PART 4

100K 2.9K 42
                                    

DINAN POV


Mataku masih menatap kosong kearah jendela luar yang memamerkan indahnya pantai Kuta di malam hari. Air mandi yang membasahi pelipisku masih terasa mengalir saat ini. Aku sama sekali tak berniat untuk mengeringkan wajahku. Karena aku masih disibukkan dengan pikiran-pikiran aneh yang menyiksa bathinku. Ya, kejadian 2 jam yang lalu itu, benar-benar membuat hatiku seakan bertanya-tanya. Kenapa Keira bisa bersikap seperti itu? Apa dia benar-benar menginginkan pernikahan ini punya tujuan dan arah yang pasti? Atau mungkin Keira melakukan ini semua hanya karena ingin melupakan Ronald selamanya?

"Kak..."

Ku rasakan ada jemari halus yang mencengkram pelan lenganku yang hanya dibaluti kaus oblong putih polos. Dingin pun menyerap begitu saja saat keseluruhan jemarinya sudah menyentuh kulit lenganku. Bau sabun pun menyeruap begitu saja dihidungku. Namun aku masih tetap bergeming. Tak mau menoleh ke belakang. Menangkap sosok yang ku tahu sedang berada pada jarak yang begitu dekat dengan ku ini.

"Pernikahan ini tak layak untuk dijadikan permainan. Aku akan mengikat kamu kak. Mengikat kamu atas kepemilikan mu pada diriku."

Kurasakan cengkraman tangan Keira mulai berubah menjadi sebuah elusan yang membentuk pola abstrak di kulit lenganku. Membuat aku beberapa kali mencoba untuk menelan ludah atas sikap yang baru kali ini dia tunjukkan padaku. Namun aku masih tetap diam. Membiarkannya mengungkapkan apa yang ingin dia lontarkan padaku.

"Jangan pernah bertindak bodoh seperti tadi lagi. Karena ini bukan dunia sinetron yang membuat 'sang hero' harus berkorban demi kebahagiaan wanita yang dinikahinya."

Nada Keira memang terdengar dingin. Namun cukup sukses membuat rahangku mengetat. Karena secara tidak langsung Keira sudah menyalahkan semua sikapku yang ingin mempertemukannya dengan Ronald kembali. Dan apa dia bilang tadi? Pernikahan ini bukanlah permainan? Dari awal aku memang tak pernah menganggap pernikahan ini permainan. Namun, aku juga tak ingin menjadikan pernikahan ini nyata karena itu pasti akan membuat Keira terluka. Tak ada cinta darinya untukku. Dan hal itu pasti akan berdampak pada masa depan yang akan kami hadapi nantinya.

"Kita...Sebaiknya..."

Kalimat Keira terdengar mengantung. Tangannya yang awalnya mengelus lenganku turun kebawah untuk mengenggam tanganku. Genggamannya begitu terasa berbeda. Sungguh berbeda dari genggaman biasanya. Membuat aku seakan ingin berbalik dan mempertanyakan sikapnya yang begitu konyol ini. Apa dia mau menggoda ku dengan semua aksi nya ini?

"Kita apa Kei? Kamu mau apa hah?!"

Ku usahakan meredam nadaku agar tak terdengar membentak Keira. Meskipun sebenarnya kegeramanku atas sikapnya sudah mencapai ubun-ubun. Namun aku masih berusaha untuk menelan semuanya bulat-bulat tanpa mau menunjukkan kepada adikku ini.

"Aku mau kita melebur menjadi satu! Aku nggak mau kamu ngelakuin hal bodoh seperti tadi lagi kak. Kita harus ngelakuin ini demi masa depan kita."

Bentakan Keira terdengar tertahan. Namun sukses membuat mataku memicing sesaat. Diapun melangkah maju untuk mendekatiku. Membuat posisiku menjadi bergerak mundur. Dan tubuhku akhirnya beradu dengan jendela kaca kamar hotel. Keira tersenyum kecut saat aku sudah tak bisa berbagi jarak dengannya lagi. Perlahan, tangannya pun menangkup kedua wajahku. Jari telunjukknya menyisiri pelipisku yang masih basah oleh air mandi. Awalnya aku memang sedikit terkesiap melihat tatapannya yang begitu dalam kepadaku. Namun, aku tak mau terlihat kalah didepannya saat ini. Karena dari awal, tak pernah terbersip sedikitpun raut main-main dari wajahnya.

"Apa kamu bahagia kalau kita melanjutkan semua ini? Apa kamu senang kalau aku benar-benar menjadikanmu wanita seutuhnya Kei?"

Bisikku pelan saat jemarinya semakin berbuat semena mena menyisiri setiap jengkal wajahku.

CREATING DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang