01: Kanaya Pramesswary

2.2K 82 12
                                    

"KAMU TUH DENGERIN BUNDA GAK SIH, KARA?! BUNDA CAPEK NGURUSIN KAMU TERUS TIAP HARI!"

"KALO GAMAU NGURUSIN GUE, YAUDAH! GAKUSAH GANGGU HIDUP GUE! GAKUSAH ATUR ATUR HIDUP GUE! MUDAH KAN?!"

Kanaya Pramesswary atau yang biasa disebut Nana, hanya menghela nafasnya dengan kasar ketika mendengar teriakan antara Bunda dan Kakak perempuannya dari dalam kamar entah untuk yang keberapa kalinya.

Ingin rasanya Kanaya keluar dari kamar dan berteriak: "BISA DIEM GAK SIH?! NANA CAPEK DENGER KALIAN BERANTEM TERUS! BISA GAK SATU HARI AJA DAMAI?!" Tapi yang bisa ia lakukan hanyalah berada di dalam kamar dan berusaha mengabaikan teriakan mereka.

"KARA! BUNDA BELUM SELESAI NGOMONG!!" Sekarang teriakan Bundanya terdengar dari arah luar rumah. Kanaya berjalan ke Jendela Kamarnya yang memang menghadap langsung keluar Rumah. Disitu tampak Kakaknya, Kara, Masuk kedalam mobil tak menghiraukan teriakan Bundanya.

Dengan raut wajah masam, Bundanya masuk kembali kedalam Rumah. Kanaya pun membuka pintu kamarnya dan berjalan ke arah dapur.

"Anak Bunda udah bangun?" Tanya Bundanya melihat Kanaya berjalan dengan lesu. Bundanya kira Kanaya tadi sedang tidur di kamarnya.

"Bangun apaan? Nana gak tidur. Nana daritadi di kamar dengerin Bunda berantem sama Kara," Jawab Kanaya dengan santai. Bundanya terdiam.

"Bunda gak capek teriak teriakan mulu sama Kara? Nana aja yang denger pusing." Lanjut Kanaya.

"Kenapa jadi nyalahin Bunda? Kakak kamu yang gabisa diatur," Kata Bunda dengan raut wajah kesal.

"Siapa yang bilang kalo Nana nyalahin Bunda? Nana cuma bilang kalo Nana capek sama teriakan kalian setiap hari. Nana pusing!"

"Bunda heran sama Kakakmu. Kenapa sama sekali gabisa diatur. Kerjaannya ngelawan mulu sama orang tua,"

"Hm. Sifat keturunan kali,"

Setelah meminum air dingin, Kanaya berjalan kembali ke kamarnya.

"Telfon Kean, Na. Ayah pulang hari ini, kita jemput ke Bandara." Ujar Bundanya sebelum Kanaya memasuk kamar.

"Iya," Jawab Kanaya dengan singkat. Setelah itu menutup pintu kamarnya dan mengambil Handphone yang tergeletak diatas tempat tidur.

Kanaya pun menelfon Kean, Adiknya.

"Halo Kana?" Ujar Kean disebrang sana.

"Pulang, disuruh Bunda," Kata Kanaya.

"Aku masih ada urus--"

"Pulang!" Potong Kanaya. Setelah itu langsung memutuskan telfonnya dan melempar Handphone nya ke tempat tidurnya.

Jujur, ia sangat lelah dengan kehidupannya saat ini.

Kata orang, Keluarganya sangat sangat Harmonis.

Tapi itu hanyalah kata orang.

Kenyataannya?

Mempunyai Kakak perempuan yang sangat tidak tahu diuntung, kerjaannya hanya menghabiskan uang, tidak pernah sekolah--bolos setiap hari, bahkan hanya pulang kerumah 1 minggu satu kali itupun karena kehabisan uang.

Adiknya? Selalu pulang setiap jam 10 Malam. Itu pun harus Kanaya lah yang menyuruh pulang, baru adiknya menuruti.

Ayahnya? Kerja di luar kota. Satu bulan sekali baru pulang. Itupun hanya satu minggu.

Bundanya? Mempunyai sikap acuh tak acuh, egois, dan sangat jarang di rumah. Kalaupun Bundanya ada di rumah, itu pasti karena Ayahnya yang akan pulang.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 30, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Hello DarknessWhere stories live. Discover now