda sudah terlambat lebih dari 16 menit!” ujar seseorang di dalam kelas.

Aku sudah kehujanan, menghabiskan separuh nafasku untuk berlari dari parkiran hingga kelas dengan sekuat tenaga dan hanya terlambat 16 menit, sudah harus diusir dari dalam kelas di hari pertama kuliah ini. Bahkan aku masih belum masuk sempurna ke dalam kelas dan dosen ini sudah mengusirku

“Tapi, Pak!” aku mencoba memohon dan membuka pintu kelas lebih lebar.

Sial!

Aku menelan ludah getir, terkesiap menatap sosok pria yang berdiri di depan kelas. Dia pun sepertinya sangat terkejut melihatku. Kami berdua sempat saling terdiam menatap satu sama lain dalam beberapa saat.

“Maaf,” ujarku panik sembari keluar dan menutup pintu.

Dari semua orang.

Dari berjuta-juta pria di dunia.

Dari beratus dosen di kampus ini, kenapa harus dia yang menjadi dosenku.

Aku kembali berlari, tapi kali ini menjauh dari kelas dengan begitu panik dan juga ketakutan. Mata kuliah ini akan terus berjalan hingga 6 bulan ke depan. Apa itu berarti aku harus terus bertemu dengannya selama 6 bulan ke depan?

*****

“Rio,”

Aku melirik bingung ke arah tangan yang terjulur di depanku. Cukup terpesona ketika melihat pemiliknya. Seorang pria keturunan yang tampan dan bertelanjang dada terlihat tersenyum kepadaku.

“Maaf, di sini nggak ada menu dengan nama ‘Rio’,” jawabku bingung.

Dia terkekeh kemudian kembali menyorongkan tangannya.

“Itu namaku, Rio,” ujarnya lagi.

“Terimakasih infonya,” jawabku sembari kembali mengelap semua gelas di hadapanku dan membiarkan tangannya tetap sendiri di udara.

Satu bulan setengah liburan kuliah, aku harus terbang ke Bali dan membantu cafe milik Hendrik, kakakku. Seharusnya ini menjadi liburan yang menyenangkan di Bali, kalau saja aku tidak terjebak di dalam Cafe di sekitaran pantai ini. Sementara si Hendrik malah asik menemani keponakanku syuting di Lombok. Aku tersadar kembali akan sosok pria itu ketika mendengarnya mendengus keras.

“Kamu sudah tahu namaku, harusnya kamu juga bilang namamu, Nona Cantik!” ujarnya sembari menarik tangannya yang menganggur di depanku tadi.

Sekali lagi, pria yang menyebalkan muncul di hadapanku. Sejak hari pertama hingga sekarang sudah 3 hari aku menjaga Cafe ini, sudah beberapa pria muncul dan meminta berkenalan dengan cara-cara yang kolokan. Yang terakhir berakhir dengan bekas tendangan di tulang keringnya karena tiba-tiba merangkulku. Sekarang muncul lagi pria seperti ini, walaupun yang sekarang wajahnya jauh lebih tampan dibandingkan semua pria sebelumnya. Seandainya saja kakakku bukan seorang playboy dan perayu, mungkin aku sudah bisa bersenang-senang dan mempercayai seorang pria saat ini. Sayangnya, karena terbiasa melihat semua rayuan Hendrik kepada semua perempuan yang dia temui, aku menjadi kebal terhadap semua rayuan. Seharusnya pria ini juga kutendang menjauh, tapi teringat wajah Hendrik yang marah di Skype karena perilakuku terakhir yang menendang pelanggan. Itu semua karena Mike, tangan kanan Hendrik,

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 09, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Barista seriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang