Promise To Marry You (Different)

1.1K 26 7
                                    

Lisserra Audrestixa And Galih Herlambang

Malam ini begitu memilukan, aku terpekur menatap sang langit malam yang di dampingi oleh sang bintang berterbaran. Mata hitamku tidak memancarkan kehidupan, semuanya kosong, dan penuh kehampaan.

Disampingku, ada Galih yang selalu setia menemaniku. Ya, aku tahu... aku harus menjalani ke hidupan seperti biasanya. Galih terlihat begitu tampan seperti biasanya, walaupun selalu dengan baju yang sama. Baju nevada yang berwarna cokelat mahoni, dengan celana jeans yang berwarna deep blue. Semuanya terlihat baik-baik saja, jika...

"Apa kau akan selalu seperti ini honey?" Suara sengau tak berkehidupan itu membuatku terdiam membisu. Membatu.

Aku menatapnya dengan perasaan campur aduk. "Sepertinya iya." Lirihku sambil kembali mengalihkan pandanganku darinya, kembali menatap sang langit.

Karena pada kenyataannya aku tidak punya gairah lagi...

"Relakan aku honey, bisakah?" Lagi, pertanyaan yang selalu sama, terdengar begitu lembut mengalun indah di telingaku, dan suara lembutnya itu membuatku langsung memeluk tubuhku sendiri.

Bisa-bisanya kau berbicara seperti itu...

Menahan segala perasaan yang berkecamuk selama ini, perasaan yang benar-benar enggan aku perlihatkan kepada orang lain selain Galih.

Oh, Ya Tuhan... masihkah aku pantas menyebutkan Galih dengan sebutan 'Orang'? sementara aku dan dia sudah beda dunia.

Protes dalam hati yang ku lakukan baru saja membuat Galih menatapku, helaan nafas lelahnya terdengar di telingaku.

"Maafkan aku Resti, seharusnya aku menuruti apa yang kau katakan dulu. Andai saja, waktu bisa kembali di masa aku benar-benar selalu keras kepala dan membangkang segala hal yang selalu kau wanti-wantikan terhadapku. Andai saja, aku bisa menepati janjiku... andai saja..." Galih menghentikan ucapannya begitu mendengar isak tangis dari bibirku, aku menggigit bibir bawahku mencoba menahan sakit yang merayap perlahan dari ulu hatiku.

Galih merengkuhku ke dalam dekapannya, yang ku tahu... dia menembus tubuhku. Tangis menderai begitu saja, umpatan, cacian, dan makian keluar dari mulutku sebagai ganti kekecewaanku pada Galih. Ya, aku kecewa... Galih tidak bisa memelukku seperti dulu. Seperti 2 tahun yang lalu, dimana aku dan dia melangkah pada bumi yang sama, merasakan hangatnya sang mentari yang bisa di rasakan bersama, merasakan seluruh anggota tubuh berjalan lancar pada waktu yang sama, saat dimana dia masih hidup.

"Kau jahat! mengapa kau meninggalkanku seperti itu hah? Kau benar-benar penjahat!" Makiku dengan kasar, sambil menggeleng-gelengkan kepalaku karena rasa sakit itu kembali merayap, mengkikis setiap bervariasi rasa yang bergelung di hatiku.

"Maafkan aku tidak bisa menepati janjiku, I Promise To Marry You. Yang perlu kau tahu, kau hanya perlu mengingat dan mengenangku. Karena aku sangat mencintaimu, selalu."

Mendengar penuturan Galih, aku dapat merasakan kesakitan di hati kami berdua. Kesakitan atas takdir yang begitu kejam. Kesakitan yang tidak akan pernah ada obatnya sampai kapanpun.

"Maaf jika aku egois, aku lelah meyakinkanmu atas semua penyesalanku Resti. Untuk yang terakhir kalinya aku..."

"Jangan mengatakan apapun itu! Aku tidak ingin dengar! Kau menyebalkan main pergi begitu saja! Aku tidak akan pernah memaafkanmu!" Tangisku pecah, memecahkan keheningan malam ini.

"Resti... maafkan aku."

***

Promise To Marry YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang