ㅡ🌙9

6.7K 363 33
                                    

karena aku lama banget ngepost kemarin jd maaf ya, kali ini aku bakalan cepat post (tapi sebisa aku hehe)
okay happy reading ya! Maaf kalo ada typo><

    –recomended song: lee hi - my love

——

"Aku masih punya satu syarat lagi," Yoona tanpa sadar melangkah menjauhi Sehun, "Aku ingin tinggal di kamar putih yang dulu...kau..ehm bisa mengunjungiku kalau kau perlu sesuatu"
"Cukup! Sekarang giliranku memberikan pengaturan untuk pernikahan kita!," kesabaran Sehun tampaknya sudah habis, lelaki itu meraih pinggang Yoona dan merapatkan di tubuhnya membuat Yoona merasakan tubuh Sehun yang mengeras di sana, "Kau rasakan itu?,"
Sehun menatap Yoona, marah sekaligus bergairah, "Aku berniat untuk menjadikanmu isteriku yang sesungguhnya. Bukan kekasih yang kukunjungi jika aku perlu bercinta," Jemari Sehun menuruni sisi lengan Yoona dengan sensual dan kemudian berhenti di sisi payudaranya, meremasnya lembut, "Dan jika kita melakukan itu, kita tidak akan tidur di kamar yang terpisah!"
Hening.
"Kenapa? Kau tidak suka dengan syarat dariku?," Sehun terus menahan payudara Yoona dengan posesif. Yoona adalah isterinya, sekarang dia harus menerima seluruh dirinya, tidak lagi berusaha menentangnya sekehendak hatinya.
Pilihannya adalah mereka suami isteri atau tidak sama sekali, "Jika kau tidak menyukainya, lebih baik kita berhenti di sini sekarang juga," sambil berusaha menahan keposesifannya, Sehun memperlembut tuntutannya, "Malam ini cukup sampai di sini kalau kau tidak siap"
Satu-satunya yang mendesak saat ini adalah tubuhnya yang berhasrat, tetapi Sehun masih mampu mengendalikannya jika Yoona tidak mau melanjutkan. Perempuan ini telah menunjukkan keberanian besar dengan mengemukakan persyaratannya di depan Sehun dan Sehun menghargainya, dan karena itu ia bersedia memberikan waktu sebanyak yang diinginkan Yoona.
Yoona hanya terdiam di sana, menatap Sehun dengan tatapan kosong. Astaga, apa sebenarnya yang ada di dalam kepala mungil itu? Yoona pasti sudah larut dalam persepsi dan pemikirannya sendiri. Apalagi setelah dia mengetahui kisah tentang Krystal.
Sehun sendiri tidak bisa menjelaskan perasaannya. Memang pada mulanya, dia menginginkan Yoona karena kemiripannya dengan Krystal. Tetapi sekarang, dia merasa Tuhan telah memberikannya kesempatan kedua, dalam wujud perempuan yang sangat mirip dengan Krystal.
Tidak, dia tidak pernah membayangkan Sehun. Tidak lagi. Setelah malam-malam kelam yang menghancurkan hati, yang dia lalui karena kematian Krystal dulu, Krystal telah berubah menjadi bayang samar yang kadang hadir dalam bentuk kenangan masa lalu yang indah. Sehun bahkan sudah berhasil tidak memikirkan Krystal lagi sejak bertahun-tahun lalu.
Yoona terasa... berbeda... tetapi bagaimana dia menjelaskannya kepada Yoona? Perempuan itu tidak akan percaya bahwa gairah yang meluap-luap ini memang murni untuk dirinya. Sehun menyadari bahwa ia menginginkan pernikahan yang nyata, bersama Yoona.
Yoona bagaikan malaikat yang menariknya dari kegelapan. Hatinya yang kelam telah tersentuh secercah Matahari sejak kehadiran Yoona. Dan Sehun tidak ingin melepaskannya.
"Baiklah," suara pelan terdengar dari bibir Yoona, terdengar enggan seolah-olah Yoona tidak benar-benar setuju dengan dominasi Sehun dalam hubungan ini. Dan itu membuat  seorang isteri yang selalu setuju dengan pendapat suaminya sama sekali tidak menyenangkan.
Di dalam kehidupan pernikahan yang nyata, terdapat banyak ketidaksepakatan, sebanyak kasih sayang, tawa, maupun kesetiaan.
Sehun tersenyum dan menatap Yoona dengan penuh bergairah, "Apakah kau sudah siap untukku Yoona?," jemari Sehun mengusap ujung payudara Yoona dengan lembut.
"Aku.....," sekujur tubuh Yoona bergetar, "Mungkin aku perlu memeriksanya dulu," Sehun meluncurkan sebelah tangannya dari payudara Yoona, mengusap perut Yoona yang basah dan terus bergerak turun. Dan karena kaki Sehun, entah sejak kapan, berada di antara kakinya, Yoona tidak bisa menghalangi niat Sehun kalaupun ia ingin.
Sehun bergerak perlahan-lahan, memperhatikan isyarat sekecil apapun kalau-kalau Yoona ingin berhenti. Di luar dugaan, Yoona tidak menolaknya, tubuh perempuan itu menyambutnya, membuat Sehun harus menggertakkan gigi menahan hasratnya yang makin menggelegak.
Yoona membiarkan jemari Sehun menyentuhnya. Tubuh Yoona begitu lembut, dan ia gemetar ketika Sehun menyentuh tubuhnya di bagian yang paling sensitif , berusaha menemukan pusat dirinya. Ketika akhirnya menemukannya, Sehun menggerakkan jemarinya dengan lembut. Hanya sekedar menggoda. Yoona mengerang, tubuhnya bergetar hebat. Tubuh Sehun sendiri sudah menegang putus asa.
"Ya, kau memang sudah siap," ucap Sehun sangat parau, Lalu mendorong Yoona terbaring di ranjangnya yang berseprai satin hitam.
Sehun mengangkat kedua tangan Yoona, meskipun Yoona sedikit melawan. Sambil meletakkan kedua tangan Yoona ke atas kepalanya, Sehun bergerak menindih Yoona. Yoona menatap Sehun dengan liar, teringat peristiwa yang mirip, ketika Sehun mengikat kedua tangan Yoona di atas kepala dengan dasinya, apakah Sehun akan mengikatnya lagi?
"Aku tidak perlu mengikatmu sayang," Sehun melepaskan tangan Yoona dan mengecup bibirnya penuh gairah, jemarinya menyentuh kembali payudara Yoona, membuat seluruh tubuh Yoona menggelenyar,
"Sehun....," tubuh Yoona bergetar karena gairah, "Betul sayang, ucapkan namaku," Sehun bergeser turun dan menunduk, lalu mengulum puncak payudara Yoona dalam bibirnya yang panas.
Yoona mengerang setengah meronta, "Sehun... please...please..."
Erangan itu membuat Sehun ingin menyerah kepada Yoona. Tubuhnya sendiri sudah sangat bergairah sampai terasa nyeri, Tetapi ia tahu betapa pentingnya mencumbu Yoona sebelum bercinta dengannya. Setelah bercinta nanti, ia pasti ingin mencicipi Yoona, lagi dan lagi dan dia ingin isterinya terus menginginkannya dengan hasrat yang sama besarnya.
Sehun menelusurkan tangannya ke bawah dan mengangkat pinggul Yoona. Yoona melingkarkan kedua kakinya di tubuh Sehun, mendekap Sehun ke tubuhnya, membuka diri, "Belum, sayang," Ketika Yoona membuka bibirnya untuk memprotes, Sehun menciumnya.
Karena bibir Yoona telah terbuka, ciuman itu berlangsung dengan sangat sensual. Sehun menggoda Yoona dengan belaian dan jilatan lidahnya dan kemudian mencicipi bibir Yoona dengan sedikit lebih dalam.
Kedua tangan Yoona mencengkeram rambut Sehun, untuk sejenak Yoona tampak ragu, tetapi kemudian lidahnya membalas, membelai bibir Sehun dengan malu-malu dan hati-hati.
Sehun tidak dapat menahan diri lagi. Ia sudah berada di dalam tubuh Yoona sebelum mereka sempat menarik napas. Yoona merapat, berusaha agar mereka menyatu lebih dalam lagi. Sehun menahan diri, meskipun gairah membuat tubuhnya menegang,
"Cium aku sayang, cium aku seperti kau menginginkanku untuk berada jauh di dalam dirimu, di dalam tempat yang belum pernah didatangi oleh siapapun"
Yoona merespon dengan malu-malu tetapi tepat, tubuh Yoona sedikit maju ke atas, lalu menangkup wajah Sehun dengan kedua tangan dan menciumnya. Kelembutan sikap Yoona mengguncang Sehun, dan meruntuhkan segenap kendali dirinya.
Sambil menjalin jemarinya dengan jemari Yoona, Sehun mendesak lebih dalam. Api gairah berdesir di dalam tubuhnya, mendesaknya untuk menandakan kepemilikannya pada diri Yoona.
Sambil menggertakkan gigi untuk melawan godaan melakukannya dengan cepat, Sehun bergerak sedikit demi sedikit ke dalam tubuh Yoona. Sebagian dirinya yang benar-benar primitif menggeramkan kepemilikannya.
Yoona adalah miliknya. Selamanya.
Hanya dirinya yang boleh memiliki Yoona.
Sehun meraih bibir Yoona dengan ciuman rakus, dan bergerak kembali dengan kekuatan penuh, bagi Yoona kenikmatan yang dirasakannya tak terlukiskan. Sementara bibir mereka bertautan, sebelah tangan Sehun kembali bergerak ke payudara Yoona, membelainya. Yoona hampir kehilangan kewarasannya akibat cumbuan itu dan dia berusaha menahan dirinya,
"Lepaskan sayang, jangan menahan diri lagi," Sehun seolah mengerti apa yang dirasakan Yoona, permintaan panas itu dibisikkan ke mulut Yoona yang nyaris tenggelam dalam hasrat gairahnya.
Dan ketika jemari Sehun menyentuh sekujur tubuhnya, Yoona menyerahkan dirinya. Tubuhnya mendesak di tubuh Sehun sementara gelombang kepuasan mendera tubuhnya. Orgasme Yoona menggiring Sehun hingga ke ambang batas kesadarannya, ia mulai mempercepat iramanya dan merasakan dirinya meledak, di dalam tubuh Yoona.
Terbenam dalam puncak kepuasannya.
***
Kehidupan perkawinan mereka berlangsung seperti yang seharusnya. Setiap malam Sehun selalu menyentuhnya, gairahnya seperti tak pernah habis. Tetapi hanya itulah saat mereka bisa dekat. Yoona mengernyit menyadari bahwa dia hanya bisa dekat dengan suaminya ketika mereka bercinta. Sehun memang berubah menjadi pribadi yang lebih baik, dia tidak pernah kasar dan memaksakan kehendaknya lagi.
Lelaki itu hanya mengangkat alisnya ketika Yoona mulai membantah kata-katanya, kemudian melangkah pergi. Memilih menghindari konfrontasi. Pernikahan mereka sudah berlangsung hampir dua bulan dan Yoona masih merasakan ada yang mengganjal di hatinya.
Oh ya, dia menyadari bahwa landasan pernikahan ini sudah salah dari awal. Hanya berlandaskan kontrak kerja yang dilapisi hasrat. Belum lagi alasan yang tidak mau diakui Sehun, bahkan sampai sekarang ini : bahwa Yoona hanyalah pengganti Krystal
Yoona tidak pernah lagi mengunjungi sayap rumah yang menyimpan lukisan Krystal itu, dan Xiumin bahkan sudah tidak pernah menyinggung tentang isteri pertama Sehun lagi.
Yoona curiga bahwa Sehun melarang Xiumin dan semua orang di rumah ini membahasnya. Karena Sehun sendiripun tampak tak pernah menjelaskannya, Yoona menjadi semakin bingung.
Akan seperti apakah pernikahan ini nantinya? Salahkah ia ketika menerima lamaran Sehun waktu itu? Dan satu lagi pertanyaan yang mulai mengusik hatinya, apakah ia mencintai Sehun?
Semakin Yoona mencoba memikirkannya, semakin kepalanya terasa sakit. Ah, dia memang sering merasa pusing akhir-akhir ini, pusing yang aneh karena timbul tenggelam tanpa tahu waktu.
"Yoona?," Sehun tiba-tiba sudah ada di depannya, "Kau kenapa?," Lelaki itu mengernyit melihat Yoona yang berjalan terhuyung-huyung sambil berpegangan di dinding lorong.
Yoona mencoba berdiri tegak, tetapi pusing kali ini benar-benar menyerangnya dengan kuat sehingga dia oleng. Seketika itu juga Sehun langsung menangkapnya.
"Yoona?," Suara panik Sehun masih terdengar sebelum semuanya ditelan dalam kegelapan.
***
"Nyonya Park hamil, selamat tuan," dokter tua itu menyalaminya dengan penuh semangat, "akhirnya ada calon penerus nama Park yang akan terlahir"
Sehun pucat pasi. Dokter itu terus berceloteh tentang kehamilan dan calon bayi mereka, tetapi yang ada di benak Sehun hanyalah mimpi buruk. Mimpi buruk yang selama ini coba dia lupakan, tetapi sekarang kembali datang menghampirinya.
Sehun menyuruh Xiumin mengantar kepergian dokter itu, dan kemudian Xiumin kembali dan menatap Sehun dengan cemas. Lelaki itu tentu tahu apa yang berkecamuk di dalam hati Sehun.
"Dia hamil," Sehun mengulang pemberitahuan dokter tadi,meskipun dia tahu Xiumin sudah mendengarnya, dia hanya ingin mengucapkannya supaya benar-benar yakin bahwa mimpi buruk itu ternyata telah menjadi nyata.
"Kondisi nyonya sangat sehat tuan..."
"Sehat katamu??," Sehun membentak marah, "Dia tadi pingsan di depanku, tampak pucat dan begitu lemah!"
"Tetapi Nyonya Yoona tidak sama dengan..."
"Diam!," Sehun menggeram marah, "Yoona tidak boleh hamil!,"serunya memutuskan.
***
Yoona membuka matanya dalam cahaya temaram di kamar Sehun. Yang ditemukan pertama kalinya adalah Sehun yang sedang duduk muram di kursi samping ranjang, sepertinya lelaki itu sedang menunggunya tersadar.
"Apa yang terjadi?," tanya Yoona lemah, memegang kepalanya dan mengernyit, masih pusing.
Sehun menatapnya tajam, tampak tidak suka dengan pemandangan Yoona yang mengernyit kesakitan. "Kau hamil," gumamnya datar.
"Oh," Yoona terkesiap, otomatis langsung memegang perutnya dan menutupinya dengan gerakan melindungi. Sehun mengikuti arah pandangan Yoona dan ekspresi wajahnya mengeras.
"Kau harus menggugurkannya."
Kali ini Yoona benar-benar terkejut dengan kata-kata Sehun sampai hampir terduduk dari ranjang. Tetapi rasa pusing langsung menghantamnya, hingga dia terbaring lagi.
"Apa Sehun??," Yoona menatap Sehun tak percaya. Dia tahu lelaki ini memang kejam. Tetapi meminta Yoona mengugurkan kandungannya, yang adalah darah dagingnya sendiri benar-benar di luar dugaan.
"Aku tidak menginginkan anak itu, kau harus menggugurkannya"
***
"Tidak!," Yoona berseru.
Seketika wajahnya pucat pasi, tangannya langsung melindungi perutnya. Yoona tidak tahu bagaimana perempuan hamil, dia tidak punya pengalaman. Tetapi begitu sadar bahwa ada bayi yang tumbuh dan berkembang di dalam tubuhnya, Yoona langsung tahu bahwa ada ikatan di antara mereka, bahwa seorang ibu secara alami akan melindungi anaknya.
"Kau harus membunuhku dulu kalau kau berniat melaksanakan niatmu itu Oh sehun! Aku tidak tahu kegilaan apa yang ada di dalam otakmu, tapi kau seharusnya malu. Anak ini adalah darah dagingmu sendiri, dan kau berniat membunuhnya bahkan sebelum dia tumbuh!"
Sehun menatap Yoona dengan pandangan kesakitan, "Aku tidak bisa Yoona, aku tidak bisa kalau kau hamil!," lelaki itu mengacak rambutnya dan berdiri menyeberangi ruangan, menuangkan brandy untuknya dan meneguk cairan keras itu sekali teguk. Ketika membanting gelasnya dan menatap Yoona, matanya menyala-nyala, "Krystal... dia sempat hamil kau tahu... kemudian keguguran..."
Yoona tercekat ketika akhirnya topik itu dilepaskan oleh Sehun. Nama Krystal seakan tabu untuk diucapkan ketika Yoona masuk ke rumah ini sebagai Nyonya Oh. Dan sekarang Sehun sendiriah yang mengangkat topik itu ke permukaan.
"Tetapi kondisiku dan Krystal berbeda, aku sehat-sehat saja"
"Yang tidak orang lain ketahui adalah Krystal hamil lagi setelah keguguran itu," Mata Sehun nyalang, ingatannya kembali ke masa lalu, seakan tidak menyadari ada Yoona di ruangan itu,
"Aku tidak tahu bagaimana caranya dia membuatku lengah dan hamil lagi. Demi Tuhan aku sudah berusaha agar dia tidak hamil lagi, aku bahkan sudah membuat janji temu dengan dokter untuk operasi vasektomi. Tapi Krystal berhasil hamil lagi dan dengan keras kepala dia menyimpan rahasia itu dariku dan semua orang. Takut kalau kami mengetahuinya dia akan meminta kami menggugurkannya," Nafas Sehun tercekat, "Ketika dia meninggal seperti tidur di atas ranjang, dokter baru mengetahui dan mengatakan padaku bahwa Krystal sudah hamil tiga bulan. Kehamilannya itulah yang memperburuk kondisinya dan membuatnya semakin lemah..... kehamilan itu yang membunuhnya!"
"Tapi aku tidak sama dengan Krystal, Sehun," Yoona menyela, berusaha mengembalikan Sehun ke masa kini, "Aku sehat dan kuat dan bayi ini tidak akan membebaniku"
"Aku tidak mau kau sakit karena kehamilanmu!," Sehun menyela marah, dan ketika menyadari wajah Yoona memucat karena suaranya yang meninggi, Sehun memperlembut suaranya, tatapannya memohon, "Aku minta padamu Yoona, gugurkan bayi itu. Tidak akan pernah ada bayi di rumah ini, tidak akan pernah ada bayi di pernikahan kita. Aku tidak menginginkan bayi"
***
Dada Yoona bergemuruh oleh perasaan yang bercampur aduk, teganya Sehun dan betapa egoisnya dia! Betapapun Sehun merasakan trauma dan ketidaksukaan yang mendalam atas kehamilan Yoona, seharusnya lelaki itu sadar kalau yang ada di perut Yoona ini adalah darah dagingnya, anaknya!
Sebegitu tidak berharganyakah Yoona di mata Sehun sehingga dia harus mengorbankan janin yang dikandungnya atas nama kenangan Sehun kepada Krystal?
"Tidak Sehun," Yoona menegakkan dagu, menahankan sakit hatinya yang meluap-luap. "Aku tidak akan pernah mengugurkan bayi ini apapapun alasannya, meskipun kau hanya menganggapnya sampah...," Yoona menatap Sehun dengan tatapan terluka yang dalam,
"Meskipun kau melupakan fakta bahwa dia ada karena dirimu juga...dia adalah anakku, dan sekarang dia bertumbuh di dalam diriku. Seperti yang kubilang kepadamu tadi, kalau kau memaksakan kehendakmu kepadaku, kalau aku sampai kehilangan anak ini karena kesengajaanmu, maka yang kau dapatkan adalah kematianku"
Sehun tertegun mendengar ancaman Yoona itu, dia menatap Yoona dan menyadari perempuan itu terluka. Sehun terlalu terburu-buru mengucapkan isi hatinya, dan itu melukai Yoona.
Dengan frustrasi diacaknya rambutnya setengah marah, "Dengar Yoona, jangan kekanak-kanakan, kalau kau hanya ingin menentangku..."
"Aku tidak ingin menentangmu!," Yoona setengah berteriak, kali ini emosinya pecah dan berderai, "Aku tidak peduli perasaanmu atas masa lalumu dengan Krystal, tetapi aku sekarang ada di sini, hidup dan bernafas saat ini. Dan kau memaksaku untuk menggugurkan anakku! Menurutmu apa yang harus kulakukan selain melindungi anakku sekuat tenaga? Anakmu juga!!"
Anakmu juga. Kata-kata itu terasa menusuk dada Sehun hingga membuatnya mengernyit. Anaknya juga.... Tetapi anak itu bisa menjadi pembunuh, Sehun pernah mengalaminya sekali. Dan jika dia harus mengalaminya lagi...
"Mungkin nanti kau akan berubah pikiran"
"Tidak akan Sehun." Yoona menyentuh kepalanya yang mulai berdenyut-denyut lagi.
Dan Sehun menatapnya dengan cemas, "Apakah kau pusing lagi?"
"Ya," Yoona mengerang dan memijit kepalanya.
"Aku akan mengambilkanmu air," Sehun menuang air itu ke dalam gelas dan duduk ditepi ranjang, lalu menyerahkan gelas itu kepada Yoona, "Ini... minumlah"
Yoona menerima gelas itu dan meneguknya. Setelah selesai Sehun meletakkan gelas itu kembali di tepi ranjang. Mereka diam di sana dalam keheningan, saling bertatapan.
Biasanya suasana tidak secanggung ini. Biasanya setiap malam Sehun langsung mengajaknya masuk kamar dengan bergairah yang berlanjut dengan percintaan yang luar biasa dan mereka langsung tertidur sampai pagi. Tetapi sekarang keadaan berbeda. Sehun tidak bisa memecahkan keheningan dengan bercinta.
Dan pembicaraan tadi ternyata telah menguras emosi mereka berdua.
Yoona-lah yang pertama kali memecah keheningan, "Kau ingin tidur?"
Sehun menatap ke sisi tempat tidur yang kosong. Sisi miliknya. Dan tiba-tiba merasa lelah. Yoona menggeser tubuhnya memudahkan Sehun untuk berbaring. Lelaki itu berbaring di sebelahnya dengan tenang tanpa suara, hanya suara berdesir kain yang bergesekan.
Lama mereka berdua berbaring dengan mata yang nyalang, sibuk dengan pikirannya sendiri-sendiri. Sampai akhirnya mereka lelap tertelan tidur.
***
Pagi harinya suasana begitu dingin, Sehun seolah tidak mau membahas percakapan mereka semalam, tetapi walaupun begitu, Yoona tetap waspada. Mengingat sifat Sehun, tidak menutup kemungkinan lelaki itu akan melakukan segala cara untuk melaksanakan keinginannya.
Dengan memasukkan obat penggugur di minumannya misalnya, siapa yang tahu? Mengingat lelaki itu pernah membiarkan minumannya dicampuri obat oleh xiumin.
Yoona mengelus perutnya dan mengernyit sedih, meskipun bayi ini tidak diinginkan oleh ayahnya, meskipun perasaannya sekarang terluka karena Sehun lebih mementingkan kenangannya akan Krystal daripada dirinya yang sekarang ada dan hidup di depannya, Yoona harus berusaha tegar dan kuat, demi anak ini.
"Anda akan mempertahankan anak itu kan?," suara xiumin menyentakkan Yoona dari lamunannya. Lelaki itu sedang memasuki ruangan yang sama dengan Yoona.
Yoona menatap xiumin dan mencoba tersenyum, xiumin sangat baik dan sopan padanya ketika dia memasuki rumah ini. Xiumin pulalah yang menjelaskan kepadanya kebenaran dan merubah semua pandangannya akan Sehun.
"Aku akan menjaganya dengan nyawaku. Kau harus berhadapan denganku dulu kalau kau ingin mencelakai anak ini"
Senyum terukir di bibir xiumin, "Tidak nyonya, Tuan Sehun tidak pernah menyuruh saya mencelakai anak itu. Bahkan jika tuan Sehun menyuruhpun, saya akan menolak, anak itu adalah keturunan Oh yang harus saya hormati pula"
Kelegaan meliputi hati Yoona, setidaknya ada orang yang mau membela anaknya. Kemudian Yoona menatap xiumin dengan ragu, "Apakah kau tahu bahwa Krystal meninggal karena dia mencoba mengandung untuk kedua kalinya?"
Noman menatap Yoona hati-hati dan menganggukkan kepalanya, "Saya tahu, setelah kematian nyonya Krystal. Hal itulah yang menghancurkan Tuan Sehun, bahwa dia sebenarnya berkontribusi dalam kematian Nyonya Krystal. Nyonya Krystal bisa hidup lebih lama seandainya tidak hamil....," Sehun menghela nafas panjang dan menatap Yoona lembut, "Saya harap Anda memahami perasaan Tuan Sehun"
"Dia selalu menganggapku sebagai pengganti krystal, dia menganggapku sama seperti Krystal," Yoona memejamkan matanya pedih, "Anak ini anaknya, tetapi dia menyuruhku mengugurkannya,"
Xiumin menatap perut Yoona dan tatapannya melembut di sana, "Saya yakin Tuan Sehun tidak pernah menganggap Anda sebagai pengganti Nyonya Krystal. Jika dia hanya menganggap Anda sebagai boneka pengganti, dia tidak akan menunjukkan emosinya kepada Anda. Anda tidak akan diperlakukan olehnya dengan begitu hormat, yang bisa saya katakan, apa yang dilakukan Tuan Sehun adalah karena dia peduli kepada Anda"
Peduli kepadanya?? Bagaimana bisa?? Sehun menyuruhnya menggugurkan anaknya. Bagaimana bisa itu disebut kepedulian?
"Tuan Sehun menginginkan anak itu digugurkan karena dia mencemaskan keselamatan Anda. Dia takut Anda akan celaka dan meninggal seperti Krystal, dia takut kehilangan Anda"
Yoona menatap Sehun dengan tak percaya, "Dia tak mungkin takut kehilanganku"
"Percayalah kepada saya," xiumin tersenyum lembut. "Tuan Sehun memang tidak pernah pandai menunjukkan perasaannya, tetapi kalau memperhatikan Anda akan tahu,"
Xiumin membungkukkan tubuhnya, lalu berpamitan dan meninggalkan Yoona dalam keheningan.
***
"Apakah kau sudah berubah pikiran tentang usulanmu semalam?," Yoona menatap Sehun yang baru saja memasuki kamar, tidak biasanya Sehun memasuki kamar sedemikian larut, dan lelaki itu tampak lelah.
Sehun menatap Yoona sekilas, lalu melepas pakaiannya dan masuk ke kamar mandi, ketika keluar dari sana, lelaki itu tampak segar dengan piyama hitamnya, "Aku tidak mau membahasnya lalu membuatmu marah-marah sepanjang malam," dengan kasar Sehun menggosokkan handuk ke rambutnya yang basah, kemudian melempar handuk itu dan menatap Yoona, "Kau pasti akan keras kepala dan tetap pada pendirianmu, mempertahankan anak itu"
"Tentu saja, aku tidak akan menerima kemauan konyolmu untuk menggugurkan anak ini karena anak ini tidak bersalah"
"Kita akan berdebat lagi malam ini ya," Sehun mendesah lelah, "Aku lelah Yoona, yang aku tahu, anak ini akan melukaimu lalu membunuhmu"
"Sehun," seru Yoona setengah marah, "Dia hanya janin kecil yang tidak berdaya!"
"Oke!," lelaki itu membentak, tampak tak tahan dengan semua perdebatan mereka, "Silahkan, lanjutkan kehamilanmu itu... tetapi..," mata Sehun menajam, "Kalau sampai kau kenapa-kenapa gara-gara kehamilan ini, aku tidak akan berkompromi"
Sehun mengalah. Yoona terpana, sebelumnya Sehun tidak pernah mengalah secepat itu. Yoona tadi sudah mempersiapkan argumen yang panjang, pembelaan mati-matian, bahkan ancaman putus asa menyangkut kehamilannya ini. Dan Sehun semudah itu mengalah kepadanya.
"Kenapa?," Sehun menatap Yoona marah, tampak tak nyaman dengan tatapan takjub Yoona, Yoona langsung mengalihkan pandangannya dengan pipi merona, "Tidak-tidak ada apa-apa"
"Tetapi aku punya satu syarat," gumam Sehun tenang, seolah-olah baru mengingatnya.
Yoona terkesiap dan menatap Sehun waspada, dan reaksi itu membuat Sehun menahan tawanya. "Tenang Yoona, kau tegang seperti senar yang akan putus, aku tidak sedang akan menjatuhkan bom ke kepalamu"
"Apa syaratmu?"
Pandangan Sehun berubah sensual, "Aku tidak mau kehamilan itu menggangguku jika aku menginginkanmu"
Pipi Yoona memerah, tersipu sekaligus marah atas kata-kata egois Sehun. Jangan-jangan itu adalah salah satu usaha Sehun mengganggu kehamilannya...
"Baik," Yoona mendongakkan kepalanya, mencoba terlihat menantang, "Asalkan kau melakukannya dengan lembut dan tidak melukai bayiku"
Sehun hanya menganggukkan kepalanya, ketika dia akhirnya menatap Yoona, matanya menyala dengan sensual, "Apakah kau masih pusing seperti semalam?"
Yoona tidak pusing lagi. Tetapi kearoganan Sehun yang tersirat itu membuatnya ingin menantangnya. Sehun pasti akan bercinta dengannya ketika Yoona sudah tidak pusing. Dan Yoona tidak akan bisa. Tidak akan mampu menolak pesona gairah Sehun.
Dengan berpura-pura dia memegang kepalanya, mengernyit, "Sebenarnya aku masih pusing"
"Benarkah?," Sehun menatapnya tajam bercampur kecemasan, "Kau sudah minum obat penambah darah dari dokter? Mereka bilang kau kurang darah"
"Sudah...," sedikit geli Yoona melirik Sehun, tetap berusaha berakting kesakitan.
Lelaki itu menatap Yoona lama dan intens, tampak menggertakkan gigi. Semula Yoona bingung kenapa, tetapi ketika dia melirik ke bawah, dia menyadari bahwa Sehun sudah siap, keras, dan bergairah di sana.
Lelaki itu sudah begitu bergairah, dan Yoona tinggal bilang ya, lalu mereka akan bercinta di ranjang dengan penuh gairah seperti biasa, tetapi tidak! Yoona tidak akan membuat itu begitu mudah bagi Sehun, Yoona ingin menghukum Sehun karena hatinya masih sakit atas usulan Sehun untuk menggugurkan kandungannya.
"Aku pusing sekali," Yoona sengaja membuat suaranya terdengar lemah, "Aku mau tidur," Dengan gerakan sakit dibuat-buat Yoona mengangkat selimut ke bahunya dan membuat posisi tidur yang nyaman.
Sehun hanya berdiri sejenak di tengah ruangan itu dan menatap Yoona. Dia sudah dua hari tak bercinta dengan isterinya itu. Biasanya setiap hari. Dan itu semua karena kehamilan itu. Tapi mau bagaimana? Dia tidak mungkin memaksa Yoona yang sedang sakit kan?
Sedikit mendesah, merasakan kejantanannya yang begitu keras sampai terasa nyeri. Sehun melangkah ke ranjang dan membaringkan diri, tetapi Sialan! Dia tidak bisa tidur, gairah terlalu menggelegak di dalam dirinya, meminta dipuaskan.
"Sehun," suara Yoona menggugah penyiksaan yang dialaminya.
"Apa Yoona?," Sehun menjawab kasar. Diam-diam Yoona tersenyum mendengar nada tersiksa dalam suara Sehun. Rasakan kau, Tuan Oh Sehun yang arogan, soraknya dalam hati, "Aku... aku pusing..., maukah kau memijit kepala dan pundakku?"

tbc

sleep with the devil ;Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin