Ch: 01

7.2K 30 10
                                    

Gedung besar berplang dengan nama Avex Publishing Media yang terletak di jantung kota Tokyo itu terasa senyap tanpa penghuni. Lorong-lorong besar yang suram tampak terasa seperti jalan tak berujung. Lantai ini memiliki banyak ruangan tapi kegelapan yang menakutkan ini menandakan semua penghuni ruangan itu sudah beranjak pulang. Satu-satunya cahaya hanya berasal dari kantor editing yang terletak di samping koridor panjang.

Seorang gadis duduk di hadapan layar komputer.Dia merenggangkan badan sebentar kemudian melanjutkan lagi pekerjaannya. Matanya tampak lelah tetapi jari- jarinya tidak berhenti memainkan keyboard di komputernya Tak terasa waktu terus bergulir dengan cepat, jarum jam sudah menunjukkan tengah malam. Ryoko Asagi menghirup kopi yang telah ia persiapkan untuk bergadang. Kopinya sudah terasa dingin tapi kepahitan yang semakin terasa membuat Ryoko sedikit rileks. Dia mencintai kopi lebih daripada pekerjaannya. Meski begitu kecintaanya yang berlebihan itu membuat Ryoko gampang terkena serangan jantung. Tapi sebagai seorang adiktif dia tidak terlalu peduli.

"Selesai juga."Erangnya. Matanya sudah hampir terpejam karena rasa kantuk yang semakin kuat. Ryoko mematikan komputer dan meraih mantelnya. Dia berjalan keluar dari ruangannya. 

Tak...tak...tak..suara ketukkan hak sepatu milik Ryoko bergema ke seluruh penjuru. Ryoko agak bergidik juga harus melewati kegelapan, tidak biasanya dia ada di kantor hingga tengah malam. Sebenarnya Ryoko lebih suka menuntaskan pekerjaannya di flatnya yang nyaman tapi sialnya laptop milik Ryoko mengalami kerusakan lumayan fatal dan harus diinapkan di tempat servis kenalannya.

Ryoko memencet tombol lift. Tiing....Lift itu terbuka. Ryoko lega kebijakkan kantor untuk mematikan lift tidak terjadi 2 minggu kedepan. Membayangkan berjalan menuruni tangga, selain membuat lelah pasti juga sangat menakutkan.

 Ryoko menghembuskan nafas lega. Pekerjaanya mengedit novel terbaru karya Asami,penulis novel terkenal di jepang saat ini setidaknya sudah ia selesaikan sesuai dengan deadline. Dia menyandarkan tubuhnya di dinding lift dan melihat angka- angka lantai ruangan yang baru saja ia lewati.

Lift menunjukkan angka 3. Ryoko berkedip kemudian terbayang olehnya percakapannya dengan Ayu, partner kerjanya.

"Kau mau begadang hari ini?"Tanya Ayu.

Ryoko hanya mengedikkan bahu "Besok sudah harus diserahkan ke bagian cetak." 

" Sendirian di kantor pasti sangat menyeramkan. Kau tidak apa- apa?” Tanyanya dengan muka prihatin.

“ Memang ada apa?” Pekerjaan Ryoko sebagai editor membuat dia tidak terlalu mengikuti perkembangan kantor. Dan Ayu sebagai salah satu staff redaksi pasti memberikan informasi terbaru.

“ Kudengar desas- desus yang beredar ada hantu di lantai 1. Banyak orang sudah melihatnya. Beberapa orang bilang dia seperti wanita cantik berambut hitam dengan mengenakan baju putih. Ada juga yang bilang dia mendengar suara riuh kantor seperti ada keramaian orang- orang bekerja. Yamada dari ruang publishing juga pernah melihat laki- laki tua dengan wajah pucat mengerikan" Ayu berbisik- bisik seolah takut hantu- hantu itu tahu dia sedang bergosip tentang mereka. Ayu bisa merasakan bulu kuduknya meremang.

" Lantai 1 maksudmu lantai Ground (dasar)?”

Ayu menggeleng kuat- kuat saat Ryoko menjawab, dan mulai berbisik lagi.

“ Kau tahu kan di lift gedung ini memiliki angka 1 dan huruf G.”

Ryoko mengangguk tapi masih sedikit bingung

“ Normalnya jika kita memencet tombol 1 maupun G lift akan berhenti di lantai dasar. Tapi sebenarnya lantai 1 itu sendiri dulu adalah lantai yang ada diantara lantai dasar dan lantai 2. Lantai itu dikosongkan karena ada karyawati yang bunuh diri. Sebabnya sih aku tidak tahu. Semenjak itu selalu ada hal-hal aneh yang menimpa karyawan lain yang bekerja di situ. Akhirnya pemilik gedung memutuskan untuk mengosongkan lantai dan pihak pengamanan gedung sudah mengalihkan lift untuk tidak berhenti di lantai 1. Tapi dalam beberapa kasus lift itu berhenti di lantai yang kosong itu dan setiap orang- orang yang tidak sengaja berhenti disana akan melihat penampakkan sepeti yang kuceritakan tadi.“ Lanjutnya dengan memasang muka serius.Ryoko hanya bisa tertawa dalam hati.Ia tidak percaya pada Tuhan apalagi pada hal-hal seperti itu. Ryoko Ingin mengatakan pada Ayu mungkin itu adalah efek ilusi yang diciptakan seolah kita melihat atau mendengar sesuatu. Tapi Ayu sendiri adalah orang keras kepala jadi sebaiknya dia tidak berdebat apalagi jika perdebatan itu tidak tahu kapan akan berakhir. Dia masih memiliki banyak pekerjaan daripada memikirkan soal lantai itu.

TrappedWhere stories live. Discover now