BERTEMU PROSES: Dede; Envious

4.2K 374 56
                                    

Kaga di edit

~~~~~~~ 

Wangi udang dan cumi bakar terbang terbawa angin pantai. Nikmatnya menggugah perut pemilik hidung manapun yang disambangi, termasuk hidungkku tentu saja. Terutama aku duduk tepat kemana arah angin bertiup. Lagipula posisiku sangat dekat dengan pembakaran berada.

Nun di tepi pantai yang tidak jauh dariku, para ayah—Ifdal dan Ario—sibuk bermain dengan anak-anak mereka. Bola sepak nampaknya menjadi permainan yang menyenangkan untuk dilakukan di atas pasir—meskipun anak-anak mereka adalah perempuan.

Di atas tikar yang terbentang di dekat mobil yang diparkirkan, Vika—yang sedang menikmati jeruk Pontianak—tampak asik berbincang hangat dengan Atika yang sedang menyiapkan perlengkapan makan. Mereka sudah sangat akrab meski baru bertemu dua jam yang lalu.

Lalu di depanku, Chlo sedang membalik udang dan cumi di atas pembakaran. Bukan masalah besar tentu saja seandainya Khal tidak duduk di belakang Chlo dengan kedua tangan merangkul istrinya itu. Adegan Chlo yang memprotes dan senyum tengil Khal yang senang menggoda istrinya itu sangat mengganggu. Pemandangan pantai Pulau Datuk di Sukadana yang Indah ini berubah suram.

Entah apa yang merasuki Khal sehingga dia berubah jail. Tingkahnya belakangan ini sungguh out of character. Kemana perginya Khal yang pendiam dan mudah di-bully itu?

Well, aku tahu Khal sedang berbahagia. Setelah menunggu cukup lama akhirnya Chlo mengandung juga. Tapi di bawah kebahagiaan orang terdekat, aku merasa terdzalimi. Setiap bertemu atau berkumpul selalu dibuat iri oleh Khal, Ifdal, dan Ario; selalu dijadikan objek bully-an baru.

Perkataan "Buruan nikah!", "Kapan baru mo nikah?", "Ingat umur!", dan sederet kalimat sederhana lainnya jadi sangat menyinggung diri. Mereka hanya bercanda, tentu saja. Aku sangat tahu, tapi tetap saja rasa iri menjangkit hati. Sehingga candaan itu tanpa mereka sadari begitu menyinggung perasaanku.

Agar menutup mulut mereka ingin sekali rasanya aku melakukan tindakan bodoh yang mungkin bisa merugikanku dikemudian hari. Semisal mencomot wanita mana saja untuk dijadikan calon istri. Bisa juga malah melakukan kejahatan dengan mengganggu rumah tangga mereka. Yang lebih menyeramkan lagi jadi om-om pedofil yang menunggu salah satu anak sahabatnya tumbuh besar dan siap dinikahi.

Hiii! Kugelengkan kepala kuat-kuat. Imajinasiku semakin liar belakangan ini.

Haah, saranku untuk siapa saja yang mempunyai teman jomblo di luar sana. Jangan sampai kalian mengatakan hal sekecil apapun yang menyinggung hati jomblo yang sensitif untuk mencegah tindakan kriminal yang tidak diharapkan.

Kalian tidak akan tahu tindakan apa saja yang bisa jomblo lakukan untuk meredakan iri yang mengakar pada para couple. Terutama couple-couple yang suka pamer kemesraan seperti makhluk dihadapanku ini.

Akibat terparah dari iri yang mendarah daging adalah mengutuki para pasangan di dunia ini. Kemudian memutuskan untuk membujang sampai mati. Lalu terserang sindrom "dunia memang kejam" dan "hidup ini tidak adil" yang mengakibatkan efek dahsyat bagi hormon labil sehingga mengaktifkan ke-alay-an masa tua.

"Hoi, De!" seruan ini terdengar setelah sebuah kepala udang sebesar ibu jari menclok di wajahku sebelum jatuh ke pasir. Khal s**lan! "Ngape kau ni? Natap istri orang enggak ngedip gitu?"

Astaga! Siapa juga yang menatap si Chlo. "Mane ade!"

"Lah, barusan. Kalau enggak kutimpuk pake kepala udang pasti masih ngeliatin." Khal terserang virus cemburu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 08, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

X-TRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang