The Past

5.4K 121 0
                                    

Welcome Bestie

Aku udah pernah publish cerita ini dan unpublish. Sekarang aku publish ulang dengan versi terbaru!

Semoga kalian suka dan selama membaca!

***

Semilir angin di Minggu sore berhembus dengan lembut menyapu wajah ku, membuat mata ini ingin terpejam demi menikmati hembusan angin.

Masih dengan buku gambar yang senantiasa berada diatas pangkuan ku, pensil hitam kembali bergesek dengan kertas putih, melanjutkan gambar yang sedang ku buat.

Tak lama larut kembali kedalam dunia gambar, dunia itu kembali terganggu oleh kehadiran seorang lelaki yang kini tengah terduduk disamping ku.

Aku menoleh ke arah lelaki itu dengan tatapan yang mungkin hanya aku sendiri yang tahu. Memuja lelaki disebelah ku ini sampai sebuah suara menginpsturksi ku untuk kembali kedunia nyata.

"Maaf sudah menganggu mu. Lanjutkan saja aktivitas mu, aku tidak akan mengganggu. Hanya beristirahat sebentar disini."

Aku mengangguk dan kembali melanjutkan mengambar.

Seling beberapa menit kemudian, suara lelaki itu kembali memberhentikan aktivitas ku mengambar.

Padahal tadi dia berjanji tidak akan menganggu ku.

"Dokter?" Tanyanya dengan nada suara bingung, biar ku tebak. pasti dia melirik gambarku. "Kamu bercita-cita sebagai dokter?"

Aku menoleh kearahnya,"Lebih tepat keinginan."

"Bagus-Bagus." katanya diiringi dengan kepala yang naik turun, "Belajar yang benar untuk menjadi seorang dokter!"

Aku tersenyum masam, "Ya. Tapi, itu semua hanya keinginan" Lelaki di itu memasang mimik wajah bingung, "Menjadi seorang dokter harus mengeluarkan biaya cukup banyak. Papa dan Mama ku pasti tidak akan bisa membiayainya."

"Berapa umur mu sekarang?"

"11 tahun."

"Aku yakin, 12 tahun lagi kamu sudah bisa menjadi dokter muda." Aku terdiam. Jika iya, mungkin aku akan sangat senang. "Kau ingin menyoba ini?"

Aku kembali terdiam, menatap jas putih bersih yang dia sodorkan kearah ku dengan tatapan kagum. Aku pernah melihat jas itu kalau berkunjung kerumah sakit, dan aku tak bosan melihatnya. Dan sekarang? Aku disuruh menyobanya?

Tentu aku mau!

Aku mengalihkan tatapan ku, menatap kearah lelaki itu yang kini tengah tersenyum kearahku. Menatapnya beberapa kali untuk memastikan apa aku benar-benar boleh menyobanya atau tidak. Dan jawaban lelaki itu selalu sama. Dia selalu mengangguk kemudian tersenyum.

Dengan hati-hati aku mengambil jas putih itu. Memeluknya, menciuminya dan memakainya.

Saat jas putih itu sudah benar-benar melekat ditubuhku, aku langsung bangkit dari tempat duduk dan berputar-putar bagai seorang Cinderella yang mendapatkan gaun baru dari ibu peri.

"Walau terlihat sedikit kebesaran. Tapi kau sangat cocok memakai jas itu."

Ah. Aku lupa akan sosok lelaki didepanku ini yang tengah tersenyum.

"Benaran?"

Dia menganggukan kepalanya.

"Perkenalkan, aku Dokter Guela!" Lelaki didepan ku tertawa akan ucapanku. Aku tersenyum malu. namun, senyum itu tak bertahan lama saat lelaki itu mengeluarkan suara.

"Baiklah Dokter Guela. Pasien anda sudah menunggu."

Pasien.

pasien ya?

"Dokter Guela?" Panggil lelaki didepanku dengan lagi-lagi senyuman.

"Ah tidak tidak!" Ralatku, "Panggil aku Bu Dokter Guela. Karna, bila nanti aku sudah dewasa. Aku akan menikah dengan seorang dokter."

"Bu dokter?"

"Ya bu Dokter. Bu Dokter Guela! Aku tahu aku tidak bisa menjadi dokter. Setidaknya aku bisa menjadi istri seorang dokter. Mau tak mau pasti aku menyandang kata 'bu dokter' bukan?" Lelaki didepanku tersenyum yang membuat aku ikut tersenyum.

"Jadi, kau ingin menikah dengan seorang Dokter?"Aku mengangguk dengan semanggat sebagai jawaban kearahnya.

"Akan aku pastikan kau menikah dengan seorang dokter."

Aku menatapnya bingung, namun dia hanya membalas tatapan ku dengan sebuah senyuman.

Kendinyan, nama belakang lelaki itu..

Goresan TakdirWhere stories live. Discover now