Girl of Mine

268 20 7
                                    

Cho Kyuhyun, Park  Hyun Mi

Romance

Pernikahan bukan selalu tentang hubungan yang intim. Menikah bukan berarti penyatuan seorang istri kepada suaminya. Menikah bisa saja hanya hubungan diatas kertas karena faktor perusahaan. Atau lebih buruk lagi, hubungan diatas kertas karena terlilit hutang. Beruntung aku menikah dengannya dengan faktor yang lebih manusiawi,  ayah ibunya adalah sahabat orang tuaku yang baru saja meninggal sebulan yang lalu.

*

“Kau sudah pulang?” aku menoleh menatap pintu kamar yang baru saja terbuka.

Lelaki itu tersenyum dengan wajahnya yang lelah, membanting punggungnya ke kasur.

“Selamat malam,” dan lelaki itu menaruh badannya diatas kasur. Membalut tubuhnya dengan selimut tebal. Mengacuhkan aku yang sedang memantengi laptop tepat semeter didepannya.

“Cepatlah tidur, Hyun Mi-ya..”

Aku mendongak. Menoleh ke arahnya. Kaget mendengar kata-katanya barusan.

“Cahaya lampumu membuat mataku sulit tidur..”

Aku sudah menduga alasannya pasti tidak ada sangkut pautnya denganku. Sudah pasti alasannya hanya tentang dirinya sendiri. Kami tidak terlalu malaikat untuk bersikap mulia dengan saling memperhatikan satu sama lain. Selain tanda tangan diatas kertas yang menyatakan kami sudah menikah, aku dan lelaki yang sekarang menyumpal di balik selimut itu, sama sekali tak memiliki urusan apapun.

*

Member boyband. Itu profesinya. Dan bagiku itu sangat memalukan. Bagaimana mungkin seorang dokter sepertiku menikah dengan member boyband?

Tapi begitulah kenyataannya. Kadang kau memang harus patah hati dengan realita. Sepertiku yang patah hati dan putus asa memiliki kehidupan pernikahan sehambar ini. Dalam bayanganku, nantinya aku akan menikah dengan seoarng lelaki hangat yang akan menyambutku dengan senyuman lebar saat aku selesai bertugas dari rumah sakit. Nyatanya, suamiku saat ini tidak lebih dari seorang lelaki dingin yang pulang hanya ketika dia kelelahan.

“Jusnya habis, kau saja yang beli,” matanya melirikku yang sedang menyeruput kopi sambil menekuri laptop. Aku berdehem tak peduli. Aku terbiasa berbelanja seminggu sekali untuk keperluan rumah, namun kemarin, aku lupa belum melakukannya. Sepertinya benda-benda di kulkas mulai habis.

“Yaa.. jawab aku kalau aku sedang bertanya padamu..”

Aku mendecak kesal. Lelaki ini, mengganggu saja. Apa dia tidak lihat aku sedang apa, hah?

Aku menaruh pulpenku, mengikat rambutku dan menyusulnya mengintip kulkas yang memang kehabisan jus.

“Kapan kau tanya? Bukannya kau tadi hanya membuat penyataan?”

Dia membanting gelasnya ke meja. Menghampiriku dan serta-merta menutup laptopku. Aku kaget karena semenit kemudian tangannya yang besar menyeretku keluar rumah.

“Ayo beli Jus..” katanya singkat.

Aku mengikutinya. Kami berjalan bersisian. Menaruh tangan dalam saku jaket. Kyuhyun merapatkan maskernya dan menyetel mesin mobil. Kami menuju supermarket paling sepi di pojokan Seoul dalam diam. Aku dan dia jarang bicara. Tidak ada yang perlu dibicarakan. Kami hanya bertemu seminggu sekali, dan kami juga tidak melakukan hal-hal bersama selain tidur di kamar yang sama. Baik Kyuhyun, atau aku, sama-sama malas peduli urusan masing-masing. Aku sudah terlalu sibuk dengan pasien dan penelitianku. Dan lelaki disebelahku ini, sudah cukup stress dengan penggemar dan album barunya. Tidak ada gunanya kami bicara. Urusan kami jelas berbeda.

“Besok tanggal tiga,” katanya dalam nada rendah. Aku menoleh. Memasang wajah bertanya tanpa mengeluarkan suara.

“Kau tidak tahu itu hari apa?” tanyanya lagi. Kelihatan tidak sabar dengan ekspresi batuku. Aku mengernyit. Menggeleng lemah.

Girl Of Mine (Oneshot)Where stories live. Discover now