Dua Tahun Lalu...

1.7K 58 13
                                    

Matahari terbenam layak bayi menutup matanya, perlahan, terkantuk-kantuk. Aku berjalan mengitari jalan ini untuk ke dua kalinya tapi perasaan ini jauh lebih melelahkan dua ratus kalinya.

Akankah ia datang?

Akankah ia menemputku?

Aku bosan dengan semua penantian ini...

Dua tahun lalu, di tempat ini kami berjanji bahwa hari ini kami akan bertemu kembali. Menyamakan hati menyatukan jiwa kami yang terluka.

Tapi ia tidak datang...

Perpisahan ini permintaanku. Aku jenuh dengan segala sikapnya yang terlalu sensitif, terlalu protektif, dan terlalu positif menghadapi semuanya.

Aku ingat percakapan terakhir kami.

"Aku bosan dengan hubungan kita."

"Kenapa?"

"Monoton"

"Apa yang harus ku lakukan supaya hubungan ini lebih baik? Kamu tahu aku sayang kamu?"

"Itu tidak pernah cukup."

"Baik. Apa yang menurutmu baik?"

"Aku ingin break."

"Tidakkah ada jalan lain?"

"Tidak. Aku ingin kita berpisah mulai hari ini. Dan aku ingin kita memikirkan hubungan kita selama dua tahun. Dan dua tahun pada tanggal yang sama di tempat ini aku ingin kita bertemu lagi. Kita lihat bagaimana hubungan kita selanjutnya."

"Benarkah ini jalan terbaik?"

"Ya."

"Baiklah. Aku menghargai pendapatmu. Tapi bisakah aku mengatakan sesuatu hari ini?"

"Tidak. Simpan perkataanmu yang selalu manis itu dua tahun lagi. Dan jangan pernah menghubungiku sampai dua tahun lagi."

Dia hanya tersenyum dan mengangguk setuju.

Dan itu adalah senyum terakhir yang ku lihat dari wajah lugunya.

Sudah malam.

Aku masih menunggunya.

Apakah ia lupa?

Tidak lama seorang wanita datang dengan perlahan mendekatiku. Aku tidak pernah mengenalnya. Ia tersenyum dan berkata "Kamu sedang menunggu seseorang bukan?"

"Ya. Kalau boleh tahu, kamu itu siapa?"

"Aku ini adalah gadis yang kurang beruntung, yang mencintai pria yang sama sepertimu."

"Aku tidak mengerti maksud ucapanmu?"

"Ada seorang pria yang ku cintai, tetapi tidak pernah mencintaiku. Aku bertanya padanya mengapa kau tidak bisa mencintaiku? Ia menjawab dengan jujur bahwa ia berjanji dengan pacarnya yang lama untuk bertemu dengannya pada hari ini, di tempat ini dan ia akan menanyakan satu hal padanya. Katanya, jika pacar lamanya menolaknya mungkin ia akan belajar mencintaiku."

"Menanyakan apa?"

"Sebuah pertanyaan yang seharusnya ia katakan dua tahun lalu."

"Pertanyaan apa?"

Wanita itu mengeluarkan sebuah cincin emas putih, lalu meletakkan di tanganku.

"Apakah ia bisa menikahimu?"

Aku tidak bisa berkata apa pun saat ini. Air mataku tiba-tiba jatuh dari mataku.

"Lalu, di mana dia sekarang?"

"Dia sudah meninggal setahun yang lalu."

Air mataku tidak terbendung lagi. Wanita itu langsung berlalu meninggalkanku.

Aku tahu, ini salahku.

Aku bukan hanya menyakiti satu hati.

Tetapi tiga hati.

Hati pria yang ingin menikahiku.

Hati wanita yang ingin menikahi pria itu.

Dan hatiku sendiri.

Seandainya, dua tahun lalu ku berikan ia waktu untuk berbicara, aku yakin tidak ada hati yang terluka...

Dua Tahun Lalu...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang