Prolog

417 10 11
                                    

Musik itu menarikku ke dalam pusaran kebahagiaan yang rasanya tak berujung. Badanku bergoyang, meliuk mengikuti arus irama yang menenggelamkan. Menghentak. Menghujam. Tiba-tiba melembut. Lalu menusuk lagi.

Kubiarkan tubuhku terkena. Ini terlalu indah jika digambarkan dengan kata. Hanya semburat gembira yang terpancar dari rona tubuh ini yang melukiskan segalanya. Semua mata yang memandangku pun ikut mengerti. Bahwa tarian ini bagian dari diriku. Tak bisa terpisahkan.

Hingga kemudian diantara tempo yang mungkin sengaja diperlambat, tak nyana aku menatap sepasang mata. Merasuk hingga ke palung jiwa. Aku limbung. Jatuh di deru pesona yang menyilaukan ingatan.

Mozaik KenanganWhere stories live. Discover now