Promise To Marry You (Liar)

758 17 2
                                    

Rustan Al-hakim Dan Vilia Andriani

Aku menikmati indahnya pagi ini dengan pikiran menerawang yang jauh kedepan. Secangkir kopi dan sepuntung rokok menjadi teman setiaku selama ini, ku lirik sebentar handphoneku, berharap adik angkatku mengirim sms atau meneleponku menunggunya menghibur sedikit perasaanku yang dalam tahap Move on.

Rara... kemana kamu sayang? Kakak kangeun...

Suara hatiku keluar begitu saja, aku mendesah frustasi. Bagaimana mungkin? seorang Rara bisa membuat pikiranku sedikit terbuka. Mungkin kalian ingin tahu jawabannya, iya kan? Baiklah aku akan sedikit bercerita, awal mula aku bertemu dengan gadis bertubuh  tinggi seratus tujuh puluh dua sentimeter yang menjadi evil and angel dalam waktu kurun dari satu detik ini.

Saat itu, aku menjadi salah satu panitia ospek di kampusku. Aku yang mencoba mengalihkan pikiranku dari cewek brengsek itu, tapi tidak tahunya aku mendapatkan banyak pelajaran dari acara ospek ini. Jabatanku adalah Koordinataor Logistik, dan sebagai bonusnya aku tidak tahu apa itu kata 'Logistik' ? Maklum saja, aku orangnya tidak suka dengan yang namanya pendeskripsian panjang lebar, layaknya seperti khotbah.

"Ngapain lo kesini Rustan? Lo emang panitia?" Suara sinis meluncur begitu saja dari mulut si Jenius.

Aku memberikan senyum polosku, "Gue telat bangun Deffano, lo pikir emang mudah apa? dengan tahap move on gue yang bener-bener susah ngelupain cewek brengsek itu!" Sungutku, lalu turun dari motor setelah menaruh helmku di atas jok motorku.

"Apa menurut lo gue juga gak? Sama aja gue juga Rustan! Lagian lo bener-bener gak di butuhkan di kegiatan ospek kampus ini kok." Dengus Deffano dengan begitu kasarnya, "oke, gue pulang." Ujarku seraya mengancam, "Gih silahkan lo pulang, gue gak akan melarang." Sahutnya acuh.

Aduh, ini manusia kunyuk satu... kenapa makin nyebelin aja tiap hari?

Setelah kasus bersitenggangku dengan si Jenius Deffano, aku hanya berdiam diri di Hima Mesin. Menunggu pikiran semerawutku menjadi sedikit rapih. Ku tarik satu dari rentetan rokok yang berada di bungkusnya, ku nyalakan dengan pematik api yang senantiasa berpasangan dengan bungkus rokokku.

Vilia Andriani...

Lirih aku memanggilnya, berharap aku kembali ke masa lalu dan mengenyahkan dirinya jauh-jauh dari kehidupanku, karena pada dasarnya egoku sebagai seorang lelaki tidak berminat lagi dengannya. Tapi, tidak dengan perasaanku yang setiap saat memikirkannya, hati kecilku selalu memanggilnya dengan perasaan yang begitu menggebu.

Dia, Vilia Andriani. Orang yang telah menjungkir balikkan duniaku, juga perasaanku. Seharusnya, sebagai anak teknik mesin. Hatiku baik-baik saja dan memilih mencari perempuan pengganti, tapi... tidak semudah itu melakukannya. Aku begitu menyayanginya dan menginginkannya menjadi pendampingku suatu saat nanti, bertambah umur hubunganku dengannya cukup lama yaitu lima tahun. Bayangkan oleh kalian? lima tahun itu bukan cerita waktu yang sedikit kan?

Keesokan harinya, pada acara ospek itu. Aku yang tidak tahu apa kerjaanku, sengaja membantu kelompok maba (mahasiswa baru) yang tidak ada mentornya. Sampai aku melirik ke arah kiriku, tepatnya kelomok dua puluh. Disanalah aku bisa melihat, sifat asli dari Rara. Ternyata, dibalik wajahnya yang judes dan matanya yang selalu sinis memincingkan ketidaksukaan yang tiada kentara. Rara memiliki sisi keibuan yang sangat tinggi.

Anehnya aku baru menyadari itu sekarang.

"Kak Rara, aku tidak bawa balonnya bagaimana dong?" Salah satu maba lelaki yang berada di kelompok dua puluh bertanya kepadanya dengan takut-takut, "Iyaudah tidak apa-apa, itu kamu! makan yang banyak! nanti sakit. Hey... Ray! Badan gede, tetapi makanmu secomot macam gitu! Gimana mau sehat...?" Rentetan perkataan pedas berbalik dengan cinta kasih terhadap para adik didikkannya, Rara berkacak pinggang di depan kelompok dua puluh itu sambil memberikan wajah judesnya.

Promise To Marry YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang