One Shot - Miracle in December

65.6K 1.7K 76
                                    

Selingan sejenak dari saya

Cerita yang terinspirasi, lagi-lagi, dari lagu EXO - Miracle in December

Maaf kalau banyak typo atau feel yang kurang dapat, saya mengerjakan ini hanya dalam waktu semalam waktu itu.

Semoga bisa menghibur

---

Sesha POV

"Jadi pacarku ya?" tanya pemuda berusia 14 tahun itu di depanku. Aku menatap wajah seriusnya dengan bingung. Kami sedang berada di kelas mengerjakan tugas piket sebelum pulang sekolah sore ini. Pemuda yang baru saja bertanya padaku adalah Kaisar Aditya atau biasa kupanggil Kai, teman sekolah sekaligus teman sebangku ku sejak dua bulan yang lalu. Dia pindah dari Seoul ke SMPku ini. Ayahnya adalah duta besar Indonesia untuk Korea Selatan dan ibunya adalah warga Negara Korea Selatan yang dulunya bekerja menjadi bawahan ayahnya sebelum akhirnya menikah.

Dua bulan lalu mereka pindah ke Jakarta karena ayahnya dinaikkan jabatannya dan bekerja di Kementrian Luar Negri sekarang. Walaupun penampakannya seperti orang Korea, tapi namanya sangat Indonesia. Tingginya tidak jauh berbeda dariku, badannya agak berisi dan pipinya pun tembam, rambutnya cepak, kulitnya putih bersih, tapi matanya besar seperti ayahnya. Kai cukup tampan walaupun tidak setampan Edo ataupun Galih yang merupakan pangeran sekolah kami.

Untuk anak yang besar di Seoul, bahasa Indonesianya terlalu lancar. Dia bahkan bisa berbicara dengan bahasa gaul yang biasa digunakan anak remaja di Jakarta. Dia sendiri bilang karena di rumahnya, ayahnya selalu menggunakan bahasa Indonesia dan Kai sendiri sering menonton acara Indonesia di internet untuk mengetahui bahasa gaul di Negara asal ayahnya.

Aku tertawa kecil dan membalas ucapan anehnya barusan. "Jangan bercanda, Kai. Tidak lucu" Aku kembali menulis di buku piket. Kai kemudian menghentikan tanganku dan menatapku dengan sangat serius. Aku tidak pernah melihat dia seserius ini. Dia adalah tipe cowo yang ceria, selalu bercanda, tidak pernah serius dan konyol.

"Aku serius, Sha" Kai kemudian menggenggam tanganku erat. Aku pun merasa sedikit tidak nyaman. Baru kali ini ada anak laki-laki yang memegang tanganku seperti ini. Walaupun temanku sudah banyak yang memiliki pacar sejak kelas 1 SMP, tapi aku belum pernah terpikirkan untuk memiliki pacar. Menyukai anak lelaki saja tidak.

"Kenapa tiba-tiba lo suka gue?" tanyaku menyelidik. Selama ini Kai tidak pernah menunjukkan tanda-tanda dia menyukaiku sama sekali.

Dahi Kai mengerut karena pertanyaanku. "Memangnya kenapa? Aku tidak boleh suka kamu? Aku suka kamu sejak pertama kali melihatmu. Kamu sangat manis walaupun sedikit jutek dan semakin lama mengenalmu, aku semakin suka. Apa itu cukup?"

Aku diam memikirkan ucapannya. Terus terang bagiku Kai tidak lebih dari sekedar teman. Aku merasa nyaman dengannya dibandingkan dengan anak lelaki lain.

"Kai, gue ga suka bohong. Tapi bagi gue, lo Cuma seorang teman aja. Gue ga punya perasaan lebih. Gue bahkan belum pernah suka sama yang namanya laki-laki"

"Aku tahu. Tapi tidak masalah kan?" katanya santai. Kenapa tidak masalah? Anak ini berpikir apa sebenarnya? Yang namanya pacaran kan harus mutual.

Aku menyandarkan badanku ke bangku dan menatap Kai yang sangat tenang. Apa benar dia suka padaku? Sepertinya tidak terlihat sama sekali.

"Kamu belum percaya ya? Memangnya untuk apa aku selalu mengikutimu kalau bukan karena aku memiliki perasaan khusus padamu?"

Aku mengangkat bahu dan berkata "Karena lo ga punya teman. Lo kan masih baru di sini"

Kai tertawa kecil. "Aku punya teman. Memangnya kamu pikir aku se-ansos itu?"

"Yah, mana tahu"

"Sudahlah, tidak perlu dibahas. Jadi bagaimana?" tanyanya lagi dengan senyum lebar diwajahnya. Aku pun berpikir sejenak. Semua temanku bilang yang namanya pacaran itu enak. Karena selalu disayang dan dijaga oleh pacar. Aku selama ini penasaran ingin mencoba tapi karena tidak tertarik pada siapapun, aku tidak bisa merasakannya. Mungkin ini kesempatan bagus buat ngerasain yang namanya pacaran. Nothing to lose juga.

One Shot - Miracle in DecemberWhere stories live. Discover now