Prologue

135 3 3
                                    

Suasana di ruang tamu terasa berat dan dingin, sedingin sepasang mata yang sekarang ada di hadapanku. Matanya memandangku dengan rasa jijik dan meremehkan yang tidak bisa di sembunyikan.

    “Seharusnya kamu tidak berada di sini. Mish sudah tidak menginginkanmu lagi disini.”

“Mish?”

“Aku tidak menginginkanmu lagi Mark. Aku salah telah berhubungan denganmu.”

“Mish, berhenti berpura pura! Kita berdua tahu kalau kamu masih menginginkanku dalam hidupmu.”

Aku melihat tubuh Mish gemetar. Aku mendorong Garvin dan menghampiri Mish lalu memeluknya. Tubuh Mish menegang dan nafasnya sedikit tersengal. Dia mendorongku lalu menatap mataku dalam.

“Maaf, Mark tapi Garvin benar. Aku sudah tidak menginginkanmu lagi. Mari kita berdua hadapi kenyataan. aku akhirnya menyadari bahwa kamu tidak pantas untukku . Kamu bukan siapa siapa Mark, kita tidak pada kelas sosial yang sama. Selain itu Kamu mendekatiku karena kamu ingin balas dendam tentang kematian ayahmu. Kita saling memanfaatkan jadi kupikir kita impas.”

Rasa sakit itu datang dengan cepat dan keras ketika Mish mengatakan hal itu.

“Mish, aku sudah mengakuinya dan minta maaf padamu! Aku mohon Mish jangan tinggalkan aku. Apapun akan kulakukan untukmu” Aku benci mendengar nada kalah dan permohonan dalam suaraku tapi aku tidak bisa membiarkan Misha lepas dari hidupku

“Pergilah Mark. Lebih baik mundur sebelum harga dirimu benar benar habis dan terinjak. Berhentilah mengemis.”

Aku memeluknya semakin erat. Mengingat seluruh lekuk tubuhnya, halus kulitnya, suaranya yang empuk.

“Itu keputusanmu? Apapun keputusanmu sayang, itu tidak akan mengubah kenyataan kalau kamu milikku dan aku akan bertarung sekotor apapun untuk mempertahankan apa yang menjadi milikku.”

“Kamu gila Mark.”

Dia terdengar gugup. Bagus, memang sudah seharusnya dia gugup.

“Garvin, singkirkan pria gila ini dari hadapanku.”

Garvin memanggil dua orang pria yang sejak tadi menunggu dibelakangnya. Dua orang pria yang sudah lebih dari senang untuk menendangku keluar dari rumah ini.

“Tidak perlu Garvin. Aku tahu jalan keluar dari rumah ini.”

Dengan kepala tegak aku menuju pintu keluar. Garvin mengikutiku dari belakang, aku bisa merasakan pandangan curiganya.

“Mark, akan lebih bijaksana kalau kamu tidak menampakkan diri lagi di depan keluarga kami.”

Mark tertawa sinis pada garvin. Seketika itu juga wajah Garvin berubah menjadi gelap.

“Sebaliknya garvin. Aku akan kembali lagi dan keadaan akan berbalik. Kamu dan keluargamu lah yang akan memohon kepadaku.”

Keep dreaming boy. Hal tersebut tidak akan terjadi.”

Aku tersenyum, senyum yang lebih mirip dengan seringai.

“Waktu yang akan berbicara Garvin. Kita lihat saja siapa yang benar. Kau atau aku.”

Aku menaiki mobil butut peninggalan ayahku dan melaju kedalam kegelapan malam.

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang