'Separate'

22.1K 1.6K 68
                                    

Alaric memeluk erat tubuh Aleena tanpa mempedulikan kehadiran Dimitri.

Sementara Aleena masih tak jua bergerak dari posisinya. Gadis itu terlalu takut. Takut kalau setelah ia berbalik dan kembali melihat pria itu, ia akan kembali tak berdaya.

Tangan Dimitri terkepal. Ia berusaha sekuat tenaga menahan diri, mengingat pria br*ngsek yang begitu lancang memeluk istrinya ini adalah cucu dari relasi yang amat ia kagumi.

Tangan Dimitri terulur. "Ayo, kita pulang Aleena"

Alaric tercengang dengan reaksi tak terduga Dimitri. Tadinya ia sudah mengira kalau Dimitri akan langsung menghajarnya dan mereka akan bergulingan di tanah sambil baku hantam. Setidaknya itulah yang ada di pikiran Alaric. Hal yang paling ditunggu-tunggunya namun tidak terjadi.

"Cih, kurasa istrimu tidak akan mau lagi bersamamu" hardik Alaric.

Aleena spontan mendongak dan menatap tajam Alaric yang tengah tersenyum menyeringai.

"Apa yang kau katakan!" Bisiknya.

"Sst"

Dimitri mengalihkan pandangan dari sang istri ke Alaric.

"Aku tidak tahu apa alasanmu berada disini, ditengah-tengah kami" ia maju selangkah. "Tetapi melihat kau dengan begitu lancang telah berani menyentuh tubuh istriku, maka aku tidak akan berkata banyak" ujar Dimitri tegas. Bibirnya terlihat menipis.

Dia terpancing. Alaric melepaskan pelukannya dan mendorong tubuh Aleena ke samping.

"Well, jika maksudmu adalah perkelahian. Dengan senang hati akan kulayani" balas pria berambut pirang itu.

Dimitri baru saja hendak melangkah saat secara tiba-tiba Aleena berteriak.

"HENTIKAN!"

Keduanya bergeming. Alaric mengerjap kaget, sementara Dimitri malah menghela napas lega. Akhirnya ia bisa kembali mendengar suara sang istri.

Aleena berbalik dan menatap tajam sang suami. "Pergilah"

Jantung Dimitri seolah ditikam sebilah belati saat mendengar penolakan sang istri.

"Leen..."

Tubuh Aleena gemetar hebat karena menahan tangis dan amarah. "Aku tidak ingin bersamamu lagi, kau hanya..." air mata itu tidak lagi terbendung. Tangis Aleena pecah.

"Aku lelah Dimitri! Aku lelah karena harus menghadapi permasalahan yang sama. Sudah cukup bagiku untuk selalu bersabar menghadapimu selama ini! Aku sudah berusaha keras untuk membantumu melupakan perempuan itu tapi apa yang kudapat... hiks, aku harus kehilangan anak yang amat kunanti"

Alaric mengalihkan pandangan. Jadi benar dugaannya saat itu. Sebenarnya ia amat menikmati situasi ini namun entah kenapa rasanya begitu iba melihat Aleena.

Aleena menghapus air mata dengan lengan bajunya. "Aku... kurasa aku tidak mampu untuk merebut posisi gadis itu dihatimu. Aku hanya perempuan kedua di hatimu. Aku tahu aku egois dan aku yakin kau sedang berpikir kalau aku kekanakan, tapi cobalah untuk berada diposisiku Dim..."

"Kau memberikan berjuta perhatian, kasih sayang dan cinta. Kau perlakukan aku bak seorang puteri. Tapi begitu kau mendengar atau melihat sosok yang mirip dengan kekasihmu dimasa lalu, segalanya hancur seketika. Kau akan kembali mengabaikanku, menganggap seolah aku tidak pernah ada."

Alaric yang tak kuasa melihat Aleena tersedu-sedu mengusap punggung gadis itu secara perlahan untuk menenangkannya.

Merasa putus asa, Dimitri meraih lengan Aleena hingga tubuh sang istri jatuh ke pelukannya.

"Maafkan aku Aleena, aku memang lelaki tak berguna, aku memang brengsek. Tetapi kumohon Leen... kembalilah padaku... tanpamu aku hancur. Kumohon... pulanglah bersamaku" Dimitri terlihat amat merana ketika menatap wajah sang istri yang berurai air mata.

"Kita berpisah saja."

Napas Dimitri seolah terhenti. "Leen?!"

Aleena membungkam mulut Dimitri dengan jemarinya. Menatap wajah sang suami sejenak, untuk yang terakhir kali dan sesaat kemudian, tanpa diduga-duga, Aleena menempelkan bibirnya di bibir sang suami.

Ciuman itu berlangsung singkat namun cukup untuk membuat dunia Dimitri seolah terhenti.

Aleena melepaskan ciumannya dan kembali berada di sisi Alaric.

"Ayo, kita pergi" ujarnya seraya meraih lengan Alaric.

Dimitri tercengang. "ALEENA!!"

Langkah Aleena terhenti. Ia menoleh sejenak tanpa melihat lagi sosok sang suami.

"Aku minta kamu segera mengurus perceraian kita, secepatnya"

Alaric terbelalak, tak menyangka kalau Aleena akan senekat ini.

"Itu tidak akan pernah terjadi Leen." tegas Dimitri menolak.

Tetapi Aleena tidak perduli. Ia hanya terus berpegangan erat pada lengan Alaric sebelum ia jatuh karena tak kuasa menahan kesedihan.

"Nona harimau, apa kau sudah gila" bisik Alaric.

Tak sepatah katapun keluar dari mulut gadis itu. Ia hanya terus tertunduk.

"ALARIC!" Teriak Dimitri dan bergegas menghampirinya, meraih kerah mantel pria itu dan menariknya menjauh dari Aleena. "Apa yang telah kau lakukan pada istriku?!" Desisnya penuh amarah.

"Well, Aku turut bersedih atas kehancuran rumah tangga kalian" jawab Alaric sambil terkekeh.

Dimitri mempererat cengkeramannya. "Kau memancing kemarahanku Alaric!"

"Aah akhirnya kau terpancing juga, senang rasanya melihat wajahmu yang selalu terlihat bak malaikat kini berubah menjadi sesosok iblis"

Dimitri melepaskan pegangannya dan kembali tersenyum. Senyum yang amat mengerikan.

"Ketahuilah Alaric. Semakin lama kau mempertahankan Aleena disisimu maka selama itu pula aku akan menghancurkanmu, sampai kau berlutut memohon ampun padaku"

Dimitri berbalik dengan tangan terkepal dan bergegas pergi seraya mengambil ponsel dari saku celananya.

"Segera putuskan kerjasama dengan Mr. William dan atur pertemuan dengan para pimpinan perusahaan yang bekerjasama dengan pihak mereka."

Sementara itu, Alaric masih saja mematung tanpa melepaskan pandangan dari punggung Dimitri yang semakin menjauh.

Cukup lama ia berdiri hingga bunyi ponselnya membuatnya terkejut.

Tangan Alaric seketika gemetar ketika membaca pesan yang masuk.

Dimitri secara tiba-tiba menghentikan proyek kerjasama dengan perusahaan kita.

Temui kakek secepatnya.

***

Ditunggu Vomentnya ya, selamat membaca :)

Red Shoes (K.B.F)Where stories live. Discover now