The Feelings-3

273K 15.5K 803
                                    

Photos di atas itu Babang Denovano ya! Wkowkok

Manu Rios: Denovano

Selamat membaca!

Author

"Denok, ada pulpen dua, gak?" bisik Dimas ke arah Deno yang sedang menenggelamkan kepalanya di atas meja, "Hm."

"Di mana?"

Deno mengeluarkan satu pulpen dari saku celananya, lalu meletakkan pulpen tersebut di atas meja tanpa menoleh untuk menatap Dimas.

Hari ini, ia memasuki kelas karena ada ulangan yang membuatnya harus melalui pelajaran Sir Tanto, guru yang paling ngebosenin yang membuat mata Deno tidak tahan untuk tertutup.

"Gue sih suka sama Nera!"ucap Putra cengengesan, yang membuat Ariz menaikkan sebelah alisnya, "Nera yang sering selfie sama Audina di lapangan?"

Mendengar nama Audina disebutkan, kening Deno mengernyit bingung mengingat kejadian tadi malam saat Deno yang iseng memeriksa social media-nya.

Audinas12 add you as friend!

Ya, Dina menambahkan Account Line Deno yang membuat Deno seketika bertanya-tanya.

Apa sebenarnya tujuan dari Dina yang seakan-akan ingin menjalin pertemanan dengan orang seperti Deno yang jarang berbicara, dingin, dan bahkan tidak perduli dengan hal-hal semacam Social Media?

"De— Denovano, dipanggil ke ruangan Ketua Yayasan."

Mendengar namanya disebutkan, Deno bangun perlahan-lahan dan mengangkat kepalanya dari meja. Lalu, matanya menatap siswa yang telah memanggilnya.

Dan ternyata, tebakan Deno benar.

Audina, dengan wajah yang tidak bisa diartikan, berdiri di depan kelas bersama Sir Tanto.

"Gue ikut ya, No?" tanya Putra, yang dijawab dengan gelengan Deno, "Kan cuma gue." ucap Deno, membuat Putra mengerti bahwa cuma Deno yang dipanggil oleh Miss Ririn—Mama Deno.

Deno berjalan keluar dari kelas tanpa menunggu Audina yang sedang permisi dengan Pak Tanto.

Koridor sekolah yang sepi membuat Audina yang sedang berjalan di belakang Deno berkeringat dingin, kebiasaan Dina jika ia sedang gugup.

"Deno?" panggil Audina, yang hanya dijawab dengan Deno yang bergumam.

"Kita mau kemana?"

Deno sontak menghentikan langkahnya, membuat Dina yang berjalan di belakangnya, menabrak punggung Deno, lalu meringis.

Deno membalikan tubuhnya, alisnya naik sebelah, pertanda dia sedang bingung atau meminta penjelasan.

"Lo sendiri yang manggil gue ke ruangan Ketua Yayasan, bukan?" tanya Deno, yang dijawab Dina dengan mengangguk.

"Tapi udah kelewatan, No!" sambung Dina sambil mendongak, menatap mata Deno yang menyipit, bingung.

Mata Deno beralih menatap ruangan dengan pintu berwarna coklat, yang jaraknya tidak jauh dari dimana mereka berdiri, "Itu ruang Kepala Sekolah, bukan Ketua Yayasan." ucap Deno, lalu berbalik dan melanjutkan langkahnya, membuat Dina seketika membulatkan kedua bola matanya.

ANJIR GUE BUAT MALUUU!! Batin Dina berteriak sambil memejamkan matanya.

Dia benar-benar memalukan.

....

Deno masuk ke dalam ruangan Ketua Yayasan, begitu juga Dina yang membuat Deno bertanya-tanya, mengapa Dina juga ikut masuk ke dalam?

The FeelingsWo Geschichten leben. Entdecke jetzt