Surat

98 4 0
                                    

Waktu berlalu begitu cepat, mereka melaluinya bersama hingga beranjak remaja. Seperti biasa di halaman belakang, Deka dengan gitarnya dan Heksa ditemani novel kesayangannya. Tak lupa, di samping mereka ada kue favorit buatan bunda Heksa untuk Deka juga sebaliknya. Heksa beranjak dari ayunan dan berjalan gontai menuju Deka dengan muka cemas.
“Pinjem gitarmu dong, Dek”
“Lagi suntuk, Hek ? Ditekuk terus itu muka, ada apaan sih ?” jawab Deka sembari memberikan gitarnya ke pangkuan Heksa.
Sudah menjadi kebiasaan Heksa bila sedang murung selalu mengambil gitar Deka walaupun Deka masih sibuk dengan hobinya, mengaransemen lagu.
“Duh Dek, ntar pokoknya nih ya kalau SMA kita se-sekolah, aku traktir deh kamu, nanti aku minta bunda bikinin kue favoritmu itu deh”
“Yah masih aja bingungin masalah itu, tenang aja Hek, pasti se-sekolah kok. Buat masalah traktiran, itu sih bisa diatur” timpal Deka sembari mengambil kembali gitarnya.
Seminggu setelah pembicaraan di halaman belakang itu, pengumuman penerimaan siswa baru telah terbit di internet. Heksa membaca pengumuman itu sejak pukul 3 pagi dan segera berlari ke rumah Deka kemudian mengetuk jendela kamar Deka. Tak sabar menunggu Deka yang masih tertidur, membuat Heksa berteriak kencang hingga Deka kaget dan terbangun dari tidurnya kemudian membuka jendela akibat mendengar suara melengking yang tak asing baginya.
Belum terbuka seluruh jendela kamar Deka, Heksa telah menariknya terlebih dahulu, menyibakkan krei jendela Deka. Heksa memegang pundak Deka, mengguncang tubuh Deka dan berkata pelan namun bersemangat, “Dek, ke halaman belakang sekarang, penting”.
Deka hanya menggut-manggut menuruti perintah Heksa. Heksa segera kembali ke kamarnya, mengambil laptop dan segera berlari menuju halaman belakang. Deka telah tiba terlebih dahulu, berdiri menatap langit, bertanya-tanya apa yang terjadi.
“DEKAAA... KITA DITERIMA DI SEKOLAH YANG SAMA” teriakan melengking Heksa sembari menunjukkan nama mereka berdua tertera di web pengumuman membuat Deka terlonjak kaget.
“Haaah Hek, astaga ini nggak mimpi... nice Deksa, Deka Heksa” sahut Deka bersemangat.
Mereka berpelukan sambil berlonjakan dan berteriak semangat, “Kita se-sekolah, kita se-sekolah”.

To be continued~ #2

AYUNAN DEKSAWhere stories live. Discover now